28🖤

425 65 1
                                    

Sunghoon senang jika dirinya diterima di desa tersebut, tapi dia takut jika akan ada yang mengetahui keberadaan nya. Apalagi desa ini penghuni nya adalah pelayan-pelayan dari selir Hee Bin.

"Tinggal lah di sini." Ujar wanita bermarga Yoon tersebut sembari membawakan makanan untuk Sunghoon. Jaesung tengah bermain dengan anak-anak di sana.

"Aku khawatir."

"Kami akan menjagamu, seperti kami menjaga selir Hee Bin dan Pangeran Agung. Kami bukan orang jahat."

Sunghoon menghela nafas. "Aku takut sesuatu terjadi pada anakku."

"Itulah yang Hee Bin mama rasakan saat putra pertamanya baru saja lahir, setiap makanan yang disajikan pasti selalu dicoba oleh seorang pelayan dan melarang anaknya bermain, seperti mu."

"Pangeran Agung?"

"Aku sendiri hanya mengetahui perkembangan nya sampai dia berusia 10 tahun. Sama seperti anak kecil pada umumnya, hanya saja dia selalu berbuat nakal pada Daebi Mama saat itu dan berlindung pada Wangdaebi mama karena kakaknya belum bisa memutuskan sendiri."

Sunghoon terdiam. "Apa mendiang ayah Kaisar memiliki selir laki-laki selain Hee Bin mama?"

"Tidak ada, hanya Hee Bin mama. Dan hanya ada satu selir dengan gelar Bin saat itu."

"Setelah kalian diusir dari istana, bagaimana kehidupan kalian?"

"Kami pergi hanya dengan membawa pakaian sendiri, jadi tidak ada bekal untuk menghidupi. Hanya bermodal mencari di hutan."

Sunghoon ingat jika ia memiliki perhiasan dan uang. "Apa tanah di sini subur?" Tanya nya sebelum memutuskan harus apa ia gunakan uang-uang tersebut.

"Tentu saja."

Sunghoon kembali tersenyum, ia meminum teh yang disajikan. Benar-benar seperti teh kerajaan, meskipun ia yakin jika daun teh yang mereka dapatkan bukanlah daun teh mahal.

"Apa yang terjadi pada mu?" Tanya bibi Yoon dengan hati-hati.

"Orang-orang dalam istana mengenalku sebagai selir kesayangan kaisar, Gi Bin, itulah nama yang di berikan. Hanya saja Kaisar tidak bisa menepati janjinya, dia yang mengatakan tidak akan pernah dijadikan boneka oleh siapapun tapi akhirnya menurut saja."

"Pada kehamilan kedua aku mengalami keguguran , awalnya aku diperhatikan dengan baik olehnya, tapi akhirnya aku diabaikan, tidak dipedulikan. Hingga tiba-tiba Jeonha datang dengan marah, ia mengatakan jika aku hendak mencelakai selir barunya. Sedangkan aku hanya diam di kamar."

"Aku bertanya apa dia ingin aku pergi dan jawabannya iya, karena itu aku memilih pergi dengan pelayan dan pengawal ku. Tapi, kami diserang ditengah jalan."

"Aku memang bisa bertarung tapi kondisiku sedang mengandung, aku baru saja terjatuh dan perutku mengalami sakit. Aku tidak bisa melawan mereka dengan leluasa dan akhirnya aku jatuh ke dalam jurang, diselamatkan oleh guru ku." Ujarnya sedikit berbohong.

Bibi Yoon memeluk seseorang yang ia ketahui sebagai selir kesayangan dari putra kedua tuannya tersebut, ia membiarkan Sunghoon menuangkan kesedihan yang dipendam nya selama ini.

"Tuan muda." Seorang laki-laki mendatangi mereka. "Izinkan kami melindungi Anda, kami akan membantu Anda merebut kembali milik Anda."

"Terima kasih, tapi kubu selatan saat ini terlalu kuat. Apalagi dengan berita kehamilan Permaisuri, sudah pasti anak itu yang akan menjadi Putra Mahkota."

"Permaisuri? Seorang laki-laki?"

"Aniyo, dia perempuan."

Bibi Yoon merasa bingung, terlihat dari wajahnya. "Kakek dari Kaisar telah dikutuk oleh seseorang yang dia bunuh. Dahulu kakek Kaisar menganggap seorang laki-laki sebagai perempuan, hingga akhirnya dia tahu hal itu dan mengetahui laki-laki itu memiliki hubungan dengan sesama jenis."

"Dia marah dan langsung membunuh keduanya, kekasih dari orang yang dianggap perempuan itu mengutuk dua keturunan mendiang Kaisar hanya akan mendapatkan keturunan dari seorang laki-laki, tidak ada perempuan yang melahirkan keturunan untuk Kekaisaran."

"Jadi kutukan itu benar? Bagaimana kubu selatan membuat Kaisar menganggap kutukan itu sebagai kebohongan?" Ujar Sunghoon tak percaya.

Laki-laki baya di sana mengangguk. "Seperti yang Anda katakan, kubu selatan itu kuat. Ibu Suri Agung mencoba meruntuhkan mereka, tapi memang sulit."

Sunghoon melihat putra nya yang asik bermain, bagaimana memberikan hak Jaesung sebagai anak pertama Jaeyoon? Meminta janji yang telah Jaeyoon berikan?

Sunghoon melihat putra nya yang asik bermain, bagaimana memberikan hak Jaesung sebagai anak pertama Jaeyoon? Meminta janji yang telah Jaeyoon berikan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunghoon bersama bibi Yoon, Jaesung, dan beberapa laki-laki di sana pergi ke pasar yang biasa orang-orang desa itu kunjungi. Ia menjual perhiasan dan barang-barang yang sekiranya bisa dijual.

Terkecuali cincin pernikahan nya, gelang pemberian Jaeyoon saat menjadi Jaeyu. Cukup untuk mereka memberi bibit tanaman, alat-alat bertani dan pasokan makanan untuk mereka.

Jaesung sendiri tampak senang bisa pergi keluar, selama 4 tahun dia hanya bisa bermain di halaman rumah. "Baba, aku ingin ikan."

"Kau ingin makan ikan?"

"Tidak, aku ingin ikan untuk dipelihara."

"Ah baiklah." Sunghoon mengikuti sang anak pergi, dibelakang nya bibi Yoon juga mengikuti khawatir jika terjadi sesuatu pada menantu dari tuannya.

Bibi Yoon benar-benar melihat sosok Jaeyoon pada Jaesung, terutama saat Jaeyoon pertama kali di ajak keluar oleh pamannya. Jaeyoon kembali dari luar istana membawa seekor anjing.

Jaesung benar-benar senang karena memiliki ikan yang cantik. "Aku akan menjaganya dengan baik, seperti baba menjaga ku."

Sunghoon mengusap kepala putranya tersebut. "Jangan cepat besar, baba tidak rela kau menjadi besar." Ujarnya bercanda.

"Apa tuan juga tidak menyukai penampilan mu dengan rambut digerai dilihat orang-orang?" Tanya bibi Yoon iseng, karena Sunghoon tidak pernah membiarkan siapapun melihatnya dengan rambut tanpa diikat itu.

"Iya dan aku sudah terbiasa dengan itu."

"Baba, ayo kita pulang." Ajak Jaesung yang membawa guci berisi ikan.

Mereka pun pulang membawa barang-barang yang sudah dibeli, sesekali bercanda di jalan. Orang-orang di sana benar-benar menjaga nya dengan sangat baik.

"Aku tidak salah lihat, kan? Itu Sunghoon?"

"Aku juga lihat dengan jelas."

"Kenapa dia ada di sini? Kenapa bukan di markas kelompok bertopeng?"

"Mana ku tahu, kau pikir aku pelayannya?"

"Kita kan sebelum nya memang pelayan dia."

To be continued….

To be continued…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love In PoliticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang