Assalamualaikum!
୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧
Hari ini, dobel up, yaa!
Happy Reading 🤍
Ujian akhir semester 1 berlalu, kini semua orang tengah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi classmeet. Mikail sendiri akan mengikuti lomba puisi dan band bersama teman-temannya. Dirinya yang nanti akan bergitar.
"Guys, ayo sholat." Ajak Mikail pada Monday, Harun, dan Raja.
"Lo mau sholat apaan, dah? Azan Dzuhur aja belum." Balas Harun yang diangguki Raja dan Monday. Mereka masih sibuk bermain game di ponselnya.
"Sholat Dhuha, ayo!" Mikail kembali mengajak teman-temannya.
"Enggak dulu, makasih." Balas yang ketiga teman Mikail.
Mikail terlihat menghela napasnya. "Ya udah kalau gitu gue sholat dulu, ya. Assalamualaikum," Katanya kemudian segera berjalan menuju musholla setelah salamnya dijawab oleh teman-temannya.
Di tengah-tengah perjalanannya menuju musholla, Mikail bertemu Ishak, ia melirik partner lombanya waktu itu. "Mau ke musholla juga?" Tanya Mikail.
"Iya. Lo juga?" Ishak balik bertanya.
"Iya." Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju musholla untuk melaksanakan sholat Dhuha.
Dua lelaki itu melaksanakan sholatnya dengan khusyuk, Ishak selesai lebih dulu dari Mikail. Cowok tersebut segera keluar dari musholla meninggalkan Mikail yang masih sibuk berdoa.
"Aamiin," Mikail mengakhiri doanya. Ia kemudian terdiam sejenak.
"Gue belum zikir sama sekali hari ini." Ujar lelaki tersebut dalam hati. Iyap, benar sekali. Mikail sedang berada di fase imannya turun, walaupun tidak drastis banget.
Jika dulu ia rutin melaksanakan tahajjud, rawatib, dan mengaji setiap selesai sholat. Akhir-akhir ini, tepatnya setelah ia selesai ujian, alias tiga hari yang lalu dirinya mulai jarang melaksanakannya.
Mikail menghela napasnya, cowok tersebut kemudian segera keluar dari musholla. Diteras musholla ia memakai sepatunya dengan fokus.
"Assalamu'alaikum, kak." Mikail menjawab salam itu sembari mendongakkan kepalanya.
Di lihatnya seorang perempuan yang tadi menyapanya, kemudian fokusnya beralih pada Naomi yang terlihat menjaga pandangannya.
Mata Mikail seolah terhipnotis untuk terus menatap Naomi. Jantungnya berdetak tidak karuan hanya karena Naomi ada di depannya.
"Kak Mikail, jadwal Bunda gue pesen bakso untuk bulan ini kapan, kak?" Riri-selaku orang yang tadi mengucapkan salam-bertanya.
"Eh? Gue kurang tau, soalnya kalau pesanan yang nangain itu ayah." Balas Mikail membuat Riri menganggukkan kepalanya. Gadis itu memang berlangganan sebulan sekali bakso sehat Mikail, sebab Riri dan keluarganya adalah pengonsumsi makanan sehat. Bahkan, jadwal makan mi saja, satu bulan sekali.
"Oh iya kak, kenalin ini Kak Naomi. Sahabat baru gue." Riri memperkenalkan Naomi pada Mikail.
"Iya." Mikail tersenyum canggung pada Naomi.
"Gue udah kenal sama Kak Mikail, Ri." Naomi membisikkan kalimat tersebut pada Riri. Entah kenapa, setelah akhir-akhir ini mereka jarang bertemu, dan sekarang bertemu dengan jarak yang begitu dekat, Naomi merasakan jantungnya berdegup kencang saat ini.
"Loh, kalian udah saling kenal? Kok gue enggak tau, ya? Eh, tapi kan wajar. Kalian semua lebih tua dari gue." Ungkap Riri, si gadis extrovert itu.
"Gue pamit, ya?" Mikail memilih pamit, tidak tahan berdekatan seperti ini dengan Naomi. Segera cowok tersebut mengucapkan salam lalu berjalan dengan sedikit cepat menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naomi (END)
Teen Fiction"Lama-lama gue lamar juga dia!" ucap Mikail gemas, usai bertemu dengan Naomi. *** Teen fiction-romantis-spiritual-religi Menceritakan kisah cinta ringan dari dua tokoh; Mikail dan Naomi. Dengan kepribadian mereka yang masih sama-sama labil. Mulai da...