NAOMI 38

44 7 2
                                    

Assalamualaikum! Hai semuanyaa! Bagaimana perasaan kalian hari ini?👀

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

"Mami." Naomi datang menghampiri ibunya setelah menyelesaikan kegiatan menelponnya bersama Riri.

"Mami doang yang di sapa." Ucapan dengan nada cemburu itu tentu saja terucap dari ayah Naomi, membuat Naomi bergegas tersenyum dan memeluk papinya.

"Papiku jangan ngambek, ulala~," ujar Naomi membuat keluarganya tertawa.

"Kenapa, Nak?" tanya Bu Risa setelah mereka menghentikan tawanya.

Naomi terdiam, memikirkan sesuatu seraya menatap ruang keluarga yang di tempatinya sekarang. "Mami sama papi di jodohin, kan?" Itu merupakan pertanyaan dari Naomi.

"Iya, kenapa? Mau di jodohin juga, kamu?" Papinya menyahut membuat bibir Naomi mengerucut.

"Enggak, aku cuma nanya papi," balas Naomi.

"Oalah," balas kedua orang tua Naomi.

"Mami sama Papi jatuh cintanya berarti pas udah nikah, dong?" Naomi memberanikan diri bertanya perkara cinta-cintaan.

Kedua orang tuanya tampak melirik malu-malu satu sama lain yang membuat Naomi tersenyum gemas. "Papimu jatuh cinta duluan, tuh," ujar Maminya membuat Naomi semakin tersenyum senang.

"Iya, papi jatuh cinta pandangan pertama waktu pertama kali ketemu mamimu, pas di jodohin," jelas Pak Reno yang membuat Naomi menganggukkan kepalanya.

"Terus mami? Sehabis nikah?" Naomi kembali bertanya.

"Pas di lamar, Mami udah buka hati, kalau jatuh cinta, tepatnya kapan, Mami enggak tau." Bu Risa ikut memberikan penjelasan kepada Naomi.

Naomi menganggukkan kepalanya pertanda paham.

"Anak papi kenapa tumben-tumbenan nanya-nanya soal cinta-cintaan? Lagi jatuh cinta, ya?" Sang papi, yang berada di tengah-tengah anak istrinya menggoda sang anak.

Bu Risa yang mendengar ucapan suaminya lantas menegakkan posisi duduknya guna menatap sang anak. Selanjutnya, beliau tertawa kecil melihat wajah memerah nan panik milik putrinya. "Kamu beneran lagi jatuh cinta, nak?" Ia ikut bertanya.

Naomi menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak mami, papi, aku cuma iseng tanya-tanya. Soalnya Riri habis bahas cinta-cintaan," terang gadis itu.

"Oalah, kirain mami Mikail habis nyatain perasaannya ke kamu," balas Bu Risa.

"Apa sih, Mam? Dosa tau nembak-nembak gitu!" timpal Naomi.

"Tau ini istriku, seneng banget godain anakku!" Papi Naomi menyahut.

"Ih! Kamu juga tadi godain anakku juga, kok!" seru Mami Naomi yang membuat Papi Naomi tertawa kecil.

"Udah! Mami papi sama-sama godain aku, kok!" sahut Naomi.

Kedua orang tuanya menyengir karena ucapan anaknya. "Naomi juga lagian enggak mau jatuh cinta dulu, takut zina," sambung Naomi.

"Jatuh cinta enggak masalah, sayang, yang jelas tau batasan aja, iya, kan, Mas?" ucap Bu Risa yang diangguki oleh Pak Reno.

Naomi membalasnya dengan senyuman tipis. Ia setuju, tapi untuk sekarang, biarkan ia pada prinsipnya dulu.

**

"Kayaknya setelah lulus nanti gue jadinya buka usaha sablon aja, Il. Berkat kerja iseng-iseng di Lo, terus gajinya lumayan buat tabungan. Dipikir-pikir lagi, enakan jadi bos, deh!" ucap Umar. Saat ini, mereka bertiga baru saja menyelesaikan kuliah siangnya.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang