୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧
Happy Reading 🤍
"Makan bakso enggak, sih?" gumam Naomi seraya mengendarai motornya. Gadis dengan seragam khas guru itu baru saja menyelesaikan kegiatan mengajarnya.
Naomi celingak-celinguk melihat pinggir jalan guna mencari tau letak warung bakso yang sekiranya menarik perhatiannya. Hingga kini, bakso masih tetap menjadi makanan favorit gadis ini.
"Usahain jangan warung kak Mikail, deh, walaupun baksonya enak banget, tapi gue takut berharap ketemu dia di sana, dan jadi dosa," papar Naomi dengan nada pelan, masih sibuk mencari warung bakso yang akan ia singgahi makan.
Sejak pertemuan terakhirnya dengan Mikail waktu di toko buku bersama adiknya, Naomi tak pernah lagi berjumpa dengan Mikail selama hampir seminggu ini. Memang tidak begitu lama, sih, tapi bagi mereka yang sedang merasakan jatuh cinta tentunya waktu itu terasa lama.
"Astaghfirullah!" Naomi segera beristighfar kala menyadari bahwa sedari tadi ia terus saja membayangkan tentang Mikail.
Tidak, jangan sampai ia zina hati! Zina yang paling-paling sulit di hindari jika sudah jatuh cinta.
"Di situ aja, deh!" Naomi segera menepikan motornya saat menemui satu warung yang ia yakini bukan milik Mikail jika dilihat dari nama warung tersebut.
Dengan segera gadis itu masuk ke warung bakso, seketika perut Naomi menjadi keroncongan kala mencium aroma bakso yang begitu menggugah selera.
Gadis itu lantas mengambil tempat untuk makan. Ditangannya sudah terdapat menu yang begitu menggiurkan. Berbagai macam jenis bakso yang terkadang membuat Naomi kesulitan untuk memilih. "Bakso uratnya tiga, ya, kak! Satu makan di sini, duanya di bungkus aja," ujar Naomi pada salah satu karyawan warung tersebut.
Sebagai anak yang berbakti, Naomi tentunya tidak lupa untuk serta memesankan bakso ayah ibunya. Rasanya, ia ingin makan bersama di rumah juga, tetapi Naomi sedang memutuskan untuk me time.
Sembari menunggu bakso pesanannya tiba, Naomi membuka ponselnya, menscroll sosial media sembari sesekali tersenyum tipis. "Akun bakso enak sekarang jarang update, ya?" gumam Naomi saat melihat postingan terbaru akun yang ia follow dari lama itu.
"Kak Naomi!" Naomi lantas mengalihkan pandangannya dari ponsel, melihat siapa gerangan yang memanggil namanya dengan embel-embel kak. Ia tidak begitu asing dengan suara ini. Namun bukan Riri yang tentunya sudah sangat ia hapal suaranya.
Detik setelah ia menemukan seorang gadis yang melambaikan tangannya seraya melangkah mendekatinya bersama seorang laki-laki, Naomi mengerut keningnya penuh keheranan.
"Kak Naomi apa kabar?" Maira, selaku gadis yang memanggil Naomi barusan dengan antusias bertanya kabar.
Naomi tersenyum simpul. "Baik, kamu apa kabar juga? Kenapa bisa ada di sini? Bosen sama bakso sendiri?" ujar Naomi bergurau.
Maira tertawa menyenggol kakaknya alias Mikail yang sedari tadi diam saja. "Aku juga baik. Kami boleh duduk enggak? Biar enak ceritanya!" Maira meminta izin.
"Eh, iya silakan." Meskipun niat Naomi ingin me time saat ini, tetapi karena kebetulan bertemu dengan kenalan dan ia merasa tidak keberatan dengan kehadiran mereka, Naomi merelakan kegiatan me time nya.
"Jadi kami bukan bosen sama bakso sendiri, tapi ini warung kami juga kak, beda nama aja. Soalnya kata kak Mikail, biar saingan kita, diri kita sendiri." Maira tertawa kecil usai menjelaskan hal itu.
Naomi ikut tertawa singkat lalu menganggukkan kepalanya mengerti. Niat hati ingin menghindari warung Mikail, ujung-ujungnya ia tetap juga singgah di warung pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naomi (END)
Ficção Adolescente"Lama-lama gue lamar juga dia!" ucap Mikail gemas, usai bertemu dengan Naomi. *** Teen fiction-romantis-spiritual-religi Menceritakan kisah cinta ringan dari dua tokoh; Mikail dan Naomi. Dengan kepribadian mereka yang masih sama-sama labil. Mulai da...