NAOMI 30

72 5 0
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

"Kamu alim banget, ya, Nao." Ucapan tersebut terngiang-ngiang di kepala Naomi. Pujian dari temannya itu membuat gadis tersebut merasa bersalah.

Pandangan orang-orang terhadap dirinya sungguh baik, sangat berbeda dengan apa yang sebenarnya. "Ya Allah, terima kasih telah menutupi aib-aibku," gumam Naomi di mana saat ini ia sedang berdiam diri di atas sajadah, setelah tadi melaksanakan sholat isya.

Rasanya malu banget, sholat masih nunda-nunda, dzikir bolong-bolong, tapi mendapatkan cap alim dari mereka. Naomi membatin.

Tanpa sadar setetes air matanya turun. Mengingat dosa-dosanya selama ini. Orang-orang terlalu berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal imannya sendiri masih sering kali naik turun.

"Astaghfirullah," monolog Naomi.

**

Di saat Naomi sedang bersedih hati mengingat dosa-dosanya. Ada Mikail bersama teman-temannya yang kini tengah mendengarkan ceramah sebelum waktu sholat berganti.

"Menatap lawan jenis dengan perasaan senang itu sudah termasuk zina anak-anakku." Argumen dari pak ustadz yang membuat Mikail dan teman-temannya saling tatap.

"Tuh dengerin ges!" seru Umar.

"Lo juga dengerin!" balas Mikail dan Usman yang membuat Umar menyengir.

"Ibaratnya gini anak-anak, menatap saja sudah tidak boleh, apalagi pegang-pegangan. Dalam pacaran, ada yang enggak pernah natap-natap pacarnya? Ada yang enggak pernah pegang-pegangan sama pacarnya? Pasti enggak ada. Maka dari itu, kenapa pacaran dilarang, ya karena di situlah awal mulanya terjerumus ke dalam zina," lanjut pak ustadz.

Kembali Usman, Mikail, dan Umar saling tatap. "Tuh," ujar mereka secara bersamaan.

"Tidak usah saling tunjuk atau menghakimi orang lain, cukup melihat pada diri sendiri. Kita, sudahkah terhindar dari zina mata? Sudahkah terhindar dari zina hati dan pikiran? Hal sekecil itu, sudahkah kita terhindar?" Perkataan pak ustadz itu sontak membuat Mikail dan teman-temannya terdiam.

Akhirnya, tiga mahasiswa tersebut mulai fokus mendengarkan ceramah tanpa saling tunjuk lagi. Setelah ceramah usai pun, mereka tidak lagi saling mengatakan 'tuh' satu sama lain.

"Habis ini masih kerja kita, Il?" Umar bertanya. Iya, mereka berdua benar-benar bekerja dengan Mikail.

"Langsung pulang aja, udah malam," balas Mikail yang membuat teman-temannya menganggukkan kepalanya. Kemudian, mereka semua langsung melaksanakan sholat isya berjamaah. Ini pertama kalinya Mikail tidak bersama Ayah dan adiknya, sebab ia dan teman-temannya sempat terlambat sehingga terpisah tempat.

**

"Kak, masa tadi kak Ishak tanya-tanya kak Naomi ke gue?" Pesan dari Riri membuat Naomi mengerutkan keningnya.

"Tanya-tanya apa?" Naomi memberikan balasan.

"Ya kayak, Naomi apa kabar? Naomi suka makan bakso ya?" Balasan dari Riri.

"Oalah, kirain tanya apaan," tulis Naomi sebagai balasan pesan.

"Tapi yang bikin gue heran pertanyaan selanjutnya loh kak!" Kening Naomi kembali berkerut saat membaca pesan dari Riri.

"Nanya apa memangnya?"

"Kak Ishak nanya, Naomi lagi suka sama seseorang enggak, terus pas gue jawab enggak, kak Ishak senyum gitu!" Pesan balasan dari Riri.

"Apa kak Ishak suka sama kak Naomi ya?" Satu pesan selanjutnya justru membuat Naomi terkejut bukan main.

"Lo jangan bilang gitu, dong, Ri! Serius, enggak enak banget di gue, Lo kan suka sama dia!" Tulis Naomi sebagai balasan.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang