08. SIDANG TERSANGKA ABI DARMAWAN

1.3K 75 0
                                    

...o0o...


Clarissa tersenyum disebalik masker membuat matanya melengkung manis pada tiga manusia dihadapan. Pak Darmawan beserta istri dan Abi Darmawan.

"Ini pengacara buat Abi, yah?" tanya Wina--istrinya pak Darmawan.

Wajah wanita itu amat meragukan dan meremehken profesionalnya Clarissa. Tak enak hati dengan ucapan istrinya, pak Darmawan sedikit berdeham. "Iya, memangnya kenapa bun? Clarissa ini pengacara profesional yang dikirimin pak Arya buat kita."

Wina memutar bola mata malas. "Maksud bunda itu loh cari pengacara pria aja yah. Kalau wanita itu biasanya hatinya mudah luluh. Bagaimana kalau dia nggak bisa kasi pembelaan buat Abi. Bisa ditahan seumur hidup anak kita di Penjara," ujarnya menusuk.

Clar menahan amarah. Dirinya diremehkan disini. Meskipun dia menjabat sebagai advokat baru tujuh tahun belakangan ini tapi keahliannya jangan diragukan.

Wina pergi darisana membuat pak Darmawan menyusul sang istri tersisalah Abi Darmawan dengan masker diwajahnya berada didepan Clarissa.

Degup jantung wanita itu mulai berdebar tak karuan. Jika dulu Abi memiliki tinggi yang hampir sama dengannya maka kini tinggi pria itu sudah tak bisa disamakan lagi. Abi menjadi pria tinggi. Bahkan Clarissa dibuat mendongak agar bisa menatap lelaki itu. Jika tidak, Clar hanya bisa melihat dada bidang Abi saja.

"Maafin bunda saya. Dia bukan ngeremehin kamu tapi dia takut aja kalau saya nggak bisa nyelesain kasus ini," ujar Abi yang paham jika hati Clarissa pasti tersentil.

Ah, Clar sudah kebal dengan ucapan seperti itu.

Telinganya tebal, tak mempan mendengar segala ucapan tak bermanfaat apalagi tahu jika dia bisa menghadapi kasus ini. Jangankan diremehkan, Clar saja sudah bertahun-tahun ini selalu dihina perawan tua. Hilang sudah jati dirinya.

Wanita itu terkekeh. "Sama aja dong, Bi. Itu namanya bunda lo ngeremehin gue. Oh ya, jangan saya kamu ish, kan udah Clar bilangin dari tadi malam."

"Kita disini sebagai rekan kerja. Anggap ini pertemuan pertama kita dan lupain yang lalu," sahut Abi menekan setiap katanya.

Pedas sekali. Telinga Clar hampir terbakar dibuatnya.

"Hm? Gue ada syarat nih. Kalau lo setuju sama syarat gue, gue bakalan bantu masalah ini sampai tuntas." Clar melepas maskernya lalu tersenyum amat cantik dihadapan Abi.

'Cantik.'

"Apa? Bayaran sepuluh kali lipat?" tanya Abi remeh.

Kepala Clar menggeleng sembari katanya, "em, em, em. Salah. Gue gak matre kok. Gue bakal nerima gaji sesuai susah beratnya gue bekerja aja. Gak bakalan gue korupsi dan minta lebih-lebih."

"Trus apa? To the point. Jangan bertele-tele. Sidang pertama hampir dimulai," geram Abi mengerutkan alis.

Sedari dulu tidak ada perubahan yang terjadi pada Clarissa. Dia tetaplah perempuan banyak omong yang Abi kenal.

"Oke, oke. Kalau gue berhasil nyelesain masalah ini dan ngelepasin gugatan lo dari mereka, lo ... harus nikah sama gue."

Abi menyemburkan tawa. Tak tersadar happy moodnya tiba-tiba naik drastis. Mata sipit itu kian tak memunculkan pupilnya. Abi tertawa hingga matanya melengkung manis. Clarissa terpaku. Meskipun hanya matanya yang dapat ia lihat namun itu adalah keberuntungan setelah sepuluh tahun lamanya.

BRONDONG MANIS UNTUK CLARISSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang