NAOMI 46

54 8 8
                                    

୨୧ Jangan lupa sholat ୨୧

Happy Reading 🤍

Hari Ahad telah tiba, Ishak dengan perasaan gugup bercampur gembira menghampiri sang ayah.

Waktu Dhuha menjadi pilihan Ishak dan ayahnya untuk datang bersilaturahmi ke rumah Naomi.

"Aku udah ngirim pesan ke Naomi dari semalam, Yah. Tapi enggak di balas-balas, kita enggak apa-apa, nih, langsung datang aja?" tanya Ishak di tengah perjalan mereka menuju rumah Naomi.

Ia hanya bersama sang ayah, sebab baru ingin melamar saja. Belum fix untuk diterimanya lamaran ia. Namun tentunya, Ishak sangat amat berharap agar sekiranya lamarannya diterima.

"Sebentar lagi kita sampai." Ucapan ayahnya tentu saja membuat debaran jantung Ishak kian bertambah cepat. Lelaki itu kemudian berdoa dalam hati, memohon dimudahkan segala urusannya.

Tidak lama, mobil yang dikendarai oleh sang ayah tiba di rumah Naomi. Kedua telapak tangan Ishak tampak berkeringat sebab kegugupan yang melanda.

Tepukan pada pundaknya membuat Ishak meneh dan mendapati sang ayah yang kini tersenyum tipis padanya. "Bismillah, Shak," ujar pak Kautsar.

Akhirnya, dengan ucapan bismillah, Ishak dan sang ayah turun dan mulai mengucapkan salam. Tidak lama, pria paruh baya yang Ishak tebak adalah ayah Naomi tampak keluar dengan kening berkerut.

"Maaf, ada apa, ya, pak?" tanya Pak Reno.

"Begini, Om, saya teman sekolahnya Naomi dulu. Boleh bersilaturahmi?" Ishak menjawab, berusaha untuk tegas meski kakinya sedikit gemetaran.

Pak Reno tampak terkejut kali ini, paham dengan maksud silaturahmi yang dikatakan oleh Ishak. Akhirnya, beliau mengizinkan Ishak dan Pak Kautsar untuk masuk ke dalam rumahnya.

Tiga pria tersebut duduk di ruang tamu. Pak Reno kemudian memanggil sang istri, meminta memberikan jamuan pada tamu mereka.

"Begini, Om. Sebelumnya, perkenalkan saya Ishak, salah satu teman SMA Naomi, hanya seangkatan, tidak sekelas. Kami kenalnya karena lomba cerdas cermat waktu itu," terang Ishak memperkenalkan dirinya. Lelaki itu juga kemudian menyampaikan profesi serta profesi ayahnya.

"Oh, jadi bapak bodyguardnya nak Riri, ya?" Bu Risa yang sudah sedari memberikan jamuan ikut nimbrung guna mencairkan sedikit suasana tegang ini.

Pak Kautsar menganggukkan kepalanya. Tersenyum simpul setelahnya.

"Begini, Om. Maaf kalau kedatangan saya sama ayah saya tiba-tiba banget. Kemarin, saya sudah kirim pesan ke Naomi, tapi belum di baca juga sampai hari ini." Penjelasan dari Ishak membuat Pak Reno dan Bu Risa menghela napasnya.

"Om dan Tante mungkin sudah menebak kedatangan saya ke sini bermaksud apa. Sekiranya, saya, ingin berkenalan lebih lanjut dengan Naomi terlebih dahulu sebelum menikah. Adapun nantinya diterima atau tidaknya ajakan saya ini, insya Allah saya lapang dada," tambah Ishak.

"Begini, nak Ishak. Kami berdua panggilkan Naomi saja bagaimana? Saya dan suami tidak berhak memberikan jawaban sebelum ada pertimbangan dari Naomi," jawab Bu Risa.

Ishak tersenyum simpul. "Boleh, Tante," jawabnya.

Bu Risa kemudian bergegas menuju kamar sang putri dan memanggilnya. Tidak lama, keluarlah beliau bersama Naomi yang kini benar-benar memasang wajah terkejut melihat kehadiran Ishak.

Naomi dan maminya duduk pada sofa yang berada di samping papinya. Kemudian, Papinya lantas menyampaikan ulang niat kedatangan Ishak ke mari pada Naomi.

Naomi dengan susah payah meneguk salivanya mendengar penjelasan sang ayah. Ia melirik singkat pada Ishak yang kini menundukkan pandangannya. Ya Allah... Naomi membatin.

Naomi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang