୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧
Happy Reading 🤍
Selama hampir satu tahun belakangan ini, Mikail benar-benar menepati janjinya pada dirinya sendiri untuk tidak menyia-nyiakan waktunya sebelum akhirnya ia memilih untuk melamar Naomi.
Mikail kursus bikin kue dan kini sudah cukup mahir membuat berbagai macam jenis kue. Entah kue basah, maupun kue kering.
Tentunya, Mikail bersama sang ibu yang juga tertarik untuk kursus bikin kue. Jadilah, akhir-akhir ini Mikail kerap kali mencoba untuk bikin kue bersama sang ibu.
Sekarang, Mikail berada di dapur rumahnya sendiri untuk belajar membuat kue. Kebetulan, karena memang usaha bakso goreng serta warung baksonya yang semakin meningkat, lelaki tersebut akhirnya bisa membeli rumah sendiri.
Meski hanya tinggal beberapa kali dalam seminggu, Mikail memang suka memasak di dapur rumahnya untuk eksperimen kue. Sebab dapur rumah orang tuanya, terkadang terpenuhi oleh adonan bakso.
"Gila! Enak banget masakan gue!" puji Mikail setelah mencicipi kue hasil percobaannya.
"Apa buka cake shop aja, ya?" gumamnya menimbang-nimbang idenya tersebut.
Sebagai manusia yang memiliki jiwa-jiwa pengusaha, tentunya peluang sedikit saja, cowok tersebut akan usahakan menjadi rupiah.
"Siapa tau kan, buka ini jadi nambah amal lagi, bisa ngasih orang lain pekerjaan. Bisa berguna untuk orang lain. Temen-temen gue dulu juga awalnya kerja di gue, abis wisuda, eh, buka usaha juga," papar Mikail seraya memotong-motong kue yang baru di buatnya.
"Ah, nanti ajalah mikirinnya, mending mandi dulu, terus ke rumah ngasih kue ini!" ujar cowok tersebut kemudian menutup kuenya agar tidak dikerumuni oleh lalat.
Dengan gerakan lihai, lelaki yang sudah menginjak usia 23 tahun tersebut menyelesaikan kegiatan mandinya.
Setelah rapi dengan pakaiannya, Mikail berjalan menuju dapur lagi. Kali ini, cowok tersebut duduk terlebih dahulu dan mengecek ponselnya.
"Naomi udah lulus, ya?" tuturnya dengan tersenyum tipis. Barusan, ia melihat postingan Ishak tentang kelulusan, dan ia yakin, bahwa Naomi pun tengah melangsungkan acara wisudanya hari ini.
Kembali cowok tersebut tersenyum dan melirik ke arah kuenya. Menghela nafasnya sejenak untuk menghalau pikirannya, lalu setelahnya bergegas untuk menuju rumah orang tuanya.
**
Sementara itu, Naomi yang baru saja selesai dengan acara kelulusannya menuju parkiran dan menunggu Papi dan Maminya yang ke toilet terlebih dahulu.
Menatap langit biru yang begitu indah kali ini, Naomi tersenyum manis. "Alhamdulillah," gumamnya penuh syukur.
Mensyukuri akhirnya ia kini benar-benar menyandang gelar sarjana dan berhasil menyelesaikan kuliahnya. Siapa yang tidak bahagia karena itu, coba?
Gadis itu kemudian celingak-celinguk seolah mencari sesuatu. Hatinya mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin, yang sangat berusaha ia sangkal bahwasanya dirinya begitu mengharapkan hal itu.
"Enggak mungkin dia datang, Naomi. Lo kok aneh banget harapannya? Ketinggian!" omel Naomi pada dirinya sendiri, tentunya dengan nada pelan agar tidak dianggap orang gila.
Cewek tersebut kemudian berucap istighfar dalam hati karena berharap pada manusia.
"Naomi!" Naomi lantas menolehkan kepalanya kala namanya terpanggil.
Ishak, selaku orang yang memanggil nama Naomi tersenyum ketika sudah berada di dekat Naomi. Naomi tentunya balas tersenyum.
"Selamat atas gelarnya," ujar Ishak pada Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naomi (END)
Novela Juvenil"Lama-lama gue lamar juga dia!" ucap Mikail gemas, usai bertemu dengan Naomi. *** Teen fiction-romantis-spiritual-religi Menceritakan kisah cinta ringan dari dua tokoh; Mikail dan Naomi. Dengan kepribadian mereka yang masih sama-sama labil. Mulai da...