10⚔️

679 86 3
                                    

Waktu terus berlalu, Sunghoon yang tidak bisa mengikuti segala tugasnya di kemiliteran karena harus menyembunyikan kandungan nya. Jaeyoon masih mencari kemana perginya sang pujaan hati.

Jaeyoon selalu menyibukkan diri dengan ikut perang dan aktif pada kemiliteran, mencoba lari dari rencana perjodohannya dengan seorang putri dari seorang menteri.

Tetapi, usahanya menjadi sia-sia. Pernikahan itu tetap terjadi tanpa adanya cinta dari Jaeyoon, ia hanya melakukan itu untuk melindungi sang kakak dari niat jahat Ibu Suri.

Jaeyoon yang memilih lari saat malam, tidur di ruangan rahasianya. Ruangan yang seorang mantan dayang katakan sebagai ruang rahasia kedua orangtuanya saat masih berhubungan secara diam-diam.

Seperti sekarang, padahal seorang ahli astronomi mengatakan jika malam ini adalah malam yang baik untuk mendapatkan seorang anak. Tapi Jaeyoon masih berpegang teguh jika dia hanya akan melakukan hubungan intim atas dasar cinta, meskipun awalnya ia dengan Hoonsu tidak seperti itu.

"Kyungjun-ah."

"Iya, Pangeran?"

"Kau masih belum mendapatkan informasi tentang Song Hoonsu?"

Kyungjun menggeleng. "Sulit mencari dengan sembunyi-sembunyi, Pangeran. Kita juga tidak tahu asal tuan Song Hoonsu." Jelasnya.

Jaeyoon menatap langit-langit kamar. Ia sangat-sangat merindukan sosok laki-laki itu, sosok lembut yang selalu menjadi tempatnya bercerita dan mendapatkan sebuah ketenangan.

Ia tidak ingin apapun, ia hanya ingin Hoonsu nya kembali.

"Bagaimana dengan kelompok bertopeng?" Jaeyoon mencoba mengalihkan topik pembicaraan untuk mengurangi kesedihan yang ia rasa malam ini.

"Mereka selalu lolos dan sulit mencari mereka di antara para rakyat."

Jaeyoon bangkit dari duduknya dan langsung mengambil jubah yang tergantung. "Kita bicarakan di luar saja." Ujarnya sembari memakai jubah itu.

Kyungjun hanya mengangguk, mengikuti sang tuan di belakang meskipun Jaeyoon biasanya akan menyuruhnya untuk berjalan beriringan jika sedang berdua saja, agar mudah saat mengobrol.

Malam itu udara cukup dingin, tapi Jaeyoon tidak merasa kedinginan sama sekali. Keduanya berjalan menuju danau, air yang tenang akan selalu membuat Jaeyoon merasa tenang juga.

"Hoonsu, kelompok bertopeng, kenapa mereka sulit di temukan?"

"Kenapa anda memburu mereka? Maksud saya, kelompok bertopeng?" Kyungjun mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

"Aku hanya ingin tahu maksud mereka, aku hanya ingin melindungi Kaisar jika mereka memang memiliki maksud jahat. Alasan kenapa mereka membunuh beberapa bangsawan dan mungkin mereka akan tahu keberadaan Hoonsu."

"Meskipun tidak pernah melihat mereka, sepertinya tidak ada niat jahat. Jika di selidiki, bangsawan-bangsawan yang di bunuh memiliki kejahatan yang tersembunyi. Ada juga dari mereka yang dicurigai terlibat akan kematian mendiang ayah anda, Pangeran."

Jika di pikir-pikir memang benar, tapi Jaeyoon harus mendapatkan jawaban langsung dari mulut mereka. Dan ingin tahu pemimpin kelompok hebat itu.

Jaeyoon perhatikan air danau yang menampilkan pantulan bulan. Kembali teringat akan Hoonsu saat memainkan geomungo, sosok cantik yang selalu menjadi tempatnya bercerita.

Karena harus menyembunyikan perutnya yang semakin membuncit, Sunghoon harus terkurung dalam kediaman nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena harus menyembunyikan perutnya yang semakin membuncit, Sunghoon harus terkurung dalam kediaman nya. Untung saja kediaman keluarga cukup besar, tapi tetap akan membuat Sunghoon bosan.

Pada malam hari, Sunghoon memilih menikmati malam di paviliun, ia selalu melakukan hal itu sebelum tidur berharap bisa tidur dengan nyenyak.

Baru saja ia sampai di paviliun nya, terdapat sebuah alat musik di sana.

"Siang tadi nona berada di paviliun dan bermain geomungo. Biar—"

"Tidak perlu." Sunghoon melanjutkan langkahnya sembari mengeratkan mantel yang ia pakai untuk menghalau udara dingin.

Ia mendudukkan diri dekat alat musik tersebut, benda yang sangat di hindari nya setelah kembali dari ibu kota. Mengusap alat tersebut dengan perasaan campur aduk.

"Tidak. Kenapa aku harus merindukan dia?" Batinnya mencoba mengelak.

"Bukan kah anda selalu bersemangat jika nyonya besar bermain geomungo? Anda juga bisa memainkannya, bukan?" Tanya seorang pelayan yang menemani.

Sunghoon ragu akan bisa memainkannya lagi. Bagaimanapun ia mengelak, dirinya tetap merindukan bunyi yang dihasilkan senar geomungo.

Para pelayan terlihat senang dan menikmati setiap nada yang dihasilkan. Ditengah permainannya, ia teringat pada sosok Pangeran Agung yang selalu menyamar untuk menemui dirinya yang juga sedang menyamar.

"Akh!" Sunghoon menghentikan permainan nya karena secara tidak sengaja tangannya terluka oleh senar, mustahil jika senarnya tajam. Kecuali dulu ia sengaja mengatur senar tersebut agar melukai tangannya.

"Tuan muda, apa yang terluka?" Para pelayan dengan panik langsung menghampiri.

Sunghoon menggeleng pelan sembari membalut lukanya dengan sapu tangan. "Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir." Setelah selesai, ia langsung memeriksa senar nya.

"Sepertinya bukan senar yang berkualitas, bagaimana bisa mereka membeli seperti ini?" Gumamnya dengan kesal.

"Anda—"

"Aku baik."

"Tapi luka anda harus segera di obat, apa perlu saya panggilkan—"

"Tidak perlu, siapkan saja air dan obat luka. Aku bisa mengobati nya sendiri." Titah Sunghoon yang memilih mengalah. Beberapa dari merekapun langsung pergi.

Sunghoon meninggalkan alat musik tersebut dan pergi ke sisi paviliun, ia perhatikan jarinya yang terbalut sapu tangan. Teringat pada kejadian dahulu. "Aku harap tidak terjadi hal buruk pada ku, orang-orang terdekat ku, dan juga dirimu. Semoga dewa terus melindungi."

To be continued….

Love In PoliticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang