NAOMI 23

58 6 0
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

Mikail akhirnya tiba di depan rumah Naomi, ia mengetuk mangkuk menggunakan sendok agar menghasilkan bunyi. Sekaligus bermaksud agar Naomi mengetahui bahwa ia sudah datang.

Beberapa kali mengetuk, Naomi tidak keluar rumah juga, Mikail akhirnya memutuskan untuk merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya, berniat menghubungi Naomi.

"Eh, baksonya, ya!" Niat Mikail diurungkan saat papi Naomi sudah keluar dari rumah. Cowok tersebut tersenyum canggung pada calon ayah mertuanya—yang entah kenapa dengan pedenya ia berpikir seperti itu.

"Iya, Om!" balas Mikail dan segera membuatkan bakso. "Mau berapa porsi, Om?" tanya Mikail di tengah-tengah kegiatannya.

"Tiga," jawab Ayah Naomi.

Mikail kembali menganggukkan kepalanya sembari tangannya sibuk meracik. Sebenarnya, ia sedikit kecewa bukan Naomi yang datang, tetapi, tidak apa-apalah.

"Kamu bentar lagi tamat, ya?" Pak Reno memberikan pertanyaan.

"Iya, Om," jawab Mikail dengan tersenyum singkat, masih dengan kegiatannya. Sesungguhnya ia berusaha untuk tidak canggung lagi dengan ayah Naomi.

"Nama kamu siapa lagi? Saya lupa." Pak Reno kembali memberikan pertanyaan.

"Saya Mikail, Om," balas Mikail.

Ayah Naomi tampak menganggukkan kepalanya. "Kamu niatannya mau lanjut kuliah atau mau fokus jualan bakso?" tanyanya.

"Dua-duanya, Om. Rencananya mau ambil jurusan bisnis di universitas A," terang Mikail.

"Keren, semoga sukses, ya," puji Pak Reno seraya mengambil pesanan baksonya yang disodorkan oleh Mikail.

"Aamiin," balas Mikail dengan tersenyum manis, dalam hatinya ia begitu senang kala mendapatkan pujian dari Ayah sang pujaan hatinya.

**

Mikail masuk ke dalam kamarnya usai melakukan meeting bersama keluarganya.

Ide Maira terkait bakso goreng berbuah manis. Usaha bakso mereka semakin terkenal sebab mengeluarkan menu baru.

Dari rapat keluarga tadi, keluarga Mikail memutuskan untuk membeli satu rumah di samping mereka yang sangat kebetulan di jual murah. Utang menjadi alasan mengapa rumah itu sengaja di jual murah agar cepat laku.

Selain itu, Maira juga memberikan usulan untuk berjualan online dengan pengiriman luar kota. Gadis itu, masih SMP, tapi pemikirannya tentang bisnis sudah keren sekali.

Bukan hanya Maira yang memberikan usulan, sang ibu pun turut memberikan saran agar memperkerjakan satu orang untuk membantu mereka.

Bukannya apa, jika hanya bakso kuah, mereka mampu membuat sendiri. Namun, penambahan menu bakso goreng membuat ia sedikit kewalahan membuat bakso.

Usulan tersebut diterima dengan baik oleh Ayahnya, pun diberikan persetujuan.

Mengingat rapat keluarga dadakan tadi, senyuman Mikail terbit, sedikit tidak menyangka bahwa mereka masih bisa mempertahankan usaha bakso ini.

Apalagi mengingat kejadian beberapa tahun lalu, di mana dunia menghadapi virus, yang membuat usaha bakso mereka sangat sepi pembeli.

Karena hal itu pula, Mikail sampai turun tangan untuk berjualan keliling ditengah-tengah sekolah online kala itu.

Untungnya, semua sudah berlalu, sebab sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan.

"Ngapain, ya?" Mikail bergumam setelah lelah mengingat kejadian-kejadian yang sudah berlalu.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang