It's happening. It is happening! Sesuatu yang selama ini aku tidak tahu kapan akan bisa terlaksana. Sekarang terjadi, maksudku ... sebentar lagi. Aku akan bertemu dengan orang tua Genta!
Aku hampir tidak percaya dengan pendengaranku sendiri ketika dia menanyakan apakah aku mau bertemu dengan orang tuanya. Apakah aku mau? Ya pastinya, itu sesuatu yang sudah aku tunggu-tunggu sejak lama. Sama seperti anak kecil menanti baju baru di saat lebaran.
Semalam setelah Agni tidur, aku menghabiskan waktu untuk mencari outfit yang tepat. Aku akan bertemu dengan orang tua Genta, calon mertua! Tentunya aku ingin memberikan kesan yang baik, ingin membuat mereka yakin bahwa aku ini menantu ideal. Calon, menantu ideal. Setelah hampir mengeluarkan seisi lemari akhirnya aku memilih terusan ini, dress warna biru selutut dengan sepatu berwarna nude. Kalem dan juga classy.
Agni aku dandani dengan rok tutu berwarna pink, aku memang bukan tipe Ibu yang matching matching dengan anaknya. Dia terlihat sangat lucu dengan tutu pink itu, walaupun tangannya selalu jail untuk menarik roknya ke bawah. Mungkin sudah kali ke dua puluh aku harus membenarkan letaknya roknya.
Genta datang ke apartemen dengan raut agak tegang, aku tidak tahu kenapa, tetapi sepertinya dia cukup terpesona dengan penampilanku ... atau penampilan Agni, entahlah, yang jelas, aura tegang dengan cepat menghilang dari wajahnya, digantikan dengan senyum plus lesung pipi yang selalu membuatku gemas itu.
Kami tidak banyak berbicara ketika menuju rumah orang tuanya di kawasan menteng. Aku terlalu gugup, beberapa kali aku membenarkan posisi duduk, geser ke kanan dan ke kiri, seolah aku ini penderita ambeien.
Genta menghentikan mobil di depan sebuah pintu gerbang tinggi, aku bisa melihat bangunan rumahnya dari arah luar, sangat besar dengan halaman yang tampak hijau dan asri. Rimbun pohon rambutan dengan buah yang sudah mulai memerah menjuntai ke arah pagar.
Dia menoleh ke arahku. "Kamu siap?"
Aku menghirup udara dalam-dalam, seolah memompakan oksigen secara maksimal akan membantu mengurangi rasa gugup yang bercokol dari ujung kaki ke ujung rambut. "E hem."
Seorang satpam membukakan pintu gerbang, mataku langsung disuguhi oleh taman asri dengan berbagai macam bunga mawar dan warna warni anggrek bergantungan di sudut-sudut taman, mereka sangat cantik. Ibunya pasti seorang pecinta anggrek, pikirku.
"So, ini rumahku. Lebih tepatnya, rumah orang tuaku." Genta memarkir mobil di depan sebuah garasi yang sangat besar, entah berapa buah mobil berada dalam garasi itu.
"Sangat asri," kataku.
"Mama pecinta anggrek." Dia menunjuk ke arah anggrek besar berwarna putih yang tergantung tidak jauh dari mobil kami.
"Very obvious." Di dalam kepalaku terlintas sosok anggun seorang Ibu dengan senyum ramah yang teduh. Aku belum pernah melihat Ibu Genta, tidak dalam bentuk foto sekalipun. Jadi aku tidak tahu menahu bagaimana rupa beliau. Tetapi menilai dari raut wajah Genta, pastilah sang Ibu adalah sosok yang cantik.
"Kamu siap?"
Ada jejak ketegangan di dalam suaranya. Aku tidak tahu kenapa, dan tidak mempunyai waktu untuk menganalisa, karena aku sedang sibuk untuk menenangkan detak jantungku yang saat ini sedang berlompatan. Goosh, ini lebih menegangkan dari masuk kerja untuk pertama kalinya.
Aku mengeluarkan Agni dari kursi belakang, bocah ini sedari tadi sangat kooperatif, tidak sedikitpun dia bertingkah rewel. Dan rok yang dia pakai, masih berada di tempatnya dengan benar.
"Biar aku yang gendong Agni," kata Genta. Dia meraih Agni dari gendonganku. Sekilas aku bisa melihat tarikan nafasnya yang dalam. "Yuk."
Dia menyulamkan jemarinya ke jemari tanganku, genggamannya yang erat berhasil membuat rasa grogi ku sedikit berkurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Occupation, Motherhood
RomanceBatari Kirana sedang berada di puncak karirnya. Di usia 32 tahun dia menjadi business manager lokal pertama di industri fashion kelas dunia tempatnya bekerja. Muda, enerjik dan ambisius, dengan mudah dia mendapatkan cinta dan wibawa dari anak buahn...