Mobil mewah milik Alaska melaju cepat menyusuri jalanan kota Jakarta. Entah akan kemana Alaska pergi, tapi di lihat dari raut wajahnya ia terlihat sangat khawatir dan panik bersamaan, bahkan jika menerobos lampu merah bukan suatu pelanggaran lalu lintas maka Alaska sudah melakukannya sejak tadi, tapi sebagai warga negara yang baik tentunya ia harus mentaati peraturan lalu lintas.
Hingga tak terasa mobil itu berhenti tepat di perkarangan sebuah gedung besar nan luas, gedung yang terlihat seperti gedung universitas atau lebih tepatnya gedung fakultas tempat dimana sang adik bungsu nya mengenyam pendidikan.
Alaska keluar dari mobil dengan sangat tergesa, lalu melangkahkan tungkainya menuju area lobby.
"Kamu dimana sih, dek," gumamnya.
Alaska mengedarkan pandangannya kesegala penjuru arah namun ia tak bisa menemukan presensi sang adik. Oh jangan lupa dengan ponsel yang berada di telinganya menandakan bahwa ia sedang menghubungi seseorang.
"Shit! Gak aktif lagi! Kamu dimana Rion," gumam Alaska yang kini fokus menatap ponselnya.
Hingga tak lama, ada 4 orang remaja dewasa yang datang menghampirinya.
"Lho, mas Laska?" panggil salah satu dari mereka dan hal itu berhasil membuat Alaska langsung menoleh.
"Mahesa?" Alaska menatap satu-persatu dari ke-empat orang itu.
Sudah mendengar kata 'Mahesa' yang keluar dari mulut Alaska, yah siapa lagi mereka berempat kalau bukan Mahesa, Rayhan, Azka dan Satya.
"Ngapain disini, mas?" tanya Satya.
"A-ah iya, itu.. Kalian liat Orion ga?" jawab dan tanya Alaska membuat ke-empatnya sedikit mengernyit heran.
"Saya ga liat sih mas, dari pagi kita ada di ruang rapat," jawab Azka mewakili ketiga temannya.
"Oke, kalau Renja sama Naren? Kalian tau mereka berdua sekarang ada dimana?" tanya Alaska lagi.
"Saya kurang tau sih mas, saya juga belum ketemu sama Naren dari tadi pagi," jawab Mahesa.
"Saya tadi pagi pergi bareng Renja, cuma gatau anaknya dimana sekarang," tambah Rayhan.
"Boleh minta tolong ga, tolong telponin Naren atau Renja dan tanya mereka lagi ada dimana dan sama Orion ga."
"O-oh oke mas," meski keheranan melihat tingkah Alaska yang terkesan buru-buru namun Mahesa tetap menelpon sang adik.
"Terjadi sesuatu kah, mas?" tanya Rayhan dengan sedikit hati-hati takut terkesan mencampuri urusan orang lain. Tapi melihat Alaska yang begini siapapun pasti akan menanyakan hal yang sama seperti Rayhan.
"Ya, ada sedikit masalah di rumah," jawab Alaska seadanya dan Rayhan pun mengangguk paham tak ingin menanyakannya lebih jauh lagi.
"Hallo dek? Lo dimana?" seruan dari Mahesa berhasil mengalihkan perhatian ketiga temannya dan juga Alaska.
"Oh lo ada di kafe gue, bareng Orion juga? Oh oke sip kalau gitu."
Pip!
Tak perlu waktu lama sambungan pun terputus.
"Gimana, Sa?"
"Katanya Naren, Renja sama Orion lagi ada di Kafe saya, mas."
"Kafe kamu? Dimana itu? Kamu bisa antar saya kesana?"
"Bisa mas."
"Ya sudah kalau gitu kalian anter saya kesana, saya mau jemput Orion," ucap Alaska seraya melangkahkan tungkainya tergesa, namun baru beberapa langkah, langkahnya harus terhenti saat Mahesa mencekal pelan lengannya.