NAOMI 40

64 8 3
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

"Huft!" Helaan nafas dari Mikail terdengar begitu berat.

Dengan gerakan cepat, ia tampak melepaskan kacamata yang bertengger pada hidungnya. Cowok itu tampak menaruh kedua tangannya di belakang kepala. Mikail mendongakkan kepalanya.

"Capek," keluhnya pelan. Setelahnya cowok tersebut mengucapkan istighfar. "Wes, harus semangat, dong! Biar bisa wisuda cepat!" ujar Mikail kemudian kembali melanjutkan kegiatan skripsiannya.

Satu jam berlalu, Mikail memilih beristirahat sejenak demi merilekskan tubuh dan pikirannya. Meski beristirahat, Mikail tidak akan beranjak dari kursi belajarnya. Takut-takut, jika memilih untuk rebahan sejenak, ia akan tertidur.

"Ah, kejadian tadi!" Mikail tiba-tiba saja teringat akan kejadian di toko buku tadi. Emosinya kembali bangkit sehingga mau tidak mau, cowok tersebut harus mengendalikannya.

"Semoga Naomi beneran enggak apa-apa, deh," ucap Mikail berharap yang terbaik.

Mata Mikail tampak berkedip ketika menyadari sesuatu. "Tadi Naomi ... mukanya merah enggak, sih? Apa doi terkesima sama gue, ya?" ujarnya dengan begitu percaya diri.

Mikail tersenyum malu-malu. "Naomi kayaknya mulai naksir gue, deh!" lanjut cowok.

"Tapi, kan, bisa aja muka Naomi merah karena tadi panas, bukan naksir sama gue!" ungkap Mikail. Pikiran cowok tersebut tampak beradu argumen satu sama lain.

"Tau ah! Nanti aja mikirin cinta-cintaannya. Skripsi aja udah bikin pusing, masa mau tambah pusing karena cinta!" ujar Mikail lalu kembali fokus pada laptopnya.

**

Naomi berjalan menuju musholla bersama Riri. Karena ia tengah mendapatkan tamu bulanannya, Naomi akhirnya hanya duduk di teras musholla menunggu sahabatnya.

Iya, Riri juga memilih kuliah pada kampus yang sama dengan Naomi. Tentunya juga agar dirinya lebih mudah modus pada Ishak.

"Tungguin, ya, kak!" papar Riri seraya menitipkan tasnya pada Naomi. Tidak pada tempat penyimpanan tas, toh, bisa nitip di Naomi, kan?

Naomi menganggukkan kepalanya kemudian memilih memainkan ponsel guna mengusir ke bosannya.

Kebetulan, jadwal kuliahnya hari ini, bersamaan dengan jadwal kuliah Riri. Maka dari itu, dua gadis tersebut dapat bertemu meski beda jurusan bahkan angkatan.

"Beneran Naomi ternyata." Ucapan tersebut lantas membuat Naomi mendongakkan kepalanya dan mendapati Mikail sendirian di sana.

"Habis sholat, Nao?" tanya Mikail, cowok tersebut berusaha sekalem mungkin, tidak seperti dulu yang agak blak-blakan.

"Lagi enggak, kak, nungguin Riri," balas Naomi membuat Mikail menganggukkan kepalanya. Saat ini, gadis itu tengah berusaha mengontrol degupan jantungnya yang tiba-tiba saja berdetak tidak karuan, padahal Mikail duduk cukup berjauhan dengannya.

Naomi mencuri pandang ke arah Mikail yang cukup berjarak dengannya. Terlihat, cowok tersebut tengah menggunakan sepatunya. Jantungnya kini justru semakin berdetak kencang karena hal itu.

"Gue enggak tau kalau Riri kuliah di sini juga. Waktu itu, gue juga telat banget tau kalau Ishak di sini juga." Mikail berucap yang membuat Naomi lantas mengalihkan pandangannya, takut ketahuan mencuri-curi pandang ke arah Mikail.

"Lo sibuk, sih," balas Naomi, mencoba bersikap biasa saja.

Mikail tertawa kecil.

"Hayo loh, berdua-duaan!"

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang