Halo,
Untuk yang kemarin baca bab 40, silahkan mundur kembali. Saya merenkontruksi ulang bab sebelum ini, Otherwise enjoy the epilog.
Occupation, Motherhood selesai di sini. Cerita terbaru akan segera terbit, so yang belum follow account saya silahkan klik follow biar nggak ketinggalan dengan cerita2 dari saya.
Xoxo
Asoka Biru
**********
Aku dan Gabriel kembali ke apartemenku setelah acara akad nikah yang dilanjut dengan makan siang panjang. It was a small wedding. Seperti yang aku inginkan, hanya keluargaku serta keluarga Gabriel, kedua orang tuanya dan satu-satunya adik laki-laki beserta istrinya.
Gabriel masih dalam balutan jas warna hitam yang membuatnya sepuluh kali terlihat tampan, dan aku dengan kebaya warna gading.
¨It's just us,¨ kata Gabriel, aku menoleh ke arahnya yang berdiri di belakangku. Memang hanya ada kami berdua. Agni akan tinggal dengan kedua orang tuaku, besok kami berdua akan terbang ke Swedia untuk berbulan madu.
Gabriel meletakkan tangannya di pinggangku, menarikku mendekat ke tubuhnya. Seharusnya sekarang aku sudah terbiasa dengan sentuhannya, tetapi entah kenapa hari ini grogiku justru melesat sampai ke bulan.
¨What's wrong?¨ dia bertanya, menyadari kegugupanku. Aku menggigit bibir.
¨Aku cuman ... grogi.¨ Dia memiringkan kepala, seulas senyum muncul di bibirnya.
¨With me?¨
¨With us.¨
¨Dengan apa yang sebentar lagi kita akan lakukan?¨ katanya menggoda, membuat jantungku berjumpalitan tak tentu arah.
¨Mmm ... aku mau, mandi dulu.¨
Kedua matanya membesar. ¨Aku harus nunggu lagi?¨
¨Sepuluh menit.¨
Dia mengerang memelas. ¨Aku pasti tergolong manusia paling sabar sedunia.¨ Lalu menghempaskan badannya tertelungkup ke atas sofa.
Sejujurnya, aku perlu menenangkan detak jantungku. Kami pernah melakukannya, lebih dari dua tahun yang lalu, tetapi ini malam pertama kami secara resmi, walaupun secara teknis ini belum bisa dibilang malam. Anyway, aku gugup setengah mati. Di kepalaku, sering berkelebat fantasi tentang Gabriel, dan aku tentu saja, masak orang lain. Sesuatu yang liar. Sesuatu yang dulu pernah kami lakukan. Tapi sekarang, aku seperti mengkeret, ciut tak tentu arah.
Aku menatap diriku yang terbungkus lingerie warna hitam berbahan lace. Semenjak mempunyai Agni, aku tidak pernah merasa seksi, sedangkan Gabriel aku yakin dia akan terlihat seksi walaupun hanya dalam balutan jubah mandi. Atau mungkin terlihat lebih seksi dalam balutan jubah mandi. Aku membutuhkan ini, sesuatu yang bisa menaikkan tingkat keseksian, supaya kami berdua lebih seimbang. Paling tidak itu yang aku pikirkan sebelumnya, tetapi yang terjadi malah sebaliknya, kalau sebelumnya rasa grogi hanya sepuluh kali, sekarang meningkat menjadi tujuh puluh kali.
Tarik napas Tari, dia sekarang suamimu. Husband. That sexy guy outside is your own husband! Aku menghembuskan napas, membubuhkan lipgloss berwarna pink di bibirku, kembali menarik napas ketika tanganku sudah berada di handle pintu kamar mandi.
Ok, here we go!
Gabriel sedang berdiri dengan salah satu tangan memegang botol champagne, jujur aku tidak ingat pernah memasukkan botol champagne ke dalam kulkas, tetapi botol di tangannya tampak dingin. Dua buah flute berada di tangan yang lainnya. Jas hitam tidak melekat lagi di badannya, hanya kemeja putih yang kedua lengannya digulung sedikit di atas pergelangan tangan, dua buah kancing teratasnya dia biarkan terbuka, menyembulkan dadanya yang berbulu tipis. Kedua kakinya telanjang, tidak ada lagi sepatu melekat di sana. Dia berdiri terpaku, menatapku dengan bibir membentuk huruf O. Untuk sejenak aku pikir dia kehilangan cara untuk berbicara.
¨You look ... breathtaking.¨
Aku tertawa kecil dengan gugup. ¨Do I?¨
Dia meletakkan botol champagne dan flute di meja nakas, lalu berjalan menghampiriku. ¨Freaking absolutely breathtaking.¨ Jemarinya menyusuri lenganku, berjalan ke pundakku. ¨Hello, wife.¨
Aku yakin suara hai yang aku keluarkan kalah dengan suara detak jantung dari dalam dadaku.
¨I will choose the desert first, then.¨ Hangat hembusan napasnya bisa aku rasakan di kulit pundakku yang minim penutup, dia menurunkan tali lingerie yang setipis spaghetti. Tangannya yang lain meraih leherku, menopang kepalaku ketika aku mendongak untuk mencari wajahnya. Lalu dia meraih bibirku, perlahan, lembut, menikmati setiap sentuhan yang terjadi di bibir kami. Desahan samar keluar dari mulutku, seperti memicu liar yang sebelumnya tersembunyi di dalam dirinya. Lumatan bibirnya berubah mantap, membangkitkan rasa primitif yang selalu aku punya untuk dia.
Aku mengerang ketika tangannya menyibakkan lingerie di dadaku, meremas payudaraku yang tidak tertutup benang. Lalu dia menggendongku, sebelum membantingku ke tempat tidur. Sama seperti dulu, yang kami lakukan malam itu. Panas. Liar. seperti fantasiku tentang dia selama ini.
Gabriel meloloskan lingerie hitam yang aku kenakan dengan tidak sabar, sama seperti tanganku yang serampangan membuka kancing kemejanya.
¨Gabriel.¨
¨Yes,¨ jawabnya dengan napas memburu.
¨This is like my fantasies. Hot. Wild.¨
¨Do you like wild?¨ Dia membuka kemejanya dengan kasar.
¨Yes.¨ Tanganku beralih membuka pengait celananya.
¨I can give you wild.¨ Kedua tangannya merobek celana lace hitam yang aku kenakan.
Bayanganku dulu ketika pertama kali bertemu dengannya, manusia seksi ini akan menjadi suamiku dan kami akan mempunyai anak-anak yang bermata biru. Baru ada Agni, tapi sepertinya mulai malam ini kami akan giat membuat adik untuk Agni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Occupation, Motherhood
RomanceBatari Kirana sedang berada di puncak karirnya. Di usia 32 tahun dia menjadi business manager lokal pertama di industri fashion kelas dunia tempatnya bekerja. Muda, enerjik dan ambisius, dengan mudah dia mendapatkan cinta dan wibawa dari anak buahn...