NAOMI 09

104 9 3
                                    

Assalamualaikum.

Halo!

Apa kabar?

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍



Karena kejadian tadi siang di perpustakaan itu, malamnya Naomi jadi bingung sendiri. Ia menatap Hoodie hitam milik Mikail tersebut dalam-dalam. "Duh, pas di balikin ngomongnya gimana, ya?" Monolognya.

"Ihh Malu bangeeet!" Sahut Naomi saat kembali mengingat kejadian tersebut. Perempuan tersebut menutup wajahnya, rasanya ia ingin mengucapkan mantra agar Mikail melupakan kejadian itu.

Cewek tersebut kemudian kembali menatap Hoodie Mikail yang sudah di cucinya. "Tapi kok, dia tiba-tiba punya Hoodie ini, ya? Perasaan waktu ngobrol gue enggak liat dia pake Hoodie?" Gumam Naomi bingung.

Padahal pada kenyataannya, Mikail memakai Hoodie, memang Naomi saja yang tidak memperhatikannya.

"Au ah, puyeng pala cantik gue!" Ungkap Naomi kemudian memilih untuk melipat Hoodie tersebut lalu menyimpannya di dalam totebag dengan rapi.

Setelah rapi, ia keluar dari kamar dan menghampiri Mami Papinya yang sedang bercanda mesra—sampai membuat Naomi baper sendiri—di ruang keluarga, ruangan favorit mereka.

"Mam, Pi." Panggil Naomi lalu ikut duduk lesehan di karpet bulu itu.

"Kenapa, nak?" Tanya Papinya yang saat ini sedang rebahan sambil kepalanya di pijat-pijat oleh sang istri.

"Enggak kenapa-kenapa." Balas Naomi kemudian ikut rebahan di samping kanan Maminya. Jadi sekarang sang ibu berada di tengah-tengah suami dan anaknya yang sedang rebahan.

"Mam," panggil Naomi pada ibunya.

Mendengar panggilan itu, Maminya tersenyum. "Tuh, adanya apa-apa ini." Sahut Papinya seraya ikut tersenyum juga.

"Hehehe." Naomi menyengir lucu.

"Cerita aja," papar Maminya.

Naomi terlihat menarik napasnya sejenak kemudian mengembuskannya lalu mulai bercerita tentang kejadian di perpustakaan bersama Mikail itu. "Sekarang aku malu bangeeet!" Tutur gadis tersebut diakhir ceritanya, ia bahkan sampai menutupi wajahnya.

"Ya Allah, berdoa aja nak, semoga orangnya lupa." Ujar Maminya seraya mengusap-usap rambut Naomi.

"Besok kamu berterima kasih, masih untung yang liat cuma satu orang, terus langsung di kasih tau, di tolong pula. Bayangin kalau kamu sadarnya pas di rumah?" Terang Pak Reno yang membuat Naomi mengerucutkan bibirnya.

"Papi mah gitu!" Rengek Naomi sembari memeluk Maminya.

"Kan papi cuma ngomong gitu." Papi Naomi kini juga ikut mengerucutkan bibirnya.

"Sudah, Mas." Tegur Bu Risa saat melihat sang suami membalas ucapan anaknya lagi.

Bibir Pak Reno semakin monyong, pria yang hampir setengah abad tersebut kini beralih menaruh kepalanya pada tengah-tengah kaki Bu Risa yang duduk bersila itu.

Melihat papinya justru membuat semakin sempit, Naomi menyahut. "Papi, kasian maminya, berat tau." Katanya.

"Enggak, kok. Iya, kan, Mam?" Tanya Pak Reno seraya menatap istrinya.

Bu Risa yang posisinya sangat tentram dengan Naomi yang memeluk perutnya dan sang suami yang rebahan tersenyum tipis, "iya enggak apa-apa kok." Balasnya.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang