Orion, Renja dan Naren berserta teman-temannya yang lain sudah kembali ke tenda. Renja dengan perlahan mendudukan Orion di bawah pohon yang letaknya tak jauh dari titik kumpul. Terlihat raut wajah Orion yang semakin pucat dan dadanya yang masih naik turun tidak teratur, membuat kedua sahabatnya dan teman sekelompoknya khawatir, di tambah lagi dengan smartwatch ada melingkar di pergelangan tangan Orion berbunyi nyaring membuat mereka semua panik khususnya Renja dan Naren.
"Rion, lo kenapa? Mana yang sakit?" tanya Renja.
Orion hanya menggeleng pelan, ia masih berusaha untuk menetralkan rasa sakit yang menghujam area dada kirinya serta napas nya yang terasa semakin sesak.
"Asma lo kambuh, Yon? Duh inhaler lo dimana?" kali ini Naren yang mengeluarkan suaranya, ia terlihat panik dan khawatir.
"Asma?" gumam Renja bingung, namun tak lama dari itu ia ingat akan satu hal.
"Ah iya gue inget pas ospek lo pernah bilang kalau lo punya asma, iya bener! Asma lo kambuh ya? Inhaler nya dimana? Atau lo ada obat asma?" cecar Renja.
Orion menggeleng pelan membuat kedua bola mata sahabatnya membulat.
"Anjir inhaler lo ilang?!" pekik Naren.
"Pake inhaler punya gue aja gimana?" tawar Renja seraya menyodorkan inhalernya pada Orion.
"Ga bisa Ren, dosis obatnya kan beda, mungkin sih," Clay ikut menyahuti membuat Renja terdiam sejenak.
"Aduh gimana dong ini? Itu inhaler pake ilang segala!" ucap Naren kesal tapi tidak tau kesal pada siapa, inhaler Orion yang hilang mungkin.
"Lo inget ga terakhir kali naro inhalernya dimana? Biar gue cariin," Steve ikut bersuara dan lagi Orion hanya menggeleng pelan.
"Rion, gue panggilin kakak panitia aja ya?" Renja kembali berucap namun Orion untuk kesekian kalinya hanya menggelengkan kepalanya.
"G-gue masih bisa kok, hah..hh, g-gue cuma b-butuh o-obat," Orion yang masih mencoba mengatur napasnya pun menyahuti dengan kedua tangannya yang diam-diam memijat area dada kirinya.
"Yaudah obat lo dimana?!" tanya Naren.
"S-saku celana, akh!" jawab Orion dengan ringisannya karana rasa sakit itu semakin menjadi menjalar di area dada kirinya.
Renja buru-buru meronggoh saku celana Orion, dan benar saja ada kotak obat kecil disana yang isinya berbagai macam obat. Naren pun sudah siap dengan botol air mineralnya untuk di berikan pada Orion.
"Ri, ini obatnya yang mana?" tanya Renja seraya menyodorkan kotak obat berukuran kecil tersebut pada sang empunya.
Orion mengambilnya dengan tangan bergetar, lantas mengambil dua butir obat dari dalam sana lalu memasukan dua butir obat itu kedalam mulut di bantu dengan air mineral yang di berikan oleh Naren. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya obat yang di minum oleh Orion pun mulai bereaksi. Rasa sakit di area dada kirinya perlahan mulai berkurang meskipun nyeri nya masih terasa.
"Sorry, gue udah buat kalian panik dan harus balik ke tenda," ucap Orion saat penapasannya mulai kembali membaik.
"Iya gapapa ih kita udah panik anjim! Takut lo kenapa kenapa, tapi lo nya malah santai banget Yon, Ya Tuhan gue hampir jantungan tau ga?!" sahut Naren heboh dan hal itu langsung mendapat jitakan gratis dari Renja.
"Lo diem sih, berisik mulu dari tadi, Nar!"
"Ya kan gue panik Ren panik! Lo tau panik ga?!"
"Nar, lo mending diem atau gue cium?!" ancam Renja dengan tatapan tajamnya.