Extra part 1

359 14 0
                                    

2 tahun 4 bulan kemudian,

"ABII!"

"DIMANA KAMU, NAK?"

"LIPSTIK MIMA KAMU KEMANAIN, SAYANG? MIMA MAU PAKAI."

Masih pagi, tapi suara Kaiyca sudah terdengar menyebar ke seluruh penjuru mansion. Bagaimana tidak, gadis itu kejar-kejaran dengan waktu. Tapi lihatlah kelakuan putri kecilnya itu, entah dimana Abigail bersembunyi.

"Sayang..."

Seorang laki-laki berbadan besar memeluk istrinya dari belakang. Itu Leonidas, yang dulu sangat membenci Kaiyca, tapi sekarang justru tak bisa lepas darinya.

Emang ya, gigit lidah sendiri itu nggak enak.

Kaiyca memukul tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. "Ya Tuhan, cobaan apalagi ini..."

"Aduh, sakit, sayang. Kasar banget sih, nggak boleh kasar-kasar sama suami sendiri. Kualat lo nanti," Leon menggoda.

"Lo tuh!" Kaiyca sudah terlanjur kesal. "Pagi-pagi udah modus, sana cari Abigail dulu. Dia bawa lipstik aku, aku nggak tau kemana. Ini aku udah telat. Aku ada janji sama mami, dia minta aku nemenin rapat karena mau bahas proyek baru."

Kening Leon mengernyit. "Proyek baru? kenapa mami nggak bilang gue?"

"Dih, emang kamu siapa? Pake acara bilangin segala," jawab Kaiyca dengan nada malas.

"Gue?" Leon menunjuk dirinya sendiri.

Kaiyca mengangguk.

Leon menyentil dahi Kaiyca. "Ya suami lo lah, peak. Yang lo sebut tadi itu mertua lo. Hadeh, punya istri begini amat. Tukar tambah kali."

"Apa kamu bilang?!" Kaiyca hampir meledak. "Kamu pikir aku barang rongsokan, hah?!" kesalnya menatap jengkel Leon.

"Mima, pipa, adik mana?" Suara Abigail tiba-tiba terdengar.

Keduanya langsung menoleh ke belakang. Di sana, berdiri seorang anak kecil tampan dengan pakaian formal-nya, sudah siap untuk pergi.

"Eh, jagoan gue. Lo juga?"

Elno mengangguk. "Yoi, pi. Aku ikut. Buat pastiin Mima baik-baik aja, kan itu yang pipa mau?"

Kaiyca terkekeh, ia takjub. Leon belum bilang apa-apa, tapi Elno sudah mengerti isi pikirannya.

"Boleh nih, jadi penerus Bruiser." Leon tersenyum lebar.

Kaiyca menyikut perut suaminya, seolah sudah tahu apa yang ada di pikiran Leon. "Apasih, ai? dari tadi gue terus yang kena. Padahal gue nggak ngapa-ngapain!" ujarnya dengan sedikit jengkel, meski di balik itu ada tawa kecil yang ingin dia tahan.

Brukk!

Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari kamar mandi.

"Adik!"

"Sayang!"

"Cebong gue!"

Semua berlarian ke arah kamar mandi Abigail.

"Ya Tuhan..." lirih Kaiyca sambil menepuk keningnya. Pusing.

Lihat kelakuan Abigail, kemarin jatuh ke selokan, sekarang nyangkut di kloset. Wajah Abigail menunjukkan betapa bingungnya dia.

"Woi bong, lo ngapain di sana? nyangkut lagi? sehari aja nggak bertingkah, pusing kepala lo? mual perut lo?" omel Leon.

Kaiyca berdiri dengan tangan terkepal, sudah bosan dengan kelakuan putrinya. Abigail memang sering banget bikin ulah.

"Adik..." Elno berkata lembut. Hanya dia yang bisa sabar menghadapi Abigail yang sering nakal.

Abigail mulai menangis, matanya merah, tanda kalau ia bisa menangis kapan saja.

LEONIDAS (PO TGL 3 DES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang