Sudah hampir 1 minggu lamanya Arsen beserta istri dan anaknya tinggal di kediaman Gibran, dan selama itu pula Orion mulai merasakan perubahan yang terjadi di rumahnya. Perlahan sang eyang semakin berubah, dari yang tadinya tidak peduli kini menjadi benar-benar tidak memperdulikan Orion, bahkan eyang selalu menganggap Orion tidak ada dan selalu membanding-bandingkan Orion dengan sang cucu baru kesayangannya.
Begitu juga dengan yang lain, perhatian penuh yang selalu Orion dapat perlahan mulai berkurang dan beralih pada Rasya yang katanya anak Arsen. Namun begitu, ayah, ibu dan ke-empat kakaknya masih sama, tak ada yang banyak berubah hanya saja sang mas yang kini terlihat lebih dekat dengan Arsen dan anaknya, Rasya.
Orion kesal? Tentu saja ia kesal, apalagi saat melihat sang eyang yang begitu sangat sangat perhatian pada Rasya. Tapi Orion tidak bisa melakukan apapun karena Rasya, dia anak Arsen dan juga anak yang istimewa, kata eyang, Arsen dan juga Angel tentunya.
Pagi ini, Orion terbangun dari tidurnya dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Dadanya terasa sesak bukan main, bahkan sudah sejak semalam Orion merasakan sesak itu sampai-sampai Rion tak bisa tidur. Saat ini, si anak gemas tengah mendudukan tubuhnya di tepi ranjang.
"Semalem Rion ga bisa bobo, sesek terus, shh.." keluh Orion seraya mengurut dadanya pelan.
"Akhir-akhir ini tiap malam sering ngerasa sesek, padahal sebelumnya.. ya sama aja sih, tapi sekarang lebih sering huhu," asyik bergumam sendiri, Orion mulai tersadar saat pintu kamarnya di ketuk dengan pelan dari luar.
Tok,
Tok,
Tok,
"Adek, bangun dek ini udah jam setengah 8 lho! Bangun dek," seru seseorang dari luar kamar Orion. Meskipun dengan sedikit berteriak, namun nada bicaranya masih terkesan lembut dan tidak membuat sang empunya kamar kaget.
"Iya abang, Rion udah bangun kok," sahut Orion yang sudah mengenali suara seseorang yang berseru itu.
Cklek,
Pintu kamar Orion terbuka, dan orang pembuka pintu kamar itu yang tak lain adalah Kavin pun menunjukan senyum lebarnya sembari berjalan memasuki kamar Orion.
"Adek belum mandi?" tanya Kavin saat sudah berdiri tepat di depan si bungsu.
"Belum abang, Rion baru aja bangun," jawab Orion diiringi dengan gelengan pelan.
Kavin terkekeh pelan lalu mengusap surai Orion dengan lembut, "ya udah sana mandi gih, yang lain udah pada nunggu di ruang makan," ucapnya.
Si bungsu mengangguk lucu, "iya bentar lagi Rion mandi, ini lagi ngumpulin tenaga dalam dulu bang biar kuat hehe."
"Yaudah jangan lama-lama ya, ga enak yang lain udah nunggu, bentar lagi juga jadwal adek minum obat."
"Siap bossss!"
"Mau abang temenin disini? Biar nanti kita ke ruang makan nya sama-sama," tanya Kavin.
"Ih ga usah, abang duluan kebawah aja nanti Rion nyusul," jawab Orion mantap.
"Bener?"
"Iya abang!"
"Yaudah adek mandi yang bersih."
"Ck, iya abang! Emangnya Rion anak kecil apa ga bisa mandi bersih!"
"Ya kamu harusnya di mandiin sih kan masih bayik!"
Seketika kedua netra fox nan indah milik Orion langsung memelototi sang abang, "abang ih, Rion bukan bayik!" amuk Orion yang entah kenapa malah terlihat sangat lucu di mata sang abang.