Chapter 20: Regret

2.6K 344 19
                                    

Begitu Irene bangun di pagi harinya, ia langsung mencoba untuk membuka pintu kamar dan akhirnya berhasil. Irene menghela napasnya lega karena pintu itu tak lagi di kunci.

Irene keluar kamar untuk mencari Seulgi yang biasanya olahraga pagi, tapi ia tidak menemukannya.

"Kang Seulgi~" panggil Irene saat menaiki anak tangga dan berjalan menuju kamar Seulgi. Namun hasilnya nihil, tidak ada Seulgi di sana, ranjangnya juga terlihat sedikit berantakan.

Irene sudah mencoba untuk mencari Seulgi di ruangan lain tapi wanita itu tetap tidak di temukan. Irene akhirnya memilih untuk turun ke lantai bawah. Ia mengambil minum dan menunggu Bibi Shim untuk datang. Irene melihat jam dinding dan merasa heran kenapa Bibi Shim belum datang. Karena takut akan terlambat ke sekolah, Irene memilih untuk mandi dan bersiap-siap.

Ia pikir Bibi Shim akan datang setelah kegiatan bersiapnya itu selesai, tapi nyatanya wanita paruh baya itu tetap tak datang dan di meja makan hanya kosong.

Irene menggela napasnya kasar kemudian pergi ke depan untuk membuka pintu dan--sial pintunya terkunci.

Irene berubah panik lalu pergi ke halaman belakang dan mencoba untuk membuka pintu. Tapi apa yang dia takutkan terjadi, semua pintu yang memiliki akses keluar terkunci dengan rapat, Irene bahkan tidak bisa pergi ke halaman belakang ataupun kolam renang.

Gadis itu menyugar surainya frustasi sambil mengeram marah, ia tidak tahu harus bagaimana karena bahkan ia tidak tahu di mana ponselnya berada.

"Telepon rumah!" seru Irene saat teringat kemudian pergi ruang keluarga untuk menghubungi siapapun yang bisa ia mintai tolong. Tapi sepertinya Seulgi kelewat kesal sampai sambungan telepon rumah juga di putus.

"Yha beruang kutub!! Keluarkan aku dari sini!"

Percumah saja, yang terdengar hanya gema.

____

Di sisi lain, Jennie di buat heran saat Irene tidak kunjung terlihat padahal bel sudah berbunyi. Meskipun Jennie masih kesal dengan Irene, tapi ia juga khawatir jika sesuatu terjadi pada sahabatnya itu.

Jennie menunggu beberapa saat sampai akhirnya Guru Song datang untuk mengisi pelajaran pertama. Jennie akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat tangannya.

"Ssaem, Irene belum datang. Apa ada kabar darinya?"

Guru Song mengangkat alisnya. "Irene? Dia ijin untuk beberapa hari, tadi wakilnya menelpon kepala sekolah."

Jennie terdiam dan berpikir. Irene sangat jarang ijin sekolah, bahkan saat sakit saja sahabatnya itu memilih untuk tetap sekolah. Lantas apa yang membuat Irene ijin bahkan sampai berhari-hari?

~

Jam istirahat, Jennie pergi ke kelas Yeri untuk bertemu dengan calon adik iparnya itu. Ia berniat untuk menanyakan Irene, kalau saja Yeri mengetahuinya. Karena sebelumnya Jennie sudah mengirim pesan pada Irene, tapi tidak ada jawaban sama sekali.

"Hei kakak ipar! Tumben sekali datang ke sini, biasanya aku yang lebih dulu mendatangimu" ucap Yeri semangat.

"Ada yang ingin ku tanyakan. Apa kau tahu Irene ijin sekolah untuk apa? Dia tidak masuk sekolah dan aku tidak bisa menghubungi ponselnya."

"Benarkah? Aku tidak tahu. Apa mungkin kakak ipar pertama sedang bulan madu dengan Seulgi oppa?"

Jennie menepuk lengan Yeri.
"Jangan membicarakan hal aneh. Mereka bahkan belum menikah." kesalnya membuat Yeri tersenyum geli.

"Baiklah, aku akan mencoba menghubungi Seulgi Oppa."

Yeri melakukan itu namun Seulgi berkali-kali menolak panggilannya.

[18+] Loftily [Money, Lust, and Love] || SEULRENE [COMPLETE] ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang