NAOMI 39

41 8 6
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

"Kak Mikail?" gumam Naomi begitu terkejut.

Mikail tampak melirik sejenak pada Naomi. Kemudian setelahnya kembali memberikan Bogeman pada dua laki-laki tadi.

"Pakai tubuh, kan? Tuh, pakai tubuh!" ujar Mikail setelah memberikan satu pukulan pada masing-masing pria tadi.

Dua pria tadi hendak membalas perlakuan Mikail, terlihat dari keduanya yang turun dari motor tempatnya duduk. Namun, keduanya sontak membulatkan mata melihat Mikail tak sendiri.

Ia menatap sekeliling yang ternyata sudah ramai orang-orang. Bahkan pemilik toko buku sudah keluar bersama beberapa karyawan toko lain yang bersebelahan di sana.

Dua cowok tersebut tampak ketakutan. Mau pergi tetapi bingung ke mana, semua orang mengepungnya. Dan ya, detik berikutnya mereka tertangkap oleh sekuriti di sana.

Naomi mengucap syukur banyak-banyak melihatnya.

"Maaf atas ketidaknyamanannya, kak." Pemilik toko buku tadi meminta maaf membuat Naomi tersenyum canggung.

"Eh, enggak apa-apa, kok, saya juga terima kasih sudah di tolong," kata Naomi yang dibalas anggukan oleh mereka.

Perlahan, orang-orang yang berkumpul tadi beranjak dari sana. Membuat Naomi menghela nafasnya. Lagi-lagi bersyukur dalam hati karena terbebas dari pria-pria hidung belang yang hobinya melecehkan.

"Lo enggak apa-apa?" Pertanyaan itu lantas membuat Naomi menoleh dan mendapati Mikail yang menatapnya dengan tatapan khawatir.

Naomi mengalihkan pandangannya karena itu, jantungnya tiba-tiba saja berdetak tidak karuan kala bertatapan dengan Mikail. "Gue oke, cuma sedikit kesel aja sama mereka," jawab Naomi dengan sedikit gagap diawal.

"Tapi mereka enggak ngapa-ngapain Lo, kan? Tadi pas liat Lo kayak kebingungan waktu ngobrol sama mereka gue langsung manggil karyawan toko buku tadi, takut ada apa-apa. Ternyata beneran ada apa-apa," jelas Mikail yang membuat Naomi kembali menatap laki-laki itu.

"Sekali lagi gue tanya, Nao. Lo beneran enggak apa-apa?" Mikail kembali bertanya dengan nada lembut.

Saking lembutnya sampai membuat serabut merah muncul pada pipi Naomi tanpa gadis itu sadari. "Gue enggak apa-apa, kak. Makasih udah nolongin," ujar Naomi.

Mikail menganggukkan kepala, raut wajahnya tampak lega mendengar jawaban Naomi. "Sama-sama," ungkapnya dengan tersenyum manis.

Melihat itu, Naomi mengalihkan pandangannya. "Gue juga makasih banget udah di wakilin buat Mukulin mereka tadi," tambah Naomi.

Mikail tertawa mendengarnya. "Orang kayak mereka memang pantas dapat pukulan," balas laki-laki tersebut.

"Tingkahnya mirip Isriwil," ujar Naomi pelan.

Mendengar itu, Mikail kembali tertawa. "Lo pulangnya bisa sendiri, kan? Atau mau gue kawal sampai rumah Lo? Eh, tapi enggak baik sih kita pulang berduaan gitu, bukan mahrom." Mikail memberikan tawaran setelah menyelesaikan tawanya meskipun ujung-ujungnya ia bingung sendiri dengan tawarannya. Laki-laki itu sampai menggaruk kepalanya karena bingung.

Naomi tersenyum mendengar ucapan Mikail. "Gue sendiri aja, kak, makasih tawarannya. Benar, kita bukan mahrom, enggak baik kalau ngawal gue. Duluan, kak," kata gadis itu.

"Iya sama-sama, hati-hati!" ujar Mikail sembari tersenyum, membuat Naomi menganggukkan kepalanya paham.

Gadis itu kemudian bergegas mengeluarkan motornya dari parkiran dan bersiap melajukannya. Sebelum benar-benar pergi dari sana, ia melirik ke arah Mikail yang kini masih memberikan senyuman padanya.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang