7⚔️

743 96 1
                                    

Sampai di kediaman rumah, Sunghoon langsung masuk melewati kakak perempuannya begitu saja dan tidak membalas sapaan para pelayan yang terlihat senang atas kepulangan nya.

"Apa yang terjadi dengannya?" Tanya kakak perempuan Sunghoon, Park Minjeong, pada Sunoo, Riki, dan orang yang mendampingi mereka bernama Hwang Hyunjin.

"Sunghoon melarang kami memberitahu, dia akan memberitahu nya sendiri." Jawab Sunoo tak enak.

Minjeong mengangguk paham. "Terima kasih, apa kalian ingin mampir untuk makan dan minum?" Tawarnya.

"Tidak perlu, aku harus kembali ke tempat pelatihan." Jawab Hyunjin, lalu ia berpamitan. Disusul Riki dan Sunoo yang memilih untuk pulang.

Minjeong memasuki rumahnya, ternyata Sunghoon sedang berada di paviliun didekat danau yang berada di kediaman mereka. "Kau kembali dengan wajah murung, ada apa? Apa pangeran tidak tampan?"

"Aniyo." Sunghoon menatap seorang pelayan. "Tolong bawakan kertas dan pena." Pintanya.

Sang kakak meminta para dayang untuk pergi memberi mereka berdua waktu untuk berbicara. "Lalu kenapa?" Minjeong masih mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan adiknya.

"Noona akan tahu nanti."

Datanglah pelayan membawa barang-barang yang diminta si tuan muda. Sunghoon menuliskan sebuah surat untuk kakak dan ayahnya di istana.

'Appa, Hyung, aku kembali ke Gangwon dan akan ikut dalam ujian militer. Aku sudah berpamitan pada Daewangdaebi. Ini akan mengejutkan kalian, karena alasan lainnya aku sedang mengandung.'

Minjeong menatap sang adik dengan ekspresi tak percaya. "Kau masih sangat muda, Park Sunghoon!" Ujarnya di akhiri nada marah.

"Aku tahu, tapi semuanya sudah terjadi. Ramalan itu benar." Sunghoon berujar sembari melanjutkan mengisi suratnya.

"Kau tau bukan lanjutan dari ramalan nya?"

"Kalian sedang apa?" Datanglah seorang wanita cantik, ibu dari Park bersaudara. "Sunghoon, eomma tiba-tiba mendapatkan kabar jika kau pulang."

Sunghoon tersenyum kecil, ia langsung menggulung suratnya dan tidak lupa untuk di sembunyikan. "Akan diadakan ujian militer jadi aku harus pulang."

Minjeong diberi kode untuk menyembunyikan hal ini sementara waktu, sampai hari ujian militer selesai diadakan. Agar dia diizinkan untuk mengikuti nya.

Lee Jieun langsung memeluk putra bungsu nya yang sangat ia rindukan. Sunghoon menitikkan air matanya karena merasa bersalah sudah menyembunyikan hal yang sangat penting ini.

Meskipun hari sudah malam, Sunghoon masih berada di tempat panahan di kediamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun hari sudah malam, Sunghoon masih berada di tempat panahan di kediamannya. Ia tanpa henti terus mencoba memanah titik tengah, bahkan sudah terlihat papanya hampir rusak.

"Tuan muda, Pangeran mencari anda di rumah bordil." Ujar seorang pengawal yang diperintahkan untuk mengawasi ibu kota.

"Apa nyonya Lim memberitahu?"

Pengawal tersebut menggeleng. "Saya sudah membayar nya dan dia tidak memberi informasi apapun, hanya memberitahu jika anda sudah tidak bekerja di sana."

Sunghoon berhenti dari kegiatan nya. "Fokus kembali dengan pekerjaan mu, biarkan urusan Ibu Kota diurusi Jongseong hyung." Ujarnya sembari mengambil anak panahnya.

"Pangeran mengerahkan orang-orang nya untuk mencari anda." Laporan terakhir dari si pengawal.

Sunghoon membidik target nya, lalu melepaskan anak panah terakhir. "Siapkan kuda untuk besok, aku akan menemui Guru." Titahnya sebelum pergi masuk.

"Baik, tuan muda."

Sunghoon berpapasan dengan sahabat nya yang akan dinikahi kakak laki-laki nya di masa yang akan datang, entah kapan. "Kenapa kau belum tidur?" Tanyanya basa basi.

Tapi orang tersebut memberikan sebuah mangkuk. "Seharusnya kau menjaga diri dengan baik."

"Jungwon-ah, kau tau bukan kalau-"

"Aku akan melaporkan hal ini pada eommonim." Ancam Jungwon.

Dengan terpaksa Sunghoon meminum obatnya tersebut, pasti Minjeong yang memberitahu Jungwon perihal kandungannya atau tidak Sunoo dan Riki, salah satu dari ketiga nya.

"Meminum atau tidak sama saja, seperti obat pencegah kehamilan yang sering ku minum." Ujarnya setelah meminum habis obat buatan dari ibu Jungwon yang seorang tabib.

Si pemuda Yang tersebut berkacak pinggang. "Jika kau memakai pakaian perang apa itu benar-benar melindungi mu? Jika tidak, itu sama saja dengan obat pencegah kehamilan itu."

Sunghoon menatap calon dari kakaknya. "Gomawo." Ia segera pergi setelah mengembalikan mangkuknya.

"Adik dan kakak sama saja." Jungwon memeluk mangkuknya dan berjalan pulang diikuti beberapa pelayan dan pengawal nya.

Sunghoon bukan pergi ke kamarnya, ia pergi ke tempat persenjataan di kediaman keluarga nya. Ia melihat topeng dan pedang yang diberikan seseorang yang mengajarinya banyak hal tentang senjata dan rencana peperangan.

"Aku harus fokus pada mimpiku atau pada rencana Daewangdaebi bersama ayah?" Ia menatap lukisan leluhur keluarga nya, kebanyakan dari mereka adalah seorang Jenderal.

"Sunghoon-ah." Terdengar panggilan dari sang kakak.

Tapi hanya di diami olehnya, Sunghoon butuh waktu sendiri untuk memutuskan jalan hidupnya sekarang. Terlibat dalam politik kekaisaran atau hanya terlibat dalam pertarungan mempertahankan keamanan Kekaisaran.

"Aku akan bertanya pada Guru Jung, semoga dia bisa membantu." Ujar Sunghoon penuh harap. Ia mencoba menenangkan diri, jika kandungan nya bermasalah akan membuat kesehatan nya juga ikut bermasalah dan menghalanginya mengikuti ujian nanti.

To be continued....

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love In PoliticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang