NAOMI 33

55 6 0
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

Sudah hampir tiga hari Naomi kehilangan gantungan kunci Doraemon kesayangannya. Gadis itu tentu saja masih terus berusaha dan berdoa agar benda itu kembali ke tangannya.

Bukannya apa, gantungan kunci Doraemon tersebut sudah susah payah ia beli dengan menyisihkan sebagian uang jajannya.

Bayangkan, Naomi rela tidak jajan untuk membeli skincare, body care, hair care, dan harus juga menyempatkan menyisihkan uang untuk gantungan kunci itu. Saking sukanya ia dengan benda tersebut.

"Ya Allah, tolong bantu hamba temukan gantungan kunci Doraemon itu, ya Allah." Naomi kembali berdoa di dalam hati saat menunaikan sholat Dhuha di musholla kampusnya. Kebetulan, ia mendapat jadwal kuliah pagi.

Setelah berdoa dan berdzikir, Naomi terdiam sejenak di musholla itu. Memikirkan gantungan kuncinya lagi. "Harganya memang enggak mahal-mahal banget, tapi gue sayang banget!" tutur gadis itu dengan sangat pelan.

Mengembuskan napasnya, Naomi segera melepaskan mukena yang dipakainya dan menaruhnya ke dalam tempatnya. Setelah itu gadis berjilbab abu-abu tersebut merapikan jilbabnya.

Naomi mengambil mukenanya yang ia taruh di tas mukena lalu beranjak menuju tempat menyimpan tas khusus—semacam loker tanpa tutup—yang berada di musholla.

Ia mengambil tasnya lalu segera memasukkan mukenanya. Baru ingin pergi dari sana, matanya tanpa sengaja melirik sesuatu yang tampak sangat dikenalinya.

"Loh?" Dengan mata yang sedikit membulat, Naomi menatap dalam sebuah benda yang tergantung pada tas berwarna hitam di samping tempat tasnya tadi.

"Ya Allah! Ini gantungan kunci gue bukan, sih?!" ujar Naomi dengan nada antusias yang tertahan.

"Apa gue liat aja, ya? Kalau ada goresan huruf N di sana, berarti punya gue, kalau bukan, ya berarti bukan punya gue," kata Naomi, tangannya sudah bergerak ingin menyentuh gantungan kunci tersebut tetapi kembali ia urungkan.

"Enggak sopan kalau langsung sentuh, nunggu yang punya selesai aja, deh! Kelas gue juga udah selesai hari ini," papar Naomi.

Kemudian, gadis itu memilih duduk di dekat tempat penyimpanan tas tersebut dengan nyaman, menunggu sang pemilik tas dnegan gantungan kunci yang mirip dengan miliknya.

"Akhirnya, Usman mau ikut kita sholat juga!" Samar-samar, kalimat yang disusul tawa oleh beberapa orang yang Naomi tebak laki-laki terdengar. Membuat gadis berjilbab abu-abu tersebut menoleh.

Detik berikutnya, mata Naomi seolah terkunci, begitupun dengan pemuda yang juga kini tengah menghentikan langkahnya.

Keduanya saling tatap, cukup lama sehingga membuat dua teman dari pemuda tersebut menatap heran Naomi dan Mikail yang masih saling tenggelam dengan tatapannya.

"Hello?" Sahutan suara tersebut lantas membuat keduanya refleks mengucapkan istighfar secara bersamaan.

Keduanya salah tingkah, Naomi celingak-celinguk dan berusaha menjauh dan Mikail yang berusaha terlihat biasa saja. Apalagi kini ia harus ikut bersama teman-temannya menuju tempat penitipan tas.

"Misi." Ketiganya menyahut saat lewat di depan Naomi, serta sedikit membungkukkan tubuhnya.

Naomi menganggukkan kepalanya, berusaha untuk tidak bersitatap lagi dengan Mikail.

Mikail pun begitu, berusaha untuk tidak menatap Naomi meski kini gejolak rindu yang telah lama ia tahan sudah meronta-ronta meminta untuk dilepaskan. Namun ia, memilih untuk menahan diri.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang