Pada saat kamu mengira harimu tidak akan menjadi lebih buruk, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Yes, begitulah.
Untuk pertama kalinya Agni kena serangan demam, yang berakibat dia sukses bangun setiap jam. Tidak, aku tidak panik. Lebih tepatnya mencoba untuk tidak panik. Hasil investigasi mengandalkan tim dari google menyebutkan bahwa, normal bagi bayi terkena serangan demam. Kasih paracetamol, check! Selanjutnya pantau suhu badan, check. Tetap masih panas, mungkin ini saatnya aku untuk mulai panik.
Dia masih demam ketika aku berangkat ke kantor. Tidak setinggi semalam tetapi masih demam, membuatku menanyakan kondisinya ke Diah, suster anak-anak Mbak Rani yang dipinjamkan sampai waktu yang tidak ditentukan. Sepertinya Diah lebih tenang daripada aku, berulang kali dia mengatakan "nggak usah kuatir Mbak Tari, Agni hanya demam biasa." Tentu saja dia lebih berpengalaman dibanding aku untuk urusan bayi, aku percaya kepadanya, setidaknya ingin percaya, walaupun pikiranku sukses terbagi-bagi.
Menguap menjadi hal rutin di kantor, apalagi hari ini. Tanpa adanya asupan kafein membuat hari-hariku menjadi lebih sengsara. Dan sekarang kesengsaraanku sepertinya akan bertambah berlipat-lipat. Mbak Silvi sedang berdiri di depanku, menerangkan dengan runut bagaimana kain untuk salah satu produk display kami ternyata mempunyai tingkat kesusutan yang diluar antisipasi pabrik. Bayangkan seandainya kamu membeli baju size M, sesuai ukuran badan dan ternyata tidak muat di badan kamu. Kurang lebih begitu keadaannya. Akibat susut yang terlalu besar, maka mereka tidak bisa memenuhi jumlah quantiti yang seharusnya, yang akan berimbas dengan tidak terpenuhinya pesanan kami secara penuh. Beberapa manekin di beberapa belahan dunia akan tidak mempunyai blus lengan pendek berenda di bagian leher.
Aku mengurut pelipis yang berdenyut kencang, sangat kencang mungkin Mbak Silvi bisa melihat detak naik turun di sana.
"Jadi gimana Tari?" tanya Mbak Silvi, suaranya terdengar lebih pilu dari penyayi lagu cengeng tahun delapan puluhan. Aku tahu dia sudah mengerjakan produk ini dengan seksama, tetapi dalam bisnis garment, tidak semuanya berada dalam kontrol kita. Satu kesalahan yang terjadi di salah satu mata rantai produksi, akan berimbas ke keseluruhan produksi dan produknya.
"Lanjutkan usul mereka untuk tetap jalan produksi dan order tambahan kain. Minta mereka ajukan proposal pengiriman untuk sisa quantity, semuanya harus lewat udara. Saya akan komunikasikan dengan Stockholm untuk masalah ini," kataku.
Mbak Silvi berjalan gontai ke arah meja kerjanya, sedangkan aku memandangnya nanar. Tidak saja mataku yang terkena serangan kantuk luar biasa, tetapi otakku juga sudah mulai mogok bekerja. Mandeg. Berhenti. Seperti mobil yang kehabisan daya bateri. Aku melirik ke arah sudut laptop, sudah jam lima. Akan lebih bijaksana kalau aku keluar dari kantor ini, dari pada menjadi zombie. Aku segera mengemasi meja kerjaku, memasukkan ponsel dan menutup laptop.
Pulang.
Seharusnya itu yang aku lakukan. Kembali ke apartemen, bertemu dengan Agni yang mungkin masih demam dan mungkin bisa meluruskan kaki, sebelum Diah selesai jam kerjanya. Bukan berada di sini, di supermarket.
Aku memandang jajaran apel di rak, ada beberapa gradasi warna merah dan hijau, memikirkan warna apa yang ingin aku beli hari ini, atau apakah aku benar-benar memerlukan apel-apel ini. Saat ini aku bagaikan seorang pimpinan negara yang sedang mempertimbangkan pilihan lockdown di saat covid. Sulit. Teramat sangat sulit.
Aku mengaduk-aduk isi tas, setelah dengan pertimbangan mendalam memutuskan bahwa apel sangat penting bagi kesehatan, terlepas aku menginginkannya atau tidak saat ini, tindakan yang bijaksana adalah membelinya.
Tidak ada. Kantung-kantung kecil dan tipis eco friendly yang selalu terselip di dalam tasku itu tidak ada di sana, juga tidak dengan tas kain belanjaan. Mereka tidak ada di sana, chilling out dengan isi tas lain seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Occupation, Motherhood
RomanceBatari Kirana sedang berada di puncak karirnya. Di usia 32 tahun dia menjadi business manager lokal pertama di industri fashion kelas dunia tempatnya bekerja. Muda, enerjik dan ambisius, dengan mudah dia mendapatkan cinta dan wibawa dari anak buahn...