02. Elsaka

32.9K 2.7K 71
                                    

Elang saat ini sedang menahan gemas dengan Saka yang ada dipangkuannya. Dielusnya pelan pinggang Saka yang membuat empunya tersentak kaget.

"Kenapa kesini tadi?"

Saka menegakkan duduknya lalu berusaha untuk beranjak karena takut jantungnya akan lari keluar dari tubuhnya.

Elang menahan pinggang Saka, "Tetap seperti ini, Saka," ucapnya final.

Saka diam sediam diamnya karena takut salah bergerak dan malah membuat Elang marah.

Elang yang menyadari itu tersenyum gemas melihat tingkah laku omeganya, eh?

"Jadi?"

Saka memberanikan diri, "i-itu, aku mau tanya kamu ada kelas gak hari ini? Kalo gak ada, temenin aku beli kado buat ulang tahun mama kamu minggu depan dong,"

Disuguhkan dengan tatapan penuh harap dari si kecil, Elang tidak bisa menahan senyumannya.

Saka tertegun melihat senyuman Elang yang biasanya hanya ditujukan ke Ivanno seorang.

"Aku siap siap dulu," ucap Elang sambil berdiri dengan tetap menggendong Saka dan mulai berjalan menaiki tangga.

"Eh?"

"Kamu tunggu di kamarku,"

Saka hanya diam tidak memberontak karena masih bingung. Elang habis kerasukan atau bagaimana?

◇◇◇

Sesampainya di kamar, Elang langsung mendudukkan Saka di kasurnya dan mencium pipi Saka sebelum berjalan menuju walk in closet untuk berganti pakaian.

Disisi lain, Saka yang diperlakukan begitu oleh Elang sudah berguling guling di kasur dan bergumam tidak jelas.

"Gila gila gila lo Saka gila,"

"Aduh gue baper banget banget ini, gimana ya?"

"Susah suka sama orang yang love languagenya physical touch,"

"Tadi katanya gue milik Elang, berarti sekarang kita pacaran?"

"Tapi Ivanno tai anjing itu gimana?"

"Otak mungil gue gak bisa mengerti sifat Elang yang berubah banget anjing!"

"Pusing pusing pusing pusing!" ucap Saka frustasi sambil mengacak acak rambutnya.

"Pusing kenapa, sayang?"

Saka terduduk kaget mendengar pertanyaan dari Elang, "E-eh, aduh, maaf, kasur kamu jadi berantakan,"

"Gapapa, kamu pusing kenapa?" tanya Elang sambil berjalan menuju meja untuk merapikan penampilannya.

Saka mendongak dan menatap Elang takut takut, "Emm... aku bingung,"

"Bingung kenapa?" tanya Elang sambil masih sibuk memakai jam tangan.

"Kita ini... pacaran?"

Elang menoleh menatap Saka, "iya, lebih tepatnya calon tunangan," tegasnya.

Saka melongo mendengar penuturan Elang, tanpa sadar dia bertanya, "Terus Ivanno?"

Elang menghela nafas, baru menyadari kebodohannya sendiri.

Secara tidak sadar dirinya masih menganggap dunia ini sebagai novel dan bertindak semaunya tanpa memedulikan perasaan Saka.

Saka pastinya bingung dengan perubahan sifatnya yang tiba tiba ini.

Elang berjalan mendekat dan duduk disebelah Saka, "Aku minta maaf," ucapnya sambil menggenggam tangan kecil Saka.

Melihat tatapan bingung Saka, Elang melanjutkan bicaranya. Mencoba memposisikan dirinya sebagai 'Elang' yang memang telah berubah.

"Aku sadar kalo ngejar ngejar dia tuh nggak berguna dan malah bikin aku jadi pribadi yang berontak,"

"Mungkin emang takdirnya dia sama Rangga, aku bodoh banget buat gangguin hubungan mereka terus. Padahal disampingku ada kamu, Saka."

"Aku minta maaf udah sia siain kamu selama ini, Saka. Aku mohon beri aku satu kesempatan, kita mulai dari awal ya?" ucapnya diakhiri dengan kecupan dipunggung tangan Saka.

Saka terkejut mendengar penuturan Elang, tanpa sadar air matanya sudah turun membasahi pipi merahnya.

Entahlah, Saka bingung harus berekspresi seperti apa dan malah berakhir menangis. Perasaannya benar benar campur aduk. Dirinya baru sadar kalau ternyata dia selemah ini terhadap Elang.

Mungkin memang cinta itu buta. Saka tidak peduli dengan semua cacian yang diberikan kepadanya saat mengejar Elang. Karena memang Saka tulus.

Saka hanya ingin Elang melihatnya seperti dulu, sebelum adanya Ivanno dalam hidup mereka. Ingin menjadi sikecil yang suka menempel pada Elang tanpa didorong menjauh.

Walaupun temannya beberapa kali menyuruh Saka merelakan Elang, Saka tidak bisa. Cintanya bukan cinta yang tidak ingin terbalas. Dirinya punya hak. Hak untuk dicintai oleh Elang.

Tidak apa apa, sebut saja Saka egois, bodoh, atau apapun itu. Karena memang dihatinya hanya ada Elang. Dirinya benar benar sudah sejatuh itu kedalam pesona sang dominan.

Elang memeluk Saka, dielusnya rambut milik si kecil dengan sayang, "Maaf," lirihnya pelan.

◇◇◇

Selang beberapa menit Saka sudah lebih tenang, Elang memakai sapu tangan miliknya untuk mengelap air mata kekasih kecilnya ini.

"Kamu beneran tadi?" tanya Saka sambil menyembunyikan rasa malunya karena sempat menangis seperti bayi.

"Iya," jawaban tegas Elang membuat Saka tidak bisa menyembunyikan raut bahagia dari wajahnya.

"Beneran? Bener bener bener beneran?" tanya Saka excited.

Elang yang udah kelewat gemas langsung mendekatkan wajah mereka dan mengigit pipi bulat Saka.

"Argh, Elang!" protes Saka sambil mencubit paha Elang. Saka cemberut sambil mengelus pelan pipinya yang digigit Elang.

Elang tertawa puas melihat cetakan giginya di pipi si kecil.

Melihat Elang yang tertawa, Saka makin cemberut. Si kecil lagi kesal.

Setelah berhasil meredakan tawanya, Elang mengelus pipi Saka yang tercetak samar gigitannya, "Jadi beli kado buat mama?"

Bagaikan lupa dengan kekesalannya, Saka langsung bersemangat.

"Jadilah! Ayo buruan!" ucap Saka sambil menarik Elang keluar kamar.

Elang yang ditarik hanya pasrah dengan kelakuan random kekasih kecil 'baru'nya ini.

◇ TBC ◇

RAVELANG [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang