୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧
Happy Reading 🤍
Suasana kelas yang berisik menjadi penanda bahwa saat ini, sedang tidak ada guru yang mengajar.
"Woi! Bantuin woi! Mati nih gue!" Teriakan-teriakan semacam itu seolah menjadi backsound di kelas Naomi.
Mau heran, tapi sudah begini dari kelas 10. Naomi menghela nafasnya sejenak kemudian kembali fokus pada ponselnya, saat ini ia tengah membaca novel untuk menghindari jenuh di saat jamkos.
"Kita jamkos karena guru lagi rapat soal kakel yang bentar lagi ujian, enggak, sih?" Celetukan dari temannya itu membuat Naomi menoleh padanya, begitupun dengan teman-temannya yang lain.
Karena posisi bangku yang membentuk kelompok, jadi lebih memudahkan untuk mendengarkan berita-berita yang dibawa oleh circle orang. Iya, circle orang, soalnya Naomi tidak termasuk di dalamnya. Doi cuma numpang circle sana sini.
"Oh iya! Kayaknya kelas dua belas Minggu depan bakalan ujian, ya?" balas teman Naomi lainnya, menanggapi temannya tadi.
"Berarti libur dong kita?" Satu teman Naomi lainnya bertanya. Dua orang tadi menganggukkan kepalanya.
"Kalian dapat info darimana?" Naomi akhirnya nimbrung karena penasaran.
"Nebak aja, sih, toh, memang bulan-bulan gini biasanya musim ujian akhir, kan?" jawab teman Naomi yang pertama kali memberikan info tadi.
"Iya juga, sih," timpal Naomi seraya menyengir kecil.
"Walaupun seneng bakalan liburan, gue juga sedih soalnya, crush gue bentar lagi bakalan tamat sekolah!" Teman Naomi berakting mengusap air matanya seolah sedang menangis.
Naomi dan yang lainnya tertawa kecil. Namun detik selanjutnya kening Naomi tampak berkerut karena merasa ada yang aneh dengan ucapan temannya barusan. Karena tidak menemukan jawabannya, gadis berjilbab Pramuka tersebut akhirnya memilih tidak menghiraukannya.
**
"Aish, beneran udah bakalan ujian banget, nih?" monolog Mikail di saat ia sedang menatap plafon kamarnya.
"Beneran udah bakalan jadi mahasiswa, nih?" lanjut Mikail yang tiba-tiba saja merasa mellow.
"Padahal rasanya baru kemarin gue ajarin Naomi sama adek kelas lainnya buat lomba cerdas cermat. Sekarang udah mau tamat aja." Mikail tiba-tiba saja terbayang kejadian dua bulan lalu di mana ia membantu adik kelasnya belajar untuk lomba sebab dirinya yang tidak bisa ikut lagi.
Masa itu cukup singkat. Namun Mikail sangat menyukainya. Apalagi kalau bukan karena bisa bertemu Naomi?
Selanjutnya, Mikail menghela nafasnya berat. "Kalau udah tamat, bakalan susah ketemu Naomi," ujarnya sedih.
Namun, detik selanjutnya senyumannya tampak merekah sempurna. "Enggak apa-apa! Kata pak ustadz, kan, kalau jodoh enggak bakal kemana-mana. Mungkin juga ini biar gue terjaga dari zina!" papar cowok tersebut.
Karena sudah lelah berbicara sendiri, pemuda 18 tahun itu, yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai mahasiswa, akhirnya memilih untuk belajar agar nilai ujian akhirnya bagus.
**
"Alhamdulillah!" Ucapan tersebut refleks Mikail ucapkan kala hari pertama ujian akhir sekolah selesai terlaksanakan.
Laki-laki tersebut tetap berucap syukur meskipun tau saat tiba di rumah nanti ia akan kembali belajar.
Tentu saja, karena ini masa-masa ujian, Mikail tidak berjualan bakso agar dapat fokus pada sekolahnya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naomi (END)
Teen Fiction"Lama-lama gue lamar juga dia!" ucap Mikail gemas, usai bertemu dengan Naomi. *** Teen fiction-romantis-spiritual-religi Menceritakan kisah cinta ringan dari dua tokoh; Mikail dan Naomi. Dengan kepribadian mereka yang masih sama-sama labil. Mulai da...