41✨

315 44 0
                                    

Sunghoon yang sedang membaca dibujuk oleh dayang dayang nya untuk menghadiri perjamuan, tapi dia hanya membaca dan membiarkan mereka terus seperti itu sejak pagi.

"Kalian tidak lelah?"

Mereka menggaruk tengkuk masing-masing. Sunghoon menghela nafas, menutup bukunya, menatap mereka semua. "Aku tidak datang."

"Mama, seharusnya Anda datang. Anda harus bisa mengalahkan para selir itu." Ujar salah seorang dayang.

"Benar. Anda harus menunjukkan pesona Anda pada tamu yang datang, membuktikan jika keputusan Kaisar tidak salah."

"Tidak." Sunghoon mengambil buku lain.

"Mama, apa Anda tidak takut jika posisi Anda di rebut? Sudah bagus Anda yang menjadi permaisuri."

Sunghoon kembali mengabaikan mereka, biarkan saja. Keputusannya tetap tidak akan datang, jika posisinya direbut memangnya kenapa?

"Mama, Anda tidak perlu menjadi Song Hoonu." Ujar Gaeul.

"Apa hubungannya dengan Song Hoonsu?" Akhirnya ada kata lain yang keluar, karena Sunghoon terus mengatakan 'tidak', 'aku tetap tidak akan datang'.

Gaeul menaikkan alisnya. "Anda pikir apa hubungannya?" Ia bertanya balik. "Mama, jika posisi Anda di rebut, maka posisi Seja Jeoha juga akan tergeser."

Sunghoon terdiam menatap sosok perempuan Kim yang telah menjadi pelayan di keluarga nya dan di istana, Gaeul benar-benar membuat keputusannya goyah.

"Meskipun Pangeran Jaesung telah menjadi Putra Mahkota bukan berarti posisinya akan aman, itu bisa berubah sesuai siapa pemilik hati Jeonha."

"Mama tenang saja, kami sudah menyiapkan penjahit terhebat...."

"Di seluruh negeri?" Tanya Sunghoon bercanda.

"Di Hanyang hehehehe...." Mereka tertawa malu.

Sunghoon tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, ada ada saja tingkah mereka. Untung saja dayang serta kasim yang bersamanya bukanlah orang-orang kaku penuh peraturan.

Jaeyoon yang melihat Permaisuri nya itu ikut tersenyum, meskipun tidak tahu apa yang dibicarakan mereka. Sepertinya para dayang sedang membujuk sang Ratu, entah untuk apa.

Malam perjamuan pun tiba, seluruh tamu telah sampai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam perjamuan pun tiba, seluruh tamu telah sampai. Jaeyoon sebagai tuan rumah sudah duduk di singgasana nya. Sang ibu pun sudah duduk rapih, mengesampingkan jiwa penuh kekerasannya.

"Selir Kim Hee Yeol telah tiba." Protokol istana mengumumkan kedatangan selir senior tingkat 2 tersebut. Para tamu langsung terpesona melihatnya.

"Sangat disayangkan Anda hanya menjadikannya selir." Ujar seorang bangsawan.

"Dia benar-benar cantik, Jeonha."

"Sangat menggambarkan seorang Permaisuri yang anggun."

"Sebaiknya Anda duduk bersama."

"Tidak."

Jaeyoon hanya memasang ekspresi datar, dia masih menunggu Sunghoon datang. Jungkook yang dengar ingin sekali marah, baginya Permaisuri tidak harus anggun dan lembut, lebih baik tegas dan keras.

Selir tersebut duduk di tempatnya, sempat kesal karena di abaikan oleh sang Kaisar.

Dilain tempat, sebelum sang selir masuk, masih ada Sunghoon yang dipersiapkan. Karena dia benar-benar malas untuk datang, tapi dayang-dayang nya memaksa untuk bangun.

"Kalian membiarkan rambutku tergerai?" Tanya nya dengan ekspresi terkejut saat melihat cermin. "Hey, kalian mau mati?"

"Kami pasti dilindungi oleh Mama."

"Bagaimana bisa?"

"Jeonha pasti terpesona, Mama bisa meminta untuk memaafkan kami."

Sunghoon menghela nafas pasrah, dia sudah lelah lebih dulu. Membiarkan mereka mempersiapkannya yang tidak niat untuk datang. Acara yang pasti sangat membosankan.

Saat orang-orang tengah sibuk mengobrol karena acara perjamuan belum di mulai, terdengar pengumuman yang menandakan akan ada yang hadir lagi.

"Permaisuri Park Sunghoon telah tiba."

Orang-orang yang sedang mengobrol memusatkan perhatian mereka ke arah pintu masuk. Jaesung terlihat bingung, sore tadi ibunya masih mengatakan tidak akan datang saat ditanya ke sekian kalinya.

Pintu masuk terbuka, mereka bisa melihat seseorang dengan hanbok perpaduan warna putih, emas dan merah memasuki tempat perjamuan.

Seluruh tamu terperangah melihatnya, mempertanyakan jika Permaisuri perempuan atau laki-laki? Mereka dengar laki-laki, sama seperti Hee Bin, tapi ini mustahil disebut laki-laki.

Jaesung tersenyum melihat sang ibu datang, dia lihat ayahnya yang juga seperti para tamu. Dengan memastikan tidak ada yang melihat, ia dekati singgasana dan menutup mulut ayahnya itu.

Jaeyoon yang tersadar karena kelakuan sang anak segera bangkit dari duduknya dengan senyuman yang mengembang, dia menyambut Sunghoon di ujung tangga bawah.

"Kau terlihat sangat cantik."

"Jadi, selama ini aku tidak cantik?"

"Cantik, tapi kali ini lebih cantik." Jaeyoon baru sadar akan sesuatu hal. "Rambutmu di gerai?"

"Hanya setengahnya saja, mereka yang menyiapkan."

"Bukankah mereka tahu—"

"Mereka tahu, tapi mereka lakukan ini untuk mempersiapkan aku agar orang-orang tidak meragukan pilihanmu. Maafkan mereka, setelah ini hanya kau dan mereka yang bisa melihatnya."

Jaeyoon menghela nafas, ia menjulurkan tangannya dan diterima oleh Sunghoon. Mereka duduk bersama, menikmati perjamuan tersebut.

"Dasar anak muda." Ujar Jungkook sembari menggeleng-geleng.

"Anda juga seperti itu dulu dengan mendiang Kaisar." Ujar bibi Yoon.

Jungkook menyilangkan kakinya dan melirik tajam pelayannya itu. Bibi Yoon sudah biasa, jadi tidak takut atau khawatir. Memangnya tuannya itu bisa menghukum dia?

Acara perjamuan tersebut berjalan lancar, seluruh tamu pun sudah pulang atau pergi ke kamar yang disediakan oleh istana. Jaeyoon dan Sunghoon masih berdiri bersebelahan.

"Ayo."

"Mwo?"

Tanpa menjawab, Jaeyoon segera menggendong sang istri dan pergi dari tempat acara.

"Aish anak muda itu." Jungkook benar-benar tidak percaya dengan kelakuan putra dan menantunya itu. "Iya, aku tahu, aku juga seperti mereka dulu."

Jaesung mendekati adik kembarnya, menepuk bahu Sungyoon. "Ucapkan selamat tinggal pada posisi bungsu mu."

"Aniyo!" Sungyoon memasang ekspresi kesal. Meskipun dia dewasa, tetap saja posisinya adalah termuda. Orang-orang hanya menyebut namanya lebih dulu dibandingkan Suyoon, karena bagi mereka laki-laki harus pertama yang disebutkan.

To be continued….

Love In PoliticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang