NAOMI 11

84 8 0
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

Di langit malam yang penuh bintang, Mikail justru memilih untuk menatap plafon kamarnya yang polos itu. Dengan berbantalan lengan, cowok tersebut asyik melamun.

"Berarti, gue harus move on, ya?" Gumam cowok tersebut.

Ingatannya kembali terlintas kala ia curhat tentang Naomi pada Pak Ustadz Yusuf. Beliau mengatakan, bahwa cinta yang dirasakan Mikail saat ini tidak lain hanyalah ujian untuknya. Dimana jika salah jalur sedikit saja, bisa berujung pada dosa.

"Beneran harus move on, nih?" Kembali Mikail bergumam. "Kayaknya iya deh. Biar niat gue yang pengen tobat beneran karena Allah beneran enggak diragukan lagi." Lanjutnya, berbicara sendiri.

"Oke, berarti besok gue harus minta maaf dulu, ya, perkara kemarin? Naomi sampe sakit gitu." Kembali cowok tersebut bermonolog.

"Iya bener, gue harus minta maaf, setelah itu baru gue move on." Katanya. "Buset, dah, pinter banget gue." Ujar Mikail dengan bangga.

Dan benar saja, keesokan harinya, Mikail menghampiri Naomi yang sedang berada di perpustakaan untuk menyampaikan maafnya.

"Gue minta maaf masalah kemarin, ya? Eh, sama semua salah gue deh." Ujar Mikail setelah mengucap salam. Yap, cowok tersebut langsung berbicara ke intinya.

Naomi yang mendengarnya saja sempat terkejut, bahkan mengambil ancang-ancang ingin segera pergi jika Mikail hanya ingin berbasa-basi.

"Nao? Gue minta maaf, ya?" Suara Mikail kembali terdengar saat Naomi tidak membalas ucapannya.

"Eh? Iya, gue juga minta maaf kalau punya salah." Balasnya tanpa menatap Mikail.

"Oke, terima kasih. Sekarang udah selesai kan? Kalau gitu gue pamit, ya. Assalamualaikum." Tutur Mikail kemudian segera pergi dari sana usai mendengar balasan salam dari Naomi yang kini justru heran dengan sikap Mikail yang tidak basa-basi lagi seperti biasanya.

***

Tiga hari berhasil Mikail lalui tanpa bertemu dengan Naomi, cowok tersebut juga sudah pede sekali bahwa dirinya sudah move on 100 persen dari Naomi.

Namun, siapa sangka, justru di hari ke empat ini, tercium bau-bau bahwa Mikail akan gamon alias gagal move on hanya karena pemuda itu kembali bertemu tanpa sengaja dengan Naomi di kantin.

"Tumben dia makan bakso di kantin? Enggak bawa bekal, kah?" Gumamnya, bahkan ia tanpa sadar terus memperhatikan Naomi yang sedang makan bakso. Cowok tersebut mengerucutkan bibirnya. "Masih enakan bakso jualan gue pasti." Ujar Mikail.

"Astaghfirullah, enggak boleh gitu! Mending ke musholla bentar lagi Dzuhur." Ucapnya setelah sadar. Kemudian Mikail segera bergegas menuju mushola.

***

"Astaghfirullah, gimana bisa move on kalau begini?!" Batin Mikail menjerit, baru saja dirinya berdoa agar segera move on dari Naomi, tetapi seolah tak di restui, ia justru di pertemukan lagi dengan perempuan tersebut usai sholat Dzuhur tadi.

Mikail menolehkan pandangannya ke kanan, berusaha agar tidak kontak mata dengan Naomi, cowok tersebut kemudian berjalan menuju teras musholla. Di sana, ada Naomi yang sedang duduk seraya memakai sepatunya, posisi perempuan itu membelakangi Mikail.

"Ya Allah, kenapa sepatuku harus di dekat Naomi?" Teriak Mikail dalam hatinya. Pemuda itu kemudian berniat untuk kembali ke pintu musholla laki-laki. Tujuannya saat ini adalah menghindari Naomi agar cepat move on.

"Duh!" Ringisan tersebut terdengar begitu saja saat Mikail tidak sengaja menabrak orang saat hendak berbalik badan. Dan hal itu, membuat Naomi refleks menoleh.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang