34. 'Itu'

7.3K 642 33
                                    

Elang sedang terduduk lemas di kursi depan ruangan UGD tempat Saka sedang ditangani. Yang lain belum tiba karena mengurus beberapa hal, khususnya membawa Ivanno dan mengumpulkan bukti bukti lain.

Elang meraup wajahnya frustasi, "Gak mungkin, kan?" gumamnya.

"Jelas jelas gue ngerasain ada kehidupan di perut Saka. Aura feromon yang belum kebentuk juga lumayan kuat," lanjutnya.

Elang mengacak rambutnya, dirinya tidak akan menyangka kejadian ini akan terjadi secepat ini.

Elang lengah.

Elang kira, Rangga dan Ivanno tidak akan berani menyerang saat Saka sedang ada dalam kediaman Gustira.

Elang menunduk, air matanya yang sudah berhenti tadi kembali keluar. "Gue masih mau berharap keselamatan bayi itu... tapi, jatuhnya Saka yang berguling ke jurang pasti berkali kali nekan bagian perut..."

Elang semakin menundukkan kepalanya, "Tapi yang terpenting, Saka, gue mohon tetap bertahan, sayang."

Suara langkah kaki yang berlari kearahnya membuat Elang mendongak, dirinya langsung bertatapan dengan Reeiz.

Reeiz membungkukkan badannya dan memeluk anak tunggalnya itu, Elang balas memeluk dan menenggelamkan wajahnya di perut Reeiz.

"Elang gagal ngelindungi Saka, ma..." gumamnya pelan.

Reeiz mengelus pelan kepala Elang, ikut sakit melihat keadaan anaknya saat ini.

"Saka pasti selamat, Saka lebih kuat dari yang kamu kira." ucap Reeiz menenangkan Elang.

Yang lain hanya berdiri diam dengan pemikiran mereka masing masing, tidak mau mengganggu pembicaraan Reeiz dan Elang.

Alex juga ikut menepuk pelan bahu Elang, "Kamu bersihin diri kamu dulu aja, Elang. Biar papa, mama, dan yang lain yang berjaga disini,"

Elang mendongak ingin protes, "Tapi pa—"

"Udah, bener kata papa. Kamu mau ketemu Saka dengan keadaan penuh darah yang udah mengering gini?" potong Reeiz, dirinya menghapus pelan jejak air mata di wajah Elang.

Elang bungkam. Dirinya hanya bisa menurut. Bagaimanapun juga, dia tidak ingin terlihat berantakan didepan Saka.

Elang berdiri lalu berjalan, tapi dihentikan dengan Bara dan Rendra yang ada disana.

"Lo gak sendirian, Lang." ucap Rendra yang diangguki Bara.

"Sorry gue baru bisa bicara sama lo sekarang, tapi yang harus lo inget, lo tetep sahabat kita. Jangan terpuruk sendiri, oke?" ucap Bara sambil menepuk pelan bahu Elang.

Elang tersenyum tipis, dirinya melirik ke arah Daniel yang diam sedari tadi.

"Sorry, harusnya gue dirumah aja dan jagain Saka," ucap Daniel sambil menundukkan sedikit wajahnya.

Elang berdecak, "Gak ada yang salah disini selain Ivanno dan Rangga." ucap Elang yang membuat ketiganya tersenyum miring.

Elang terkekeh sinis melihat ekspresi ketiga sahabatnya itu, dirinya berjalan dan pergi meninggalkan ketiganya setelah memberi perintah.

"Jangan sampai mati, sisain buat gue dan Saka."

◇◇◇

Elang sedang menunggu di samping ranjang rumah sakit Saka. Penanganan sudah selesai dilakukan dan hanya perlu menunggu kapan Saka sadar.

Untung saja tidak ada luka dalam, yang artinya, Ivanno dan Rangga tidak berbuat hal lain pada kekasihnya. Ya, memang tidak ada luka dalam selain 'Itu'.

RAVELANG [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang