30

1.8K 265 55
                                    

Renja dan Naren kini sudah berada di depan gerbang besar kediaman keluarga Nataprawira. Namun keduanya nampak masih ragu untuk masuk kedalam sana, bahkan diantara keduanya tak ada yang mau menekan bel agar satpam membukakan gerbang besar tersebut.

"Lo pencet bel nya kek, Nar!" ujar Renja yang masih duduk di atas motornya.

"Ogah, lu aja dah Ren, lu kan yang tua," sahut Naren.

"Ini bukan urusan tua apa muda nya bego!"

"Terus?"

"Urusan per-urat maluan Nar, urat malu lo udah putus 'kan? Lo juga biasanya malu-maluin, sana lo yang pencet bel," oceh Renja.

"Iya bener juga sih, tapi ogah ah gue takut ketemu nenek lampir," cicit Naren pelan saat mengucapkan dua kata di akhir kalimatnya.

"Heh! Durhaka lo Nar, ga boleh gitu sama orang yang udah bau tanah."

"Yee anjing sama aja tolol, tapi bengek gue hahahahahaha."

"Bercanda nenek, maafin ya hehe.. Udah buruan lo pencet bel nya lama bener anjim, bentar lagi mau hujan ini," oceh Renja.

"Ck, lo nyuruh-nyuruh mulu, coba lo yang pencet bel sana! Cemen banget sama nenek nenek aja takut!" sahut Naren sewot.

"Bacot lo makin lancar aja tiap harinya Nar, udah buru sih pencet bel nya!"

"Ish iya iya!"

Dengan pasrah dan malas-malasan akhirnya Naren berjalan menuju bel tersebut, namun belum sempat ia menekan bel nya, gerbang pun tiba-tiba saja terbuka dan memperlihatkan sebuah mobil mewah yang akan keluar dari sana. Lalu, Naren dengan cepat kembali berjalan menghampiri Renja.

"Mobil siapa tuh?" bisik Renja.

"Mana gue tau, punya Honda kali," sahut Naren asal tak kalah berbisik.

"Kok Honda sih, sat?!"

"Ya lo mau nya apa?! Suzuki?!"

"Ga jelas lo babi!"

"Lo yang ga jelas, ya mana gue tau itu mobil siapa! Dikira gue Limbad!"

"Kok sekarang Limbad?"

"Iya si Limbad peramal 'kan?"

"Sumpah yah gue punya temen makin bego aja, si Limbad peramal mata mu! Udah tau pemain balerina."

"Nghoghey, gue kira pemain wanita."

"Lo banget itu mah, Nar! Dah ah ngobrol sama lo buat gue makin bego dan emosi, memicu asma gue kumat aja lo!"

Saat sedang asyik berdebat, mobil itu pun tiba-tiba terhenti tepat di depan keduanya, membuat Renja dan Naren saling memandang satu sama lain, dengan tatapan herannya. Dan tak lama kaca mobil itu pun perlahan terbuka, menampilkan sosok yang membuat keduanya terkejut bukan main.

"E-eh?"

Renja dan Naren sontak membulatkan kedua matanya saat melihat siapa seseorang pembuka kaca mobil tersebut.

"Kalian temennya Orion, 'kan?" tanya seseorang itu.

"E-eh omah, i-iya omah kita temen Orion," Naren lah yang menjawab pertanyaan itu dengan sedikit gugup.

Yah, seseorang yang berada di dalam mobil itu adalah eyang Ratih. Namun eyang tak sendirian, terlihat di sampingnya ada Rasya yang tengah duduk dalam diam sembari menunduk tak berani menatap kedua sahabatnya Orion.

"Ada perlu apa kalian kesini?" tanya eyang Ratih.

Sekali lagi Renja dan Naren di buat terheran-heran saat eyang Ratih menunjukan senyum nya pada mereka.


HE IS ORION [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang