BRAK!
BRAK!
Suara dobrakan pada pintu membuat suara itu berdering disudut ruangan kedap suara tempat akhir dari tangga yang beberapa saat lalu mereka turuni.
DOR!
Karena muak melihat Marvez dan Leon saling menendang pintu besi itu namun tidak kunjung terbuka, tyara mengarahkan pistol ke arah gagang pintu lalu menekan pelatuk pistolnya dan membidik hingga pintu itu terbuka sendiri.
"Lama," sindir Tyara, kaki jenjangnya berjalan melewati Marvez dan Leon.
Tanpa menunggu lagi, semuanya beranjak masuk mengikuti langkah Tyara, disusul orang-orang gadis itu dari barisan paling belakang, semua itu atas instruksi dari Tyara sendiri pada orang-orangnya.
"Tolong..." Samar-samar mereka mendengar seperti ada yang meminta tolong diiringi oleh suara gelak tawa.
Leon mengepalkan tangannya, ia yakin bahwa itu suara dari istri kecilnya. "Mati lo semua, anjing." Geramnya.
"Sabar bos, kita cari keberadaan mereka dulu baru hajar sama-sama." Tahan Bevan agar cowok itu tidak tersulut emosi.
Leon mengangguk, kepalan ditangannya melonggar seraya helaan nafas keluar dari mulutnya.
"Disana." Ujar Tyara sembari menunjuk ke arah salah satu pintu ber-cat merah.
"Lo dibelakang gue," titah Marvez seraya melangkah kedepan gadis itu dengan cepat. Ia tahu, Tyara akan menolak.
Tyara mendengus sebal, kebiasaan. Kutub kuda satu ini selalu saja menghalangi jalannya untuk selamatkan Kaiyca, ia hanya ingin bertemu lebih dulu dengan gadis itu. Rindu. Apalagi dengan keponakan-keponakannya yang imut, lucu, cantik dan ganteng. Pokoknya ia sudah mendapatkan, matching nephew.
Bevan berdehem, ia menyipitkan mata melihat kearah Tyara dan Marvez. Sepertinya diantara mereka sudah timbul buih-buih cinta yang sudah menjadi akar kecil dibagian bawahnya.
"Hapus pikiran lo itu." Sentak Marvez dingin, ia tidak suka jika dirinya harus menjadi topik pikiran di kepala manusia, apalagi dengan seorang gadis. Menjijikan.
"Masih aja sama lo, doyan cewek apa bukan sih?" Sengit Bevan.
"Doyan cowok, dingin-dingin kaya gini biasanya lebih tertarik sama batang." Sahut Tyara ceplas-ceplos.
Buk!
"HEY!" Sorak orang-orang serba hitam dari arah belakang, wajah mereka terlihat sangat marah. Mungkin karena Marvez dengan berani memukul pundak kan gadis itu, namun hanya pelan, sangat pelan malahan.
"Hayoloh, prajuritnya ngamuk. Bisa habis lo digebukin berkali lipat dari digebukin warga desa." Gurau Bevan dengan sisa tawanya, namun ekspresinya dengan cepat berubah ketika matanya tidak sengaja melirik tatapan maut Leon.
Refleks Bevan berpura-pura tidak melakukan apapun sembari melirik ke arah lain dengan sesekali bersiul.
***
"Do not move!" Sergah Elno dengan pistol ditangannya, ia mendapat pistol itu dari hasil mengelabui salah satu anggota Black piston yang memegang pistol.
"Apa alasan kalian semua tahan kami?" Sambungnya menatap datar orang-orang berbadan besar di depannya.
"HAHAHAHA!" tawa mereka menggelegar diruangan itu.
"Dinanya tuh bos, jawab bos ntar lo di bunuh." Sahut Noel meledek, ia menatap remeh anak kecil di depannya.
Mendengar ejekan tertuju padanya Elno tidak merespon, ia hanya bersikap tenang sembari menatap satu persatu orang-orang itu dengan datar. Sedetik kemudian, Elno tahu siapa bos diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (PO TGL 3 DES)
Fiksi RemajaLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...