Setelah kejadian dimana Leon mengatakan jika ia ingin Kaiyca pergi dari hadapannya, gadis itu benar-benar melakukannya. Sekarang Kaiyca sedang mengemasi baju-bajunya, hanya baju karena di mansion ini tidak ada apapun yang menyangkut pada dirinya.
Tujuan belum jelas, namun kemanapun kakinya melangkah semoga itu adalah keputusan yang tepat, baik bagi diri Kaiyca maupun Leon.
"Kenapa?"
"Kenapa tuhan, kenapa? Aku sama sekali tidak mempertanyakan takdir yang kau berikan kepadaku, tapi apakah seburuk itu diriku untuk menerima kebahagiaan walaupun sementara?" Kaiyca menyeka air matanya yang terus-menerus mengalir membahasi pipi berisi miliknya.
Tidak butuh waktu lama. Kaiyca selesai mengemasi baju-bajunya kedalam tas berukuran kecil miliknya yang memang ia bawa dari tempat dimana ia dibesarkan, panti asuhan.
Sebelum beranjak dari kamar yang selama ini menjadi saksi bisu, semua yang ia rasakan. Gadis itu menarik bibirnya agar membentuk sebuah senyuman manis, walaupun kenyataannya hanya ada kepahitan disana.
"Don't cry, maybe ini adalah jalan yang tepat untuk aku dan kak Leon. Mau bagaimanpun aku mencoba meraih jalan yang sama, itu ga bakalan pernah bisa kalau pemilik jalan ga mengizinkan aku untuk masuk ke jalan itu."
Kaiyca menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali berkata, "Kak Adel, maaf ya. Kalau aku pernah sedikit memaksa untuk berusaha masuk ke pikiran, dan hati kak Eo. Nyatanya, cuman kamu yang akan selalu ada disana, aku kalah kak ...."
***
Sedangkan di lantai bawah, Leon sedang sibuk dengan ponsel ditangannya, seolah-olah ia sama sekali tidak keberatan jika gadis itu melakukan sesuatu sesuai apa yang sudah ia katakan beberapa saat yang lalu.
Leon mengalihkan pandanganya saat mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.
"Oh, beneran minggat? Bagus, tau diri."
Kaiyca tertawa hambar, "Aku pamit, kamu jaga kesehatan jangan keseringan merokok. Itu ga baik untuk kesehatan kamu-"
"Ga usah banyak bacot, pergi-pergi aja. Kebanyakan drama hidup lo." Sengit Leon, dengan menyela ucapan gadis itu.
Lagi, hatinya lagi-lagi terluka hanya karena perkataan yang keluar dari mulut laki-laki yang mungkin sekarang sudah ia cintai sepenuh hati?
Jika membahas tentang suami, suami mana yang tega menyakiti perasaan perempuannya? Bukan hanya perasaan tapi juga menghajar habis-habisan mental istirnya, namun ... Kaiyca masih tetap menganggap jika Leon adalah suaminya yang patut untuk ia hormati dan ia patuhi, dengan cara pergi dari hadapan Leon sesuai kemauan cowok itu.
"Kenapa bengong disana?! Eneg gue liat muka lo, pergi!" bentak leon dengan nada dingin, ia menatap tajam dan penuh rasa benci gadis itu.
Leon benar-benar sudah terhasut oleh rasa benci, amarah serta dendamnya.
Mendengar itu sontak membuat Kaiyca refleks ingin berlari namun langkahnya tersandung oleh kaki gadis itu sendiri, sampai membuat kepala Kaiyca terbentur lantai.
"Aduh," ringis Kaiyca.
Sedangkan Leon yang melihat itu mendengus kasar, bukannya membantu cowok itu malah menatap tidak suka.
"Drama apa lagi?"
"Ga bosan lo? Drama doang idup lo, ga usah sok merasa sakit deh. Idup lo kalau ga nyusahin ya drama," setelah mengumpat seperti itu kepada Kaiyca, Leon berlalu begitu saja tanpa rasa bersalah. Ia meninggalkan gadis itu sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (PO TGL 3 DES)
Ficção AdolescenteLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...