42✨

492 51 0
                                    

Jaeyoon pergi berburu ditemani oleh Sunghoon dan banyaknya pengawalan, khawatir penyerangan dahulu kembali terulang. Jaeyoon tidak ingin kehilangan lagi. 

"Kenapa?" 

"Panah rusa itu." 

Sunghoon menatap busur yang diberikan oleh Jaeyoon, dia ambil dan langsung melakukannya. Hanya dengan satu anak panah, rusa tersebut langsung mati. 

Jaeyoon tersenyum sembari bertepuk tangan. "Kenapa saat itu kau lari?" 

"Hanya orang bodoh yang tetap diam disaat dirinya sedang masa persembunyian." Sunghoon sudah paham maksud dari Jaeyoon. 

Pengawal segera membawa rusa tersebut, akan menjadi bahan tambahan di dapur. Melihat luka rusa tersebut, membuat Sunghoon tiba-tiba mual.

"Jauhkan." Titah Jaeyoon yang masih menahan Sunghoon yang bisa saja terjatuh dari kudanya. "Ada apa?" 

Sunghoon masih menutup mulutnya, rasa mual membuatnya pusing. Jaeyoon berpindah kuda dengan mudahnya pada kuda sang Permaisuri. "Jusang…." 

"Kenapa?" 

"Sepertinya…" Sunghoon mendekatkan mulutnya pada telinga sang Kaisar. "Aku mengandung." 

"Kalau begitu kita pulang sekarang." Dengan satu tangan yang memeluk pinggang Sunghoon dan tangan lainnya yang ia gunakan untuk mengendarai sang kuda.

Sampailah di istana, Jaeyoon langsung membawa Sunghoon ke kamar mereka. Memerintahkan seorang dayang memanggil Jungkook, biasanya ada Wonwoo, karena Wonwoo seperti penasehat bagi sang adik.

Sampailah keduanya yang pasti diikuti pelayan dan pengawal. Tetapi ruangan tersebut kosong dan terjaga oleh para kelompok bertopeng yang masih dalam penyamarannya sebagai pengawal biasa. 

"Kau tahu?" Tanya Wonwoo setelah memeriksa keadaan Sunghoon.

Sunghoon mengubah posisinya untuk duduk. "Aku pernah mengandung 3 kali." 

Wonwoo tertawa kecil. "Baiklah, kau memang sedang mengandung. Tapi Sunghoon, kali ini kandungan mu sangat lemah. Jadi tolong jangan terlalu kelelahan dan banyak pikiran, mengerti?" 

Sunghoon masihlah anak kecil yang dilindungi oleh anggota kelompok bertopeng, mereka akan tetap menganggap Sunghoon seperti itu. Dan tidak ada masalah jika hanya memanggil nama. 

"Dengar, Jusang?" Tanya Jungkook pada putranya tersebut. 

Jaeyoon menunjuk telinganya. "Masih bekerja dengan baik." 

Sang ibu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau percaya pada kehamilan seorang perempuan, jika perlu diingatkan." Ujarnya dengan malas. 

"Sekarang tidak." 

"Aku harap seperti itu. Sudahlah Wonwoo, biarkan para anak muda ini berbicara." 

"Usiaku sudah 30 tahun." Ujar Jaeyoon pada sang ibu yang tetap pergi. Dia duduk di sisi Sunghoon yang tiba-tiba diam. "Ada apa?"

"Aku tidak ingin, aku tidak ingin."

"Kau tidak ingin apa?"

"Aku tidak ingin mengandung."

"Hey, ada apa?"

Jaeyoon langsung memeluk yang lebih muda, membiarkan Sunghoon tenang dahulu. "Kenapa? Katakan pelan-pelan saja."

Masih dengan posisi berpelukan, Sunghoon memberitahu alasannya. "Aku tidak ingin sendirian." Singkat, namun Jaeyoon paham.

"Tidak akan, sayang. Sekarang dan hari-hari selanjutnya, aku akan selalu bersamamu. Maaf, karena aku membuatmu menghadapi semuanya sendirian."

Love In PoliticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang