NAOMI 32

55 6 0
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

Hari ujian akhir sekolah terakhir membuat Naomi menghela nafasnya berat. Mata pelajaran fisika alias mata pelajaran yang paling tidak disukainya menjadi penutup dari ujian di masa SMA-nya.

Setelah berusaha sekuat tenaga dan membuat otaknya betul-betul berpikir dan juga berdoa sampai mengucapkan takbir beberapa kali saat mengerjakan, Naomi akhirnya berhasil menyelesaikan ujian akhir sekolahnya. Sekarang, tugasnya hanya bertawakal akan hasil akhir nanti.

"Pulang, deh!" ujar Naomi lalu segera merogoh saku bajunya untuk mengambil ponsel. Gadis itu kemudian menelepon sang ayah untuk menjemputnya.

**

Hari-hari berlalu, mulai dari acara kelulusan Naomi, ospek kuliah sampai akhirnya kini Naomi mulai kuliah biasa dan berubah status dari siswi menjadi mahasiswi.

Gadis dengan hijab hitam tersebut kini tengah duduk-duduk di salah satu taman yang berada di kampusnya.

"Ini hari pertama gue masuk kuliah setelah ospek, tapi belum ketemu dia juga. Padahal seingat gue, kata ayahnya, dia kuliah di sini juga," gumam Naomi tanpa sadar, gadis itu bahkan sampai celingak-celinguk seolah tengah mencari sesuatu.

"Eh?!" Detik setelahnya ia mengedipkan matanya dan berhenti celingak-celinguk. "Astaghfirullah!" ujar Naomi saat sadar apa yang telah ia lakukan sebelumnya.

"Ngapain juga nyariin dia? Kampus ini, kan, lumayan luas, kecil kemungkinan lah bakal ketemu sama Kak Mikail!" terang Naomi pada dirinya sendiri. Ia sudah seperti orang stres sebab berbicara sendiri.

Tidak mau terlalu lama memikirkan Mikail, Naomi lantas membawa tasnya kedepan untuk mengambil ponselnya.

"Loh?! Gantungan kunci Doraemon gue mana?!" ungkap Naomi kaget saat mendapati kini tasnya tak ada lagi gantungan kunci kesayangannya.

"Ih!" erang Naomi panik lalu dengan buru-buru segera mencari gantungan kunci Doraemonnya itu.

Gantungan kunci kesayangannya yang bahkan rela ia beri tanda goresan huruf N pada satu titik di sana sebagai penanda.

Naomi mencari gantungan kuncinya tersebut ke berbagai tempat yang ia datangi hari ini. Mulai dari kelas, musholla dan sebagainya. Rasanya, Naomi sudah hampir ingin menangis karena kehilangan barang kesayangannya itu.

"Ya Allah, di mana, sih?!" ujar Naomi dengan nada yang sudah berputus asa, jelas sekali gadis itu tengah menahan tangisannya.

Perempuan dengan hijab hitam tersebut menghentakkan kakinya karena kesal pada dirinya sendiri yang tiba-tiba menghilangkan barang kesayangannya itu.

Demi mengatur nafas dan menstabilkan emosinya, Naomi kembali duduk di salah satu kursi. Mencoba mengingat kembali dimana kira-kira benda tersebut jatuh.

"Enggak ada, ih! Orang semua tempat yang tadi gue pergiin udah gue datengin lagi! Dan apa? Gue enggak Nemu tuh si Doraemon gue!" Cemberut sudah wajah Naomi.

Ia kemudian mengambil ponselnya dan memilih curhat pada sang sahabat yang kini masih berada di dunia SMA-nya. Iya, Naomi masih Naomi yang belum bisa mendapatkan teman selain Riri.

"Kak Naomi, kak Ishak apa kabar di sana?" Baru juga Naomi membuka aplikasi chatnya, pesan Riri sudah sampai saja. Tentunya menanyakan sang pujaan hati gadis itu yang kini satu kampus lagi dengan Naomi.

"Enggak tau gue, Ri. Kan enggak satu jurusan." Naomi membalas pesan Riri terlebih dahulu sebelum memulai acara curhatnya.

"Yah, kirain tauu, penasaran gue nih. Enggak mau chat dia sih, soalnya kan zina hati nanti!" Riri membalas pesan Naomi dengan emoticon tertawa diakhir.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang