1

3.8K 344 30
                                    

Mobil mewah milik Kavin berhenti tepat di area lobby kampus sang adik, setelah menempuh perjalan sekitar 40 menit lamanya -karena terjebak macet- akhirnya Orion dapat bernafas lega karena kini kampus impiannya berdiri kokoh tepat di depannya.

"Abang makasih yups!" ujar Orion dengan tangannya yang tengah membuka safetybelt.

"Iya sama-sama lho, eh tapi janjinya jangan lupa dek," sahut Kavin membuat sang adik langsung mengernyitkan kedua alisnya.

"Janji apaan? Ah perasaan Rion ga janjiin apa-apa?"

Kavin merotasikan kedua bola matanya malas. Selalu saja begitu, Orion selalu PPL alias Pura Pura Lupa.

"Abang sumpahin kamu pikun beneran dek,"

"Dih kok gitu? Rion beneran lupa loh bang,"

Kavin menghela nafas sejenak, menghadapi adik bungsunya yang ajaib ini benar-benar membutuhkan kesabaran yang extra, "itu lho cewek."

"Oh itu, kirain apaan. Gampang itu mah, abang santuy aja nanti Rion kasih ciwi yang bohay bahenol nol nol!" ucap Rion diiringi dengan senyum lebarnya.

"Nah baru gud!"

"Yaudah Rion pergi dulu udah telat banget, abang langsung pulang jangan nongkrong di lampu merah kebiasaan kemarin juga di tangkap satpol pp kan," imbuh Orion seraya membuka pintu mobil, lantas ia pun keluar dari mobil sang abang.

Kavin mendengus kesal, "Sialan lo dek dikira gue gembel! Udah sana nanti tambah telat terus di hukum baru nyaho!"

Kavin itu sebenarnya type orang yang pendiem, intovert, dingin, cuek, kadang judes, tapi semua itu akan berubah jika ia berhadapan langsung dengan Orion. Es dalam diri Kavin akan mencair seketika.

"Dih abang jahat ngedo'ain Rion di hukum," Orion mencebikan bibirnya lucu membuat sang abang harus menahan rasa gemasnya. Kalau saja posisinya sedang di rumah mungkin Kavin sudah menciumi pipi gembil sang adik saking gemasnya.

"Hahaha ya habis kamu ngeselin! Udah sana ah, jangan lupa nanti makan ya, makan nya ga boleh sembarangan, jangan lup—"

"Iya jangan lupa minum obat, jangan kelelahan, ga boleh capek-capek, kalau ada yang ganggu sleding aja. Udah hatam bang Orion sama petuah-petuah kalian," sela Orion malas, petuah-petuah dari keluarganya memang sudah ia hafal di luar kepala.

"Ih kok adek pinter bangat sih? Ohiya kan udah kuliah ya jadi ga bego lagi."

Seketika Orion langsung membulatkan kedua matanya, "enak aja , Orion mah pinter! Udah ah sana abang pergi buat mood Rion buruk aja! Sana hush hush hush," usirnya.

"Iya iya yaudah abang pergi dulu, ohiya nanti pulang di jemput siapa?" tanya Kavin sebelum benar-benar pergi.

"Gatau, ojol kali." jawab Orion seadanya.

"Sembarangan naik ojol, kamu mau ibu ngomel-ngomel karna bayik nya pulang naik ojol? Yaudah nanti kalau udah beres telpon salah satu dari kita aja."

"Iyaiya abang bawel banget sumpah, kuping aku udah panas tau!"

"Yaudah abang pergi dulu, jaga diri baik-baik dem!"

"Iya ih! Dikira Rion anak TK!"

Kavin tertawa kecil, lalu si abang tampan dengan mobil mewahnya pun perlahan melaju menjauh dari area kampus.

Setelah memastikan mobil sang abang sudah mulai menjauh dari penglihatannya, Orion lantas berlari kecil untuk memasuki area lobby kampus. Namun karena terlalu buru-buru Orion tidak menyadari jika ada orang yang sama sepertinya terlihat buru-buru sekali berlari ke arah yang sama, hingga,

HE IS ORION [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang