39. PESAN ALINA

608 25 0
                                    

39. Pesan Alina

...o0o...

Abi tak tega hati namun dia juga tak mau bersikap lembut agar wanita disebelahnya menghentikan tangis.

"Clar. Ribut tau! Lo kok cengeng banget sih! Udah tua masih aja suka nangis," kesal Abi.

Astaga. Seharusnya dia tak mengatakan hal yang kasar seperti tadi dan alhasil kini Clarissa memunggunginya. Wanita itu lebih memilih menatap indahnya jalanan dimalam hari.

"Clar ...," panggil Abi pelan.

Clarissa berusaha tak menghiraukan itu. Hingga tibalah mereka disebuah rumah sakit ternama di Ibu kota. Clarissa turun dari mobil meskipun netranya masih nampak sembab.

Secepat kilat Abi menyusul membawakan sebuah sapu tangan bersih lalu berdiri dihadapan sang istri. "Dongak bentar," pinta suaminya.

Clarissa menurut, sebuah tangan menangkup wajahnya sedangkan sebelah tangan lagi berusaha menghapuskan jejak air matanya.

"Jangan nangis. Lo mau gue ditonjok Gema?" tanya Abi.

Tak lama kemudian pria berjas putih kedokteran tiba di Selasar tepat jalan yang dilewati Clarissa dan Abi. Kehadirannya menghentikan dua manusia itu sembari katanya, "huft. Beruntung lo baru datang. Soalnya pas banget sama bokapnya Alina yang baru aja pulang."

Abi mengangguk. "Gimana keadaan Alina Gem?" tanya Abi.

Gema melirik kearah Clarissa yang berusaha melebarkan senyum kearahnya. Gema tak enak hati meskipun bukan dia yang merasakan sakit hatinya.

Melihat itu, Clar paham. Gema pasti canggung untuk menjawab karena melihat kehadirannya.

"Bi, An, Clar boleh lihatin Alina didalam kan?" tanya Clarissa tiba-tiba.

"Boleh. Tapi lo harus ganti baju dulu." Clar mengangguk. Dia pergi meninggalkan Abi dan Gema yang lanjut membicarakan keadaan Alina.

"Kondisinya masih sama Bi. Penyakit yang diderita Alina udah parah," sahut Gema lirih.

Abi menunduk lalu mengusap wajah.

Sedangkan didalam sebuah ruangan sunyi yang hanya terdapat suara tit setiap detiknya, ada Clarissa yang menatap belas kasih kearah seorang gadis yang nyenyak dalam koma.

Clar mendekat pada brankar yang ditiduri Alina. Tak dapat ia tahan, air mata itu kembali menyeluruh.

"Gue gak bisa marah, Lin. Gue bingung. Apa berhak gue ngebenci lo setelah gue tau lo jadi hama dirumah tangga gue?"

"Tapi rasanya kejam banget ya kalau tau gue yang ngebenci lo padahal suami gue sendiri yang emang suka sama lo. Malahan gue yang jadi benalu dihubungan kalian."

Clar mendudukkan diri. Digengganmnya tangan Alin sembari mengusap lembut tangan yang pucat seperti kekurangan darah itu.

Dia terus menunduk, menumpahkan segala tangis yang ia tahan sedari tadi. Rasanya sesak. Sesak sekali sampai Clar tak menyadari jika tangan yang tengah ia genggam mengutikkan salah satu jari.

"Cepat sadar dan cepat sembuh, Lin. Gue ikhlas semisal lo ambil Abi lagi. Sia-sia, Lin. Gue yang hidup bareng Abi tapi hati Abi yang selalu ada buat lo. Apa gunanya gue sama Abi? Gak ada kan kalau gue cuma jadi pajangan dia doang?"

"J-jangan nyerah, Clar ...."

"Gue juga ikhlas semisal harus lihat lo bahagia sama Abi. B-bahagianya Abi, bahagianya gue juga," lirih seseorang dengan suara yang tersendat.

BRONDONG MANIS UNTUK CLARISSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang