Beberapa hari kemudian..Irene masih merajuk dan tidak mau berbicara dengan Seulgi. Ia juga kesal karena Seulgi tidak membujuk atau kembali meminta maaf. Seulgi bahkan berangkat ke kantor sendirian dengan motornya dan membiarkan Irene pergi hanya bersama Pildo.
Irene menyumpit makanannya dengan kasar karena masih kesal dengan sikap Seulgi. Saat ini dia sedang makan siang bersama Jennie di kantin, namun raut wajah Irene benar-benar seperti orang yang ingin membunuh.
"Yha, kau ini kenapa? Sejak kemarin bersikap aneh." kesal Jennie.
Irene berdecak. "Aku juga tidak mengerti." ucapnya kemudian memakan menunya dengan lebih tenang. Membuat Jennie menggelengkan kepalanya heran karena tidak mengerti dengan temannya ini.
Tiba-tiba saja Yeri dan Lisa datang dengan wajah ceria mereka. Kedua gadis itu seperti pemandangan matahari terbit yang membuat orang lain yang melihatnya langsung ikut bersemangat.
"Hai eonniedeul!" seru Yeri lalu duduk di samping Irene sementara Lisa duduk disamping Jennie.
"Hai, kalian terlihat bahagia sekali. Sangat berbeda dengan makhluk ini." ucap Jennie melirik Irene dihadapannya. Sedangkan Irene hanya membalas dengan dengusan singkat.
Yeri terkekeh, "Tentu saja kami harus bahagia karena hari ini hari ulang tahun Lalisa!" seru Yeri.
Kedua bola mata Irene dan Jennie membulat.
"Benarkah?!" kaget Jennie. Lisa disampingnya hanya tersenyum dan mengangguk.
"Woahh happy birthday Lili!!" seru Jennie lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipinya di pipi Lisa. Membuat si pemilik pipi terkekeh dan mengusap punggung Jennie dengan gerak cepat.
"Selamat ulang tahun putri Thailand!" ucap Irene dengan senyumannya. Mood jeleknya sudah hilang dan kini dia sudah kembali normal."Terimakasih eonnie!" bahagia Lisa.
"Aku harus menyiapkan hadiah untukmu!" Jennie antusias.
Lisa menggeleng dengan kekehannya, "Ah, tidak perlu. Aku ingin mengajak kalian untuk datang ke apartemen ku dan makan malam disana. Kalian ada waktu?"
"Tentu saja punya! Aku akan datang sebelum acara di mulai dan membantu mu memasak." ucap Jennie masih dengan tingkah antusiasnya.
"Aku akan sangat berkenan." kekeh Lisa.
Irene terdiam sejenak. Ia ingin datang tapi ia sangat malas untuk meminta ijin pada Seulgi. Apa dia tidak perlu melakukan itu?
"Irene eonnie, bagaimana denganmu? Kau bisa ikut kan?" tanya Yeri.
Irene tersenyum, "Tentu saja."
____
Malam harinya Irene tetap bersiap-siap dengan gaun selututnya meskipun ia tidak tahu Seulgi akan mengijinkannya pergi atau tidak. Seulgi bahkan belum pulang sejak tadi, Irene juga tidak menemukan Bibi Shim di rumah ini.
Setelah semuanya siap, Irene memanggil Pildo dan memintanya untuk pergi ke gedung apartemen Lisa. Pildo tidak membantah dan langsung menyiapkan mobil untuk Irene. Karena Seulgi tidak ada di mobil itu, Irene jadi bisa menyetel musik bahkan duduk di samping Pildo.
Meski awalnya Pildo sempat merasa tidak enak karena ia merasa malu, tapi bukan Irene namanya jika ia tidak bisa memaksakan keinginannya.Mereka berhenti sejenak di pusat perbelanjaan untuk membeli kado untuk Lisa. Pildo dengan senang hati menemani bahkan ikut andil dalam pemilihan kado itu. Irene berpikir jika sebuah jaket adalah benda yang bagus untuk ia berikan pada Lisa, jadi dia membelinya dan meminta pegawai untuk langsung membungkusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18+] Loftily [Money, Lust, and Love] || SEULRENE [COMPLETE] ✔✔
FanfictionBae Jungnam terpaksa memberikan anaknya; Bae Joohyun, kepada seorang wanita kaya raya karena terlilit hutang yang cukup besar. Bae Joohyun a.k.a Irene masih duduk dibangku kelas tiga SMA dan sedang menjalin hubungan dengan kekasihnya, Kim Taehyung...