4⚔️

856 120 9
                                    

Saat perayaan ulang tahun Permaisuri, Jaeyoon tidak memakai pakaian Pangeran Agung. Dia tetap dengan hanbok seorang bangsawan biasa dan berkeliling di temani seorang pelayan.

"Pangeran, Wangdaebi mama meminta anda menemuinya." Seorang dayang menghampiri dia yang tengah memperhatikan para tamu dari berbagai negeri.

Jaeyoon mengangguk singkat, ia pergi menemui sang nenek. Sudah ada tempat yang di sediakan, orang sepertinya pasti memilih tempat duduk yang bukan disediakan untuknya daripada duduk dengan para jajaran pejabat pemerintah.

"Ada apa, halma mama?" Tanya nya sembari merapihkan pakaiannya.

"Aku jarang melihatmu akhir-akhir ini."

"Maaf halma mama, aku terlalu sibuk dengan keamanan ibu kota hingga sulit menemui halma mama." Ujarnya dengan berbohong, padahal tugas keamanan tidak terlalu menyibukkan dirinya.

Sang nenek hanya tersenyum meskipun tahu jika dia dibohongi.

"Halma mama memberikan hadiah apa untuk noonim?" Jaeyoon mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

Ibu Suri Agung menatap ke arah tempat Kaisar bersama Permaisuri nya. "Karena istri kakakmu sangat menyukai geomungo, aku membawa seseorang untuk memainkannya."

Mendengar hal tersebut mengingatkan Jaeyoon pada sosok yang akhir-akhir ini menjadi alasan kesibukannya yang benar. Sosok cantik yang membuatnya menghabiskan banyak uang hanya agar mereka bertemu.

"Ada apa denganmu, Pangeran?"

"Ah, gwenchana-yo."

Satu persatu acara telah dilaksanakan, hingga hadiah yang Daewangdaebi berikan datang. Seseorang dengan sebagian wajahnya ditutupi kain datang bersama Jongseong, seperti titahnya.

Jaeyoon berhenti minum dan langsung menaruh cangkirnya, ia terkejut dengan kedatangan Hoonsu di sana. Bagaimana neneknya mengenal Hoonsu? Tidak mungkin jika ada yang mengawasinya.

"Halma mama, aku tidak pernah dengar pemain geomungo nya."

"Aku mendapatkan kabar dari seorang pelayan jika ada seseorang yang pandai bermain geomungo tinggal di rumah bordil, tidak masalah yang terpenting permainannya bisa memberi hiburan untuk istri kakakmu."

Jaeyoon kembali mengalihkan fokusnya pada seseorang di tengah sana, pantas saja Hoonsu menolak ajakannya.

Jujur saja, Hoonsu kali ini benar-benar cantik. Apa ada yang melihat wajah cantiknya selain dirinya?

Ingin sekali dia mencabut mata yang berani melihat kecantikan seorang Song Hoonsu. Hanya dia yang boleh melihatnya, hanya dia seorang, hanya Pangeran Agung Shim Jaeyoon.

"Dia seorang laki-laki, tapi kenapa terlihat sangat cantik?"

Telinganya mendengar perkataan seorang Pangeran, adik-adik tiri sang ayah. Cengkraman tangannya pada cangkir semakin kuat, tentu saja dilihat oleh Daewangdaebi dan dayang senior.

Jaeyoon menarik nafas panjang dan menghembuskan nya. Kali ini permainan alat musik geomungo Hoonsu tidak menenangkan nya, tetapi membuatnya semakin tersulut emosi.

Hoonsu pun selesai, dia di minta untuk tidak langsung pergi dan menghadap sang permaisuri. Setiap gerakannya tidak pernah lepas dari mata Jaeyoon.

Kim Sooha tersenyum setelah berhadapan dengan seorang pemuda yang mau memainkan geomungo dihari ulang tahunnya, dia memberikan sebuah hadiah. "Terima ini, sebagai ucapan terima kasih."

"Maaf Junjeong mama, tidak perlu repot-repot. Wangdaebi mama sudah membayar saya."

"Jangan menolak, kau pantas mendapatkan nya." Sooha menepuk kepala Sunghoon dengan lembut dan tersenyum dengan lebar. "Sekali lagi terima kasih, Park Sunghoon."

Love In PoliticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang