4. It was fun!

26.7K 2K 11
                                    

Kepalaku berat, sangat berat, seperti ada bandul raksasa yang menggelantung di sana. aku mengurut pelipis yang terasa berdebam-debam, berharap akan meredakan sedikit rasa sakitnya. Tidak berhasil! Tentu saja tidak, memangnya aku siapa? Tukang totok, seperti di cerita-cerita silat itu? Aku benci hangover, sangat-sangat super duper benci. Kenapa aku setuju untuk minum bergelas-gelas wine tadi malam.

Oh tadi malam, kami ke tapas, makan malam lalu ke club, lalu ....

Aku memandang sekeliling, mencari-cari sesuatu yang familiar. Ini bukan kamarku, tentu saja bukan, ruangan ini terlalu luas. Lalu tempat tidur ini, terlalu besar dan nyaman, jelas bukan tempat tidurku yang hanya berukuran queen size dan dengan matrass yang aku beli dari IKEA. Jelas tidak senyaman ini, apapun merek matrass ini pasti ini tidak murah dan sudah pasti bukan dari IKEA.

Aaahhh ...!

Aku menutupkan kedua tangan ke mulutku. Aku diculik! Keluar dari klub kemarin malam dalam keadaan mabuk dan aku diculik, mungkin oleh seseorang yang sangat kaya lalu menempatkan aku di dalam ... lagi-lagi aku memindai sekeliling, apakah ini kamar hotel?

Bangkit dari tempat tidur dengan kepala berat, lalu aku menyadari bahwa tidak ada sehelai benangpun menempel di badanku. Oh tidaaak, apa yang sudah terjadi?

Mataku menyapu lantai di mana terdapat dress biru teronggok di sana, dan celana dalam, atau aku sebut saja apa yang tersisa dari celana dalam. Benda segitiga terbuat dari lace lembut berwarna hitam itu baru saja aku beli, dan harganya lumayan mahal, sekarang sudah tercerai berai dan tentu saja tidak mungkin aku kenakan lagi. Money wasted!

Tapi apa yang sudah terjadi, dan lebih penting lagi di mana aku sekarang berada?

Aku turun dari tempat tidur untuk meraih dress biru yang tergeletak di lantai, ada sedikit nyeri dari titik kewanitaanku. Aku meringis, lalu menelusupkan gaun biru itu ke dalam tubuhku. Tidak ada bra, aku tidak memakai bra kemarin. Meraih lace hitam yang kemarin masih berupa benda bernama celana dalam, lalu melemparkannya ke keranjang sampah.

Aku mendengar suara keyboard yang beradu dengan tarian jemari dari sisi ruangan lain. Mengayunkan langkah mengikuti suara itu, lalu aku melihatnya, sesosok makhluk tampan dalam balutan kemeja berwarna putih bersih, ada warna biru di sekitar dagunya menandakan dia bercukur sebelumnya.

"Halo," sapanya renyah. Senyum mengembang dari wajahnya yang tampan. "I wanted to say good morning, but is not really morning anymore."

"What did we do?" tanyaku dengan suara serak. Aku sudah bisa menduga apa yang terjadi tadi malam menilik dari celana dalam yang sobek dan kewanitaanku yang terasa nyeri, tetapi aku butuh konfirmasi.

"Mmmm ... sex, we had sex, mind blowing sex. You are amazing, really amazing. You don't remember?"

Aku tercenung, lalu perlahan-lahan ingatan itu kembali terajut di dalam otakku. Kami berdua keluar dari klub, di dalam taksi, kami bahkan hampir melakukannya di dalam taksi. Lalu dengan tak sabar dia menuntunku ke kamar hotelnya, aku sudah hampir telanjang ketika kami tiba di depan pintu kamarnya. Lalu semuanya terjadi, liar, primitif, dan seperti yang dia bilang mind blowing. Kami bercinta, sepertinya bercinta bukanlah kata yang tepat karena aku tidak atau belum jatuh cinta dengan orang ini. Aku memandang sosok tampan yang sedang duduk menatapku, mata birunya terlihat lebih jelas di bawah terpaan sinar matahari. Ok, tidak sedang jatuh cinta, walaupun berulang kali aku selalu menghayalkan love at the first sight dan sekarang seorang lelaki tampan sedang duduk di hadapanku, kami bercinta dengan liar semalam, tetapi aku tidak jatuh cinta.

We had sex! Tidak sekali, atau dua kali ...gosh, berapa kali sik? Aku lupa persisnya, tetapi aku teringat dengan jelas, kami berdua seperti orang ketagihan, lagi dan lagi. Melakukannya seperti kemarin adalah hari terakhir kami berada di dunia, sebelum serbuan virus baru bernama zombie menyerang seluruh sendi kehidupan.

Occupation, MotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang