33. Wedding Day
...o0o...
Katanya ... hari pernikahan adalah hari yang sangat bahagia. Tapi nyatanya, Clarissa tak merasakan itu semua. Air matanya tiada henti mengalir meskipun sang MUA sudah lelah mengatakan untuk jangan menangis.
Sewater proof apapun make up kalau yang dipakaikan malah menangis itu sama saja membuatnya kesulitan.
"Clar ... kenapa nangis terus sih? Ini kan hari bahagia kamu," tanya Sania--ibunya Clarissa.
Clar menggeleng lalu tersenyum. "Clar terharu aja, bu. Gak nyangka baru bisa nikah diusia segini mana jodohnya masih bocil lagi, hehe," sahut wanita itu berbohong.
Sania mengelus bahunya. "Yasudah, jangan menangis lagi. Kasian mbaknya yang make up in tuh." Clar mengangguk.
Wanita itupun keluar dari ruangan tersebut dimana melihat Wina dan Abi sudah siap disana. Mereka saling bertegur sapa meskipun tak banyak dan menanyakan apa Clarissa sudah siap? Sebab Abi akan segera menuju tempat dan melangsungkan akad.
...o0o...
"Lo yakin udah sehatan, Lin?" tanya Gema tak enak hati saat melihat wajah pucat gadis disebelahnya.
Alina mengangguk. "Santai aja dong, Gem. Gue juga ingin lihat Abi nikah. Sekali seumur hidup sebelum gue dipanggil sama tuhan," sahutnya mampu membuat Gema membeku.
"Yaudah. Jangan ngomong gitu segala. Gak baik. Yuk turun." Gema meraih tangan itu, dibawanya perlahan menuju sebuah gedung megah di Ibu kota yang disewa untuk pernikahan Abi Darmawan dan Clarissa Amelia.
Mereka berdua langsung memasuki gedung yang sudah dihias sebagus mungkin dimana mempelai lelaki sudah menjabat tangan ayah Clarissa sembari katanya, "saya terima nikah dan kawinnya Clarissa Amelia binti Syahroni Ahmad dengan mahar tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"SAHHH!!!"
Seluruh manusia didalam gedung itu bersorak meriah beserta Alina dan Gema yang larut dengan itu semua. Nampak Abi tengah mengecup lama kening sang pengantin yang hari ini juga berpenampilan sangat berbeda dari hari biasanya.
Kecantikan Clarissa bertambah sepuluh kali lipat mampu membuat mereka disana bungkam atas seri diwajah itu. Abipun tak menyangka jika wanita disebelah yang riasannya ala sunda itu bisa secantik demikian.
Setelah doa selesai dipanjatkan, pak penghulu mempersilahkan untuk mereka memakaikan cincin masing-masing.
Abi mengambil tangan istrinya lalu hendak memasangkan cincin tersebut. Namun usahanya gagal kala seseorang dibelakang sana tak sadarkan diri.
"Lin, Alin ...." Gema menepuk pelan pipi itu.
Abi yang sempat mendengar, mengurungkan tujuannya memakaikan cincin pada Clarissa. Dia bangkit lalu berjalan tak santai kearah Alina yang sudah tak sadarkan diri dipangkuan Gema.
Secepat kilat Abi mengambil alih Alina untuk berada dipangkuannya lalu memapah tubuh lemah itu, dibawanya keluar tanpa berpamitan pada seseorang yang hari ini sudah sah menjadi istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG MANIS UNTUK CLARISSA (END)
Fiksi Remaja"Bocil sialan. Bocil ingusan gak guna. Bocil nyebelin. Bocil cocoknya mati aja deh lo." Abi mengangguk-angguk tak memperdulikan makian dari Clarissa. Pria itu lebih memilih menaiki motornya lalu hendak meninggalkan Clarissa namun sebelum dia pergi a...