36. Kembali

4.2K 414 21
                                    

Elang duduk dengan Saka yang bersandar di dadanya. Dirinya sibuk mengelus tangan sang kekasih sembari mencium puncuk kepalanya dengan sayang.

Untung saja kondisi Saka sudah berangsur angsur membaik setelah melewati pengobatan yang lumayan panjang. Saat ini Saka hanya harus dirawat dalam beberapa hari untuk mentsabilkan nutrisi dalam tubuhnya.

Elang masih belum membahas mengenai 'ketiga' anaknya, masih menunggu Saka untuk lebih rileks sedikit lebih lama lagi.

"Ngelamunin apa?" tanya Elang sambil mencium pipi Saka karena sadar kalau si kecil asik melamun sambil melihat keluar jendela.

Saka hanya menggeleng pelan lalu semakin menyandarkan diri ke dada Elang sembari memejamkan matanya.

Elang tersenyum tipis, tangannya berpindah dari yang tadinya menggenggam tangan Saka menjadi mengelus pelan perut Saka yang masih rata.

Keheningan tercipta diantara keduanya, sibuk dengan pikiran masing masing. Elang sesekali mencuri kecupan diarea leher Saka sambil masih menguarkan feromon menenangkan untuk sang omega.

Sebisa mungkin Elang ingin Saka tetap tenang, bisa merasakan rasa nyaman dan aman didalam pelukannya.

"Aku tau." ucap Saka membuka suara ditengah keheningan itu.

Elang diam, dirinya seakan tau akan kemana arah pembicaraan Saka.

Saka menghela nafas pelan "Jujur aja, aku masih gak bisa percaya, ini gak masuk akal."

Saka semakin menyandarkan dirinya kebadan Elang, dirinya tau kalau sang dominan sengaja memberinya waktu untuk bicara.

"Dia, masuk kedalam mimpiku. Manggil aku 'mama' dan buat aku berjanji untuk selalu bahagia bersama kedua saudaranya,"

Saka menghela nafas lagi sambil meremas pelan jemari Elang, "Padahal aku kan laki, kenapa dia bersikeras manggil aku mama..."

Elang bingung. Tak habis pikir dengan pemikiran kekasihnya. Apakah hal itu yang paling mengganggu pikirannya?

"Sayang..." panggil Elang lembut sambil mencium cuping telinga Saka.

Saka memejamkan matanya, berusaha keras untuk menahan air matanya, "Kenapa dia milih pergi?"

"Apa dia segitu gak pengennya ketemu sama 'mama'-nya?"

"Apa dia malu punya mama yang gak bisa menjaga diri sendiri seperti aku?"

"Atau apa dia- ump," ucap Saka tidak selesai karena bibirnya yang dibungkam oleh Elang.

Tentu saja dibungkam menggunakan bibir Elang.

Saka menutup matanya, membiarkan air mata keluar bersamaan dengan dirinya yang memperdalam ciuman diantara keduanya.

Selang dua menit, Elang menyudahi aktivitas mereka, dirinya mencium bergantian kedua mata sang kekasih yang masih terpejam.

"Kamu tau kalau semua itu salah, kan?" Elang mengusap pelan air mata si kecil, "Aku tau ini gak masuk akal, tapi itulah jalan yang dia pilih. Untuk menyelamatkan kalian bertiga."

"Jangan lupa kalau kamu udah janji untuk selalu bahagia, oke?" ucap Elang dengan kecupan dihidung Saka setelahnya.

Saka tersenyum tipis, posisinya yang saat ini ada di pangkuan Elang sambil berhadapan membuatnya memeluk dengan menenggelamkan wajahnya di leher sang dominan.

"Dia bahkan belum terbentuk sempurna sebagai janin, gimana bisa melakukan hal itu?" cicitnya pelan.

Elang mengelus pelan rambut Saka guna menenangkan, "Saat kondisi kamu udah membaik, ayo buat tempat untuk mengenang dia,"

RAVELANG [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang