Beberapa hari sudah berlalu, Leon juga sudah meninggalkan rumah sakit setelah diperbolehkan pulang oleh dokter.
Leon yang semulanya tidak ingin Kaiyca ikut pulang dengannya terpaksa mengiyakan karena permintaan maminya dan ancaman dari papinya, jika dia tidak membawa Kaiyca pulang bersamanya maka semua fasilitas yang dimiliknya akan di tarik oleh Rajash.
"Semenjak aku disini, kak Leon jadi jarang pulang." Kaiyca menatap mansion yang begitu sangat kosong, seperti tidak ada kehidupan disini.
"Sepi banget, huh ...." Gumam Kaiyca sambil menghela nafas panjang.
'Ting-Tong!'
Bel rumah berbunyi, mendengar itu Kaiyca langsung bergegas berjalan menuju pintu utama.
"Siapa yang pagi-pagi gini bertamu?" Pikir Kaiyca.
Setibanya di depan pintu utama, gadis itu menekan pin agar pintu itu segera terbuka.
Saat pintu terbuka, kaiyca tersentak kaget karna Leon langsung mendorong dirinya, tapi untung saja tidak membuat ia terjatuh.
"Kak Eo, kenapa?" Tanya Kaiyca tapi tidak di hiraukan sama sekali oleh Leon. Karena merasa khawatir ia mengikuti langkah Leon dari belakang.
Leon berhenti di depan lift, "Stop, jangan ikutin gue!" sentak nya.
Kaiyca tersentak kaget, "Tapi—"
"Gue bilang jangan ya jangan, budeg lo?!" pekik Leon tanpa membalikkan badannya ke arah Kaiyca.
"Punya kuping makanya berfungsi, percuma alat pendengar yang lo pakai, sampah!"
Saat lift terbuka, detik itu juga Leon meninggalkan Kaiyca tanpa rasa bersalah sedikit-pun.
Setelah kepergian Leon, Kaiyca terduduk lemas di lantai. Ia sangat tahu betul jika cowok berstatus suaminya itu tidak menyukai kehadiran dan perjodohan yang dilakukan oleh Rosa dan Rajash tapi bisakah Leon menghargai perasaannya? Ia manusia yang juga memiliki perasaan.
"Sebegitu rendahnya aku dimata kamu, kak? Sampai-sampai ngeluarin kata yang bisa nyakitin perasaan aku aja ga begitu sulit bagi kamu, sebenarnya disini peran aku apa?" Kaiyca tersenyum lirih, air matanya juga sudah mengalir dari matanya lalu mengenai pipi.
Kaiyca menatap kosong kedepan, banyak pertanyaan yang ada di benaknya sekarang, tatapan itu juga sangat sulit untuk di artikan. Bagi siapapun yang melihat dengan hati yang lapang serta pikiran yang jernih maka dia bisa melihat kepedihan seseorang, hati yang tertutup rasa dendam dan benci tidak akan pernah melihat penderitaan siapapun termasuk dirinya sendiri.
Gadis itu berdiri, sesekali juga hampir terjatuh karena tubuhnya merasa sangat lesu. "Bun, yah ... Kalian dimana? Aku harus apa sekarang supaya rumah tangga aku bertahan? Atau aku nyerah saja ... Yah, Bun?"
Kaiyca meremas dadanya yang terasa sangat sesak saat bayang-bayang seseorang terlintas di benaknya, "Bayang-bayang itu?"
"Kenapa selalu hadir disaat aku berfikir untuk menyerah? Dan kenapa setiap bayang-bayang itu hadir, aku juga merasa sangat sesak? Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Ah, mungkin karna aku terlalu memikirkan semuanya. Iya-iya, karna itu." Ucap kaiyca menyakinkan dirinya sendiri agar tidak terlalu memikirkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (PO TGL 3 DES)
Teen FictionLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...