41. Seperti Hilang Rasa
...o0o...
Abi hendak melangkahkan kaki memasuki ruangan milik Alina dirawat. Namun sebelum itu terlebih dulu ada sebuah bogeman yang tiba-tiba mendarat tepat pada rahang tegasnya.
Sontak Abi meringis.
Dia ingin melawan tetapi kala netranya menoleh kesebelah sudah ada om Dandi disana.
"Udah saya bilang kamu gak usah kesini lagi," ujar pria itu tegas.
"Abi mohon, om. Izinin Abi buat jenguk Alina. Abi gak bisa tenang kalau belum tau kabar Alina gimana," mohon Abi.
Om Dandi menggeleng. "Kelakuanmu sudah salah, Abi. Tujuanmu baik untuk menjaga hati putri saya tetapi kamu gak sadar karena sikapmu ini kamu nyakitin hati istrimu."
Abi sempat terdiam sebelum menjawab, "tapi Abi juga bakalan nyakitin hati Alina, om, kalau Abi gak ngejaga Alin sebaik mungkin."
Sebuah tangan mendarat dipundak lelaki itu. Ditatapnya om Dandi yang telah merubah raut mukanya menjadi sendu. "Sekarang Alina bukan hak kamu lagi, Bi. Alina masih hak om dan kamu sudah memiliki kewajiban untuk istrimu," nasihat pria dewasa itu.
"Tapi gimana perasaan Alina, om? Abi juga masih butuh Alina," tanya Abi.
"Terus apa gunanya kamu menikahi Clarissa kalau kamu masih butuh putri om?" tanya Dandi balik membuat Abi bungkam.
Lelaki itu memilih mendudukkan diri dikursi disusul Dandi yang berada disebelahnya. Sekejap, dia melupakan niatnya kesini dan berakhir mendapat siraman rohani dari om Dandi.
"Abi pikir Alina gak bakalan balik lagi, om. Lagipula Abi nikahin Clarissa karena terpaksa keadaan. Jadi, wajar kan kalau Abi berharap lebih sama Alina?"
Om Dandi menggeleng. "Bicara itu emang mudah Bi. Tapi kamu gak sadar karena terpaksa keadaan bikin perasaan itu muncul dan kamu masih mengira itu hanya rasa biasa?"
"Dan soal Alina. Buktinya kamu mau menikahi Clarissa kan padahal katanya kamu masih suka sama Alina--"
"--terpaksa om--" Om Dandi menggeleng tak ingin ucapannya dipotong terlebih dahulu.
"Om tahu itu terpaksa. Menikah bukan perkara yang mudah, Bi. Masih banyak cara lain buat nolak pernikahan. Buktinya banyak orang yang kabur demi menghindari itu. Tapi nyatanya kamu malah milih Clarissa kan?" jelas om Dandi.
Lagi-lagi sebuah tepukan mendarat dibahunya. Dielus pelan pundak lelaki itu sembari kata om Dandi, "oke, sekarang om kasi waktu buat kamu jenguk Alina. Tapi kamu juga harus renungin perasaan kamu sendiri ke Clarissa."
"Clarissa itu kewajibanmu."
Kalimat tersebut masih memenuhi pikiran Abi meskipun raganya sudah memasuki sebuah ruangan dimana dia dapat melihat sesosok gadis tengah duduk di brankar.
Alina yang sedang membaca novel melirik kearah datangnya seseorang. Senyumnya langsung melebar kala tahu jika itu Abi.
Alinpun merentangkan tangannya menyambut kedatangan Abi dan secepat kilat dipeluknya gadis itu sembari dikecupnya kepala Alina berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG MANIS UNTUK CLARISSA (END)
Teen Fiction"Bocil sialan. Bocil ingusan gak guna. Bocil nyebelin. Bocil cocoknya mati aja deh lo." Abi mengangguk-angguk tak memperdulikan makian dari Clarissa. Pria itu lebih memilih menaiki motornya lalu hendak meninggalkan Clarissa namun sebelum dia pergi a...