Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam, akhirnya Wendy berpamitan untuk pulang. Ia berpamitan pada nyonya Park lalu setelah itu pergi keluar rumah sambil di antar oleh Joy."Aku pulang. Jika besok kau ingin pergi ke kantor bersamaku katakan saja, aku akan menjemput." ucap Wendy sebelum berpisah.
"Tidak apa, kau biasanya mengantar adikmu. Aku naik taksi saja."
"Aku bisa menjemputmu setelah mengantar adikku. Dia juga bisa di antar oleh orang lain." Wendy bersikeras.
"Tidak usah. Tapi jika kau memaksa lebih baik pulangnya saja. Antar aku pulang besok." ucap Joy dengan senyuman dan membuat Wendy ikut tersenyum.
"Baiklah kalau begitu aku pulang."
Joy mengangguk kemudian Wendy mengambil satu langkah lebih dekat untuk mencuri satu ciuman di bibir wanita itu.
"Bye bye.." pamit Wendy dengan senyum manisnya.
Joy tidak tahu sejak kapan ia menyukai hal itu sampai wajahnya terasa memerah dan bibirnya terangkat tanpa sadar.
"Hati-hati.."
Setelah Wendy menghilang dibalik pintu gerbang, Joy kembali masuk ke dalam rumahnya. Jantungnya hampir saja copot karena melihat sang ibu berada tepat di hadapannya sambil memasang senyum yang sangat mengerikan.
"Kau menyukainya? Apa kalian berpacaran?"
Joy dengan cepat menggelengkan kepala, "Kami hanya teman, eomma." ucapnya malu lalu berjalan begitu saja untuk menyembunyikan wajahnya. Namun baru saja beberapa langkah pundaknya di tepuk beberapa kali dan ia terpaksa menoleh untuk melihat apa yang ibunya coba sampaikan.
"Ibu merestui hubungan kalian. Wendy anak yang baik."
Joy menghela napas, "Eomma, jangan mengatakan hal aneh."
Ibunya malah semakin tersenyum senang. Ia tahu anaknya sedang merasa sangat malu di buatnya.
"Kau harus jujur pada perasaan mu."
Setelah berpesan seperti itu, sang ibu menepuk pundaknya kemudian pergi menuju kamar.
"Kau sudah mendapatkan lampu hijau, Kang Seungwan." dengus Joy lalu naik ke lantai atas.
____
Sejauh ini kata-kata yang baru saja di ucapkan Taehee adalah kalimat terburuk yang pernah ia dengar. Ia tidak mau dan tidak akan pernah mau untuk mengabulkan hal itu.
"Maaf eomma, sudah ku bilang kalau Seulgi adalah kebahagiaanku. Aku tidak ingin melepaskannya."
Taehee memejamkan mata kemudian menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Apa yang sudah dia berikan padamu? Harta? Baju mahal? Sampai-sampai kau tidak mau menuruti perkataan ayahmu.""Dia memberikanku kebahagiaan, eomma! Dan appa tidak memberikan itu padaku!" Irene tersulut emosi. "Ku katakan sekali lagi jika aku tidak mau memutuskan hubunganku dengan Seulgi." Irene mengakhiri kalimatnya dan langsung kembali berkutat merapikan bajunya.
Taehee sempat terdiam sejenak melihat kelakuan anaknya sampai pada akhirnya ia memilih untuk pergi dari kamar itu.
Tepat setelah pintu tertutup, air mata Irene turun membasahi lantai dan bajunya. Ia tidak tahu kenapa dia berubah menjadi serapuh ini.
Tangisan gadis itu terhenti saat ia merasakan tangan hangat menyentuh bahunya. Irene cepat-cepat menghapus air matanya agar tidak ketahuan.
"Apa-apaan ini? Seorang Bae Joohyun menangis?" ucap Taeri lalu tertawa. "Yha, dulu saat kau terjatuh dari sepeda saja kau tertawa, kenapa sekarang kau menangis hanya karena cobaan dalam percintaanmu? Aigoo.. Anak ini." dengusnya lalu duduk di samping Irene. Taeri langsung mendapatkan tatapan dari sudut mata yang sangat tajam dari gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18+] Loftily [Money, Lust, and Love] || SEULRENE [COMPLETE] ✔✔
FanfictionBae Jungnam terpaksa memberikan anaknya; Bae Joohyun, kepada seorang wanita kaya raya karena terlilit hutang yang cukup besar. Bae Joohyun a.k.a Irene masih duduk dibangku kelas tiga SMA dan sedang menjalin hubungan dengan kekasihnya, Kim Taehyung...