BEBERAPA bulan yang lalu, seorang gadis bernama Adelia Andelin terbaring lemah di rumah sakit. Saat mendengar kabar jika kekasihnya akan menikah kondisi Adelia semakin parah, namun bukannya rawat inap dirumah sakit, gadis itu malah meminta kepada dokter untuk memperbolehkannya pulang kerumah.
Dokter sempat menolak permintaan itu tapi karna Adelia kekeuh dengan keputusannya membuat dokter itu mau tak mau menuruti keinginan gadis itu.
"Walaupun dirumah, kamu tetap harus minum obat secara teratur. Jangan sampai lengah ya, kalau merasa sakit atau apapun segera hubungi saya atau langsung pergi kerumah sakit." Ucap sang dokter menasehati Adelia, sebenarnya jauh dari lubuk hatinya ia tidak ingin gadis itu pulang apalagi gadis itu hanya tinggal sendirian, siapa yang akan merawatnya?
Adelia terkekeh pelan, dengan bibir pucat nya ia menarik sudut bibirnya ke atas. "Bawel, aku bakalan baik-baik aja kok, tenang." Ucapnya dengan nada lembut.
"Baiklah, pakai apa kamu pulangnya?"
"Oh ini, aku naik taksi."
"Mau saya anterin?"
"Gak usah kak, ngerepotin kamu nanti. Bukannya masih ada pasien yang harus kamu tangani? Fokus kesana aja ya ...."
Adelia memang terpikal gadis yang akan selalu memegang teguh ucapannya, jika ia ingin naik taksi maka itu akan terlaksana dan tidak ada satupun yang bisa merubahnya.
Dokter itu mengangguk pasrah, "Okay, tapi saya anterin sampai kamu naik ke dalam taksi. Jangan nolak, ya?"
"Iya, tapi janji cuman anterin sampai aku naik taksi doang ya? Kebetulan terakhir aku lihat di maps, taksinya udah ada di sekitar sini."
"Iya, saya janji."
***
Beberapa hari kemudian. Adelia tidak benar-benar mengikuti instruksi dokter, ia lalai dalam meminum obatnya dan juga lalai dalam beristirahat. Gadis itu selalu memaksakan dirinya untuk berkerja tanpa kenal waktu.
Semua ini adalah keinginan Adelia sendiri, umurnya tidak lama lagi, kepergiannya juga pasti terjadi, hanya menunggu hitungan jam saja. Ia ikhlas, sangat ikhlas melihat kekasih yang paling dicintainya bersanding dengan orang lain. Adelia tentu ingin semua rasa sakitnya berhenti. Ia tak ingin lagi merepotkan siapapun yang ada di sekitarnya karena mengidap penyakit yang bisa merenggut nyawanya kapanpun.
Adelia menarik napasnya perlahan-lahan saat ia kembali merasakan sesak. Namun, bukannya meminum obat yang di anjurkan oleh dokter kepadanya, ia malah berusaha menahan rasa sesak dan sakit itu sendirian dengan air mata yang mulai mengalir dari mata indahnya.
"Tolong jangan sekarang, aku harus ketemu sama kak Leon untuk terakhir kalinya, harus ...."
Gadis itu mengambil ponsel yang terletak di nakas samping tempat tidurnya dan membuka aplikasi WhatsApp, ia menekan salah satu kontak yang disematkan paling atas. 'My world' itulah nama kontak yang tersematkan, mungkin kekasihnya—Leonidas lion strength.
My world
Kak, bisa tolong kesini? Aku pengen ketemu, tapi sebelum itu tolong izin sama tunangan kamu dulu ya? Jangan sampai kamu pergi diam-diam.
20.00
Setelah memberi pesan kepada Leon agar segera datang kerumahnya untuk terakhir kali, setidaknya sebelum hidupnya benar-benar berakhir hari ini, cowok itu bisa melihat Adelia untuk terakhir kalinya.
Sial! Adelia kembali merasakan sesak dan kali ini sangat sesak sampai berkali-kali gadis itu memukul-mukul dadanya supaya untuk mengurangi rasa sesak itu walaupun tidak berkurang sedikit saja, hasilnya nihil.
"Tolong jangan sekarang, tolong tuhan ...."
Gadis itu berusaha untuk berdiri dengan susah payah, untuk berdiri saja ia harus memakan waktu sampai dua menit. Tanpa membuang waktu lagi. Adelia berjalan ke arah lemarinya dengan langkah goyah. Saat berada tepat di depan lemari, ia membukanya dan mengambil botol yang bertulisan 'Racun tikus' di kemasan itu.
Adelia kembali menutup pintu lemari dan menatap botol yang berada di tangannya, dengan tangan gemetar, ia membuka tutup pada botol itu.
Tapi, saat ingin meminumnya, botol itu terlepas dari tangan Adelia.
"Argh ...." Rintihan terdengar dari mulut Adelia, rasa sesak itu semakin terasa sangat sakit, seperti di tusuk-tusuk beribu benda tajam.
"Aku udah ga kuat," lirihnya, ia terjatuh ke lantai.
"Auhh ...." Tangan Adelia terkena beling kaca yang berserakan di lantai.
"Tuhan, jika ini memang saatnya aku ikhlas, bolehkah aku meminta permintaan terakhir? Katakan pada Leon bahwa aku sangat mencintainya."
"Tolong, katakan itu tuhan. Dengan caramu sendiri."
Nafas gadis itu tersengal-sengal, ia sudah tidak sanggup menahan lagi. Perlahan-lahan mata indahnya tertutup diiringi senyuman yang tercetak jelas di bibirnya, sangat manis.
"ADELIA!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (PO TGL 3 DES)
Подростковая литератураLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...