Part 34 Roemah Seni Sarasvati

2 1 0
                                    

Arez mengehentikan motornya di dekat Roemah Seni Sarasvati sebuah bangunan yang berada di Jalan Jendral Sudirman 137, Bandung.

Cala seketika merasa semakin bersyukur ketika ada Arez yang membawanya mengarungi tempat riuh yang mana sebelumnya ia sangat amat jarang untuk berada di tempat keramain kecuali jika ada kebutuhan mendesak yang harus ia cari sendiri.

Keramaian membuat Cala tak begitu nyaman, namun kali ini ada Arez bersamanya dan itu sedikit membuatnya cukup tenang.

" Nanti di dalem bakalan cukup rame deh kayanya Cal, apa lagi ini akhir pekan. Pokoknya kamu jangan jauh jauh dari aku, " ujar Arez memperingati.

Cala menggangguk " Iya, oke "

" Yaudah. Kita beli tiket masuknya dulu. "

Arez tersenyum lembut, lalu meraih telapak tangan Cala untuk ia sematakan pada sela jari masing-masing. " Aku pengangin, biar kamu gak di ambil orang "

Dapat Arez rasakan telapak tangan Cala yang terasa lebih dingin dari suhu normal biasa pada tangan manusia, Arez tau Cala pasti gugup entah gugup karena apa.

" Gak papa Cala, kan jalannya ini sama aku. Aku pegangin juga lagi, tempat ramai gak seburuk itu kok. "

" Iya.. " sahut Cala

Genganggaman Cala mengerat di tangan Arez.

Secara resmi, Roemah Seni Sarasvati terbuka untuk umum sejak tanggal 21 Februari 2013.

Sekitar tahun 1920-an, tanah dan bangunan yang kini menjadi Roemah Seni Sarasvati, merupakan toko ranjang dan mebel yang terdaftar dengan nama 'Moelia & Co' dan merek dagang perusahaan bernama 'Weston'.

Pemilik pertama rumah ini adalah seorang peranakan Belanda asal dari Sukabumi.

Di era Belanda, kawasan Roemah Seni Sarasvati dikenal dengan nama Groote Postweg West atau Jalan Raya Barat.
Roemah Seni Sarasvati memiliki lebar 6,5 meter sementara keenam rumah lain mempunyai lebar 6 meter.

Ciri khas dari rumah ini bisa terlihat dari lubang angin yang sama dan di ujung rumah pertama dan rumah ketiga mempunyai ujung atap yang sama.

Cala memonitor kesegala sudut ruangan yang baru pertama ia datangi ini, meskipun ia tumbuh besar di Bandung dan seringkali melewati tempat tempat yang orang lain jadikan wisata tapi tak pernah sekalipun ia mendatangi tempat itu.

Ruang pamer pertama merupakan sebuah ruang persegi panjang dengan dua lemari antik permanen yang ditata di ujung ruangan persegi tersebut, dilengkapi satu buah meja kayu besar yang menjadi pusat atensi ruang tersebut.

" Cala suka? " tanya Arez

" Suka. Gue lumayan suka seni sih, jadi suka tempat kaya gini. " jawab Cala dengan antusias.

" Kenapa dulu gue gak pernah kepikiran buat mampir kesini sih?, padahal bagus-bagus banget lukisan nya. " monolog Cala pada diri sendiri sembari memandangi sebuah lukisan yang tertpel di tembok.

Gengaman tangan mereka sudah terlepas sejak Arez membeli tiket sebelum masuk kedalam.

" Kamu gak pernah mampir kesini sama sekali ? " Tanya Arez yang berdiri di samping Cala.

" Iya gak pernah. "

" Kenapa? Padahal kan ini gak jauh banget dari rumah kamu? "

" Gak sempet, "

" Woahh bagus deh gak papa. Jadi gak nyangka aku bakal jadi orang pertama yang ajak kamu kesini " Jawab Arez sumringah.

" Terus kamu belum pernah kemana lagi? "

" Gak pernah kemana-mana "

" Hah, gimana? "

" Iya gak pernah kemana mana gue, sekolah, rumah, tempat les, toko buku. Itu aja tempat yang gue datengin. "

Arez tercengang mendengar jawaban Cala, tak menyangka jika semonoton itu hidup gadis manis di hadapannya ini.

" Oke kalo gitu. Aku bakal bawa kamu ketempat yang mau kamu datengin mulai sekarang. Mau keliling dunia juga aku jabanin. " canda Arez

" Ngawur aja " jawab Cala dengan sedikit terkekah

" Serius Cala, mulai sekarang aku bakal bawa kamu ketempat yang belum pernah kamu datengin. Aku bakal bikin kamu seneng, " Lanjut Arez "Aku mau nunjukin ke kamu kalo dunia punya banyak warna gak cuma abu-abu, sama hitam putih aja. "

" Kamu juga harus liat sunset sama sunrise di pantai itu indah banget. Aku juga bakal nunjukin kalo awan itu punya banyak bentuk yang unik kaya ikan bersayap, lumba-lumba, kodok, terus.. apa ya? banyak deh pokoknya. Tapi liatnya sama aku aja ya. "

" Tapi kalo sekarang aku cuma bisa ngajak keliling bandung naik si koko sih, mana si koko juga kurang mampu buat di ajak jalan jauh lagi," kata Arez dengan sedikit tertawa

" Nanti kalo aku udah lulus terus kuliah, aku bakal lanjut cari kerja supaya banyak uang biar bisa ajak kamu jalan-jalan yang jauh naik mobil, terus makannya juga gak di warung pinggir jalan lagi" ujar Arez terlihat serius

" Makanya kamu jangan kemana-mana, di sini aja sama aku. Nanti aku bawain Yakult tiap hari deh.
Aku serius tau ini, bukan cuma omong kosong doang. "

Mendengarnya, Cala tersenyum lebar.
Rasanya sudah lupa kapan terakhir kali merasa seperti ini, seperti ada kupu-kupu berterbangan di perutnya. Geli. Perutnya bagaikan di gelitik dari dalam.
Menyebalkan memikirkannya, tetapi ini merupakan hal baru baginya.

" Iya rez. " jawab Cala

" Janji ya? " ujar Arez girang " Cala janji dulu, sini kelingking nya"

Cala terkekah ringan " Malu ah, kaya anak kecil aja "

" lagian gak ada yang liat juga, ayo Cal.. "

Arez masih mengangkat jari kelingkingnya diudara menunggu uluran kelingking Cala.

Dengan ragu Cala menyambut jari kelingking Arez,

" Dasar lelaki penebar janji, " cibir Cala, lalu melepaskan tautan jari kelingking keduanya. "Udah ah.. "

" Asal di tepatinkan gak papa " sahut Arez

" terselah lu aja " ucap Cala, kemudian berlalu berjalan mendahului Arez untuk kembali melihat-lihat sekeliling ruangan.

Arez yang masih berdiri di tempatnya dengan senyuman lebar, bergegas menyusul langkah Cala.

Kalo udah begini, gue malah takut jadi serakah sama lo Arez

.
.
.
.
.

AREZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang