- Sheet : 52. Siuman

2K 85 4
                                    

Sudah satu minggu setelah operasi, namun Kaiyca tak kunjung membuka matanya. Elno, si anak sulung terus menanyakan ibunya, jawaban yang Elno dapatkan hanya gelengan semata dari semua orang.

Beberapa hari ini, Leon mengerjakan semua pekerjaan kantornya di rumah sakit. Cowok itu tidak ingin beranjak dari sana, bahkan jika bukan Rosa dan teman-temannya yang mengingatkan serta memaksa Leon untuk segera makan mungkin cowok itu tidak akan memasukan nasi kedalam perutnya.

Leon menggenggam tangan istrinya, sembari mengusap kepala gadis itu, ia berkata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leon menggenggam tangan istrinya, sembari mengusap kepala gadis itu, ia berkata. "Ai.. Kapan bangun? lo ga kangen sama anak-anak dan gue? gak kangen sama kejametan Bevan? gak kangen sama mami? disini semua orang nungguin lo sadar ai, indah banget di dunia mimpi lo, ya? sampai-sampai lo betah banget tidur semingguan udah mirip putri tidur lo... Cantik soalnya."

"Bocil terus aja nanyain lo, gue bingung mau jawab apa. Dia udah ngerti, gue takut dia sedih. Dia juga gabisa dibohongin kaya anak kecil pada umumnya, gue bingung Ai.. Sadar ya? gail masih butuh asi lo, putri kecil kita terpaksa minum susu formula karena lo ga sadar-sadar-"

Leon menghela nafas sejenak. "Kadang, suster bantu pompa asi lo karena brebes kemana-mana. Mungkin gara-gara gak di ambil, ya? soalnya asi lo kata dokter deres banget untuk umur lo semuda ini jadi ibu, itu bagus banget." Sambungnya dengan suara bergetar, tidak tahu kenapa Leon menjadi sedikit cengeng beberapa hari ini.

"Sampai kapan lo ngomong sama adek gue? gak bosan setiap kali lo ajak dia bicara tapi gak ada sahutan?" sahut Meika yang baru saja tiba.

Cowok itu menggeleng tanpa menoleh siapa yang datang. "Gak ada kata bosan kalau bicara sama bidadari gue. Dia pasti dengar, cuman gak bisa balas doang." Balasnya dengan mata yang terus tertuju pada wajah cantik Kaiyca.

Meika menggeleng pelan, tidak habis pikir dengan jawaban Leon yang masih saja sama. "Hadeh, cape gue ngomongnya kalau yang di bilangin batu banget."

"Then shut up."

"Iye, ini gue diam." Meika menaruh buah-buahan yang baru saja ia beli ketempat keranjang buahan.

"Dek, lo kapan sadarnya?" sahut Meika sembari mengupas apel dan sesekali melihat ke arah Kaiyca.

"Kita semua, kangen lo. Abigail selalu nangis dan semua orang kewalahan diemin dia, tapi untungnya ada Marvez yang dengan senang hati gendong dia, nih suami lo nih, gak pulang-pulang sampai anak-anaknya di angurin." Sambungnya sembari mengadu kepada Kaiyca tentang Leon.

Sementara Leon hanya diam tanpa menyela atau tidak terima dengan aduan Meika untuknya. Pikirannya hanya tertuju kepada Kaiyca seorang, tidak ada satupun bahkan ia bisa dibilang ayah yang kejam karena menelantarkan anak-anaknya.

Leon terkejut saat jemari Kaiyca bergerak digenggamnya. "Ai?.."

"A--air..."

Meika refleks menoleh ke sumber suara, matanya melebar dengan mulutnya yang tersenyum. "Lo udah sadar, dek? mau air, sebentar gue ambilin." Ujarnya, saking merasa senang ia hampir saja melukai tangannya dengan pisau.

LEONIDAS (PO TGL 3 DES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang