Chapter 34: Disappear

2K 239 10
                                    

Pria itu melepas helmnya dan turun dari motor untuk menyambut wanita yang berjalan santai menghampirinya.

"Kenapa kau tidak langsung memberitahuku jika kau berhasil mengacaukan hubungan Jennie dan Wendy?" tanya wanita itu dengan tangan bersedekap.

Suara decihan keluar dari mulut sang pria, "Kau memang tidak menyuruhku untuk langsung memberitahumu, kau hanya menyuruhku untuk mengacaukan mereka. Jadi sekarang aku ingin mengambil imbalanku, aku hanya menerima uang langsung, ingat?"

Wanita itu berdecih, "Sangat ingat. Kau tidak perlu khawatir Kim Taehyung." ucapnya lalu membuka tas cantiknya dan mengambil sesuatu dari sana.

Kedua manik Taehyung berbinar kala melihat lembar demi lembar uang yang pastinya bisa ia jadikan untuk berfoya-foya.

"Tujuh ratus ribu won." wanita itu memberikan lembaran uang tersebut dan Taehyung menerimanya dengan senang.

"Senang bekerja sama denganmu." ucap Taehyung saat mengantongi uang hasil kerja menjadi penghancur hubungan orang.

"Omong-omong, kenapa kau ingin mereka berpisah? Kau suka dengan manusia cacat itu?" tanya Taehyung dengan kekehan mengejeknya.

Wanita itu mengangkat satu sudut bibirnya dengan tipis, dia tidak benar-benar ingin tersenyum. "Aku hanya tidak mau sahabatmu terlibat lebih jauh."

Taehyung mengerutkan keningnya, "Maksudmu?"

Lawan bicaranya menggeleng, "Tidak ada yang harus kau tahu. Pergilah, kita sudah tidak ada ikatan lagi. Dan sebaiknya bertingkahlah seolah kau tidak pernah mengenalku."

Taehyung tersenyum dengan senyuman kotak khasnya.
"Baiklah. Sampai jumpa..."

~

Pildo hampir saja ketiduran karena menunggu lama kegiatan atasannya. Ia tersadar saat goyangan mobil yang sedang ia sandari itu berhenti dilanjutkan juga dengan berhentinya suara musik.

Pildo masuk ke dalam mobil dan kembali duduk di kursi kemudinya. Ia membenarkan kaca spion dan terlihatlah Irene dengan baju kusutnya sedang memeluk Seulgi dari samping dan merebahkan kepalanya di pundak wanita itu. Dilihat dari mata terpejamnya saja Irene sudah menunjukan jika dia kelelahan.

"Master, ada hal yang ingin ku sampaikan."

Seulgi mengusap surai gadisnya dan menatap balik supirnya dari kaca.
"Katakan nanti. Sekarang kita pulang terlebih dahulu."

"Baik Master." Pildo mengangguk kemudian menjalankan mobilnya.

Irene yang sebenarnya belum tertidur itu membuka sedikit matanya dan mengencangkan satu tangannya yang memeluk Seulgi.
"Sesuatu sedang terjadi?" ucapnya parau.

"Itu bukan urusanmu, jangan dipikirkan."

Irene mengulas senyumnya lalu mengecup rahang Seulgi sekilas dan bersandar seperti tadi.

Saat sampai di rumah, Irene ketiduran dan mengharuskan Seulgi untuk menggendongnya hingga sampai di dalam kamar Irene.

Dengan penuh perhatian Seulgi melepaskan sepatu dan mengganti baju gadisnya menjadi baju piyama yang nyaman.

Seulgi sebetulnya ingin segera tidur juga, namun ia teringat dengan perkataan Pildo, alhasil ia pergi menuju paviliun di mana Pildo beristirahat.

"Master, anda bisa memanggil saya. Anda tidak perlu datang ke sini." ucap Pildo merasa tidak enak.

Seulgi duduk di bangku dekat pintu kemudian mengeluarkan sebungkus rokok dari kemejanya.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanyanya seraya menghidupkan benda bernikotin itu.

[18+] Loftily [Money, Lust, and Love] || SEULRENE [COMPLETE] ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang