51. KENAPA HARUS LO, BELL?

765 25 0
                                    

51. Kenapa Harus Lo, Bell?

...o0o...

Albian

Mas, disuruh pulang dulu sama bunda.
Diterima 07:34

Mau ngapain? Mas malas Al. Malas debat sama bunda yang ngebahas hal-hal itu aja.
Terkirim 07:39

Hm, kayanya sih gitu. Aku gak tau mau bilang apa lagi ke mas Abi soalnya bunda tadi sempat debat sama ayah soal calon istrinya mas Abi.
Diterima 07:41

Mas mau nikah lagi ya? Nggak kasihan sama kak Clar?
Diterima 07:41

Tuh kan, bunda itu gak pernah berubah ya Al. Mas capek banget sama perilaku bunda. Bunda emang sengaja mau nikahin mas lagi karna alasan Clarissa belum hamil. Katanya takut mas gak punya keturunan.
Terkirim 07:43

Astaga. Bunda terlaluan banget. Terus gimana? Mas bakalan kesini?
Diterima 07:44

Hm. Mas bawa Clar juga kesana.
Terkirim 07:44

...o0o...

Abi menepuk-nepuk kepala Clarissa secara pelan guna merapikan rambut wanita itu. Kini dia berada dimobil yang berhenti di Parkiran rumah besar Darmawan.

"Apapun masalahnya nanti, jangan kabur dan jangan nangis. Harus kuat, oke? Gue bakal selalu dipihak lo," ujar Abi meyakinkan.

Meskipun ragu Clar tetap mengangguk.

Merekapun memasuki rumah besar tersebut dimana Wina menyambut dua manusia itu dengan tatapan heran tentunya tak menyukai keberadaan Clarissa disana.

"Ohhh, udah datang ya," ucap Wina meremehkan.

Clar mengangguk sembari tersenyum sedangkan Abi memilih tak memberi ekspresi sedikitpun. Dia paham Wina memang pandai mendrama.

"Ada apa manggil mas kesini, bun?" tanya Abi to the point.

"Mas lupa? Astaga, padahal waktu itu kan udah bunda bilangin kalau hari ini calon istri kamu bakalan kesini. Aduh, bunda jadi gak sabar mau menggendong cucu."

Clarissa menelan saliva susah payah. Tangannya menggenggam erat tangan Abi sebagai upaya menahan tangis dimana Abi langsung menatap istrinya. Ternyata Clar masih bisa tersenyum.

"Keputusan kamu gimana? Mau dimadu atau milih dicerain sama Abi? Saya harap sih kamu sadar diri dan ninggalin putra saya daripada jadi beban dan gak bisa ngehasilin keturunan buat keluarga Darmawan."

Clar tersenyum kearah Wina. Dia harus kuat layaknya apa yang diucapkan Abi tadi.

"Apa kata nanti bun. Clar bakal ngambil keputusan apa yang jadi kesepakatan dari Abi," sahutnya tenang membuat Abi tersenyum pada sang istri.

Wina memutar bola mata malas.

"Sana ke Dapur, buatin cemilan buat calon menantu saya nanti," usir Wina sedikit mendorong tubuh Clarissa.

Sigap Abi menahan lengan sang istri. Tatapannya sudah tak enak kearah Wina.

Clarissa menoleh kearah Abi. Mengisyaratkan bahwa dirinya tidak apa dan meminta izin pada suaminya untuk ke dapur. Meskipun Abi tak memberi izin, Clarissa kekeh dan meninggalkan suaminya di Ruang tamu.

BRONDONG MANIS UNTUK CLARISSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang