Ting!
Di tengah pencarian Abigail, ponsel Marvez berbunyi. Ia membuka layar ponselnya, dan terlihat nama kontak 'M' di lockscreen nya.
"Le, Kai—"
Belum sempat Marvez menyelesaikan ucapannya, teriakan dari Bian tiba-tiba menghentikannya.
"ABIGAIL KETEMU!"
Teriakan Bian memecah lamunan Leon. Ia berdiri perlahan, menghela napas sebelum melangkah cepat ke arah Bian.
Setibanya di sana, pandangannya langsung tertuju pada Abigail yang berada dalam gendongan Bian. Tubuh gadis kecil itu kotor, penuh dengan noda tanah.
Dengan wajah memerah, Leon menatap Bian tajam. "Apa yang lo lakuin ke anak gue sampai bajunya bisa kotor begini, hah?!" teriaknya, emosi meledak begitu melihat kondisi Abigail.
Bian tetap santai, sama sekali tidak terpancing. 'Tenang, Bang. Gue nggak ngapa-ngapain anak lo. Abigail tadi gue temuin lagi tidur di tanah, makanya bajunya jadi begini," jelasnya.
"Udahlah, Bos. Gausah diperpanjang. Kasian bocil gue, bawa pulang aja dulu, nanti baru kita bahas," ujar Bevan yang baru saja muncul. Ia terlambat datang karena sibuk menolong seorang nenek yang tidak sengaja ia tabrak di jalan.
Leon tak bergeming, ia langsung mengambil alih Abigail dari gendongan Bian. Dengan hati-hati, ia menggenggam tubuh kecil itu, wajahnya tampak tegang, tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. "Ayo, cil kita pulang," gumam Leon pelan, berusaha menenangkan diri meskipun kemarahan masih jelas terasa di suaranya.
"Tunggu..."
Suara berat Marvez membuat langkah semua orang terhenti sejenak.
"FUCK!!!" Rahang Leon mengeras seketika. Wajahnya berubah, otot-otot di sekitar lehernya menonjol, sementara tangan yang menggenggam tubuh Abigail terkepal erat.
"APALAGI ANJING! ANAK GUE BUTUH ISTIRAHAT!"
"HUAAAAA!!" Teriakan Leon yang memekakkan telinga membuat Abigail terbangun dari tidurnya.
"Shut... diam," ujar Leon, berusaha menenangkan Abigail yang terbangun sambil menepuk-nepuk punggung kecil anaknya. Napasnya masih terengah-engah, kemarahan yang memuncak tak bisa ia sembunyikan.
"Kaiyca, dia ma—"
"GUE GA PEDULI SAMA CEWEK GA BECUS ITU, ANJ—"
Plak!
Tamparan itu melayang cepat ke pipi Leon, membuat ia terhuyung sedikit, pipinya terasa panas. Abigail yang melihat itu langsung menangis.
"Watch your mouth, Leon. She's your wife!" ucap Marvez dengan suara dingin, tatapannya tajam, penuh peringatan.
Semua anggota bruiser, diam. Tidak ada yang berani berbicara atau melerai keduanya.
"HUAAAA, MIMAAA!! BII AUU CAMA MIMA, EPASINN IHH!!" Abigail menangis keras, tubuh kecilnya menggeliat memberontak di pelukan Leon. Tangannya mencoba meraih sesuatu, wajahnya basah oleh air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (PO TGL 3 DES)
Teen FictionLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...