Hari ini Orion memutuskan untuk tidak pergi ke kampus alias bolos karena ia ingin menjaga sang ibu yang nampaknya masih sakit, meskipun sang ibu masih ingin sendiri dan tak mau di ganggu oleh siapapun tapi Orion tetap bersikukuh untuk diam di rumah saja, takut jika sewaktu-waktu sang ibu membutuhkannya.
Di rumah besar ini tentunya tak hanya ada Orion dan sang ibu saja, ada om-om nya dan tante-tante nya serta eyang Ratih, namun sampai siang hari anehnya Orion tak melihat kehadiran keluarganya sama sekali, dan itu tentu saja membuat ia keheranan, namun tak mau begitu memikirkannya toh mereka juga pasti punya kesibukan masing-masing seperti sang ayah, mas Alaska dan mbak Aletta yang harus pergi hari ini dengan kegiatan mereka masing-masing.
Merasa sangat bosan karena terus berdiam diri di kamarnya, Orion lantas beranjak keluar dari kamarnya, lalu berjalan menuruni tangga untuk menuju ke lantai 1. Orion berniat untuk pergi ke halaman belakang, dan membantu tukang kebun saja untuk menanam beberapa tanaman agar tidak terlalu bosan.
Sesampainya di lantai 1, baru saja Orion akan melangkahkan tungkainya menuju halaman belakang namun langkahnya harus terhenti saat tak sengaja berpapasan dengan sang eyang.
"E-eyang," cicit Orion pelan.
Namun sang eyang yang saat ini berdiri tepat di depannya hanya diam saja. Dan yang membuat Orion keheranan adalah saat tatapan sang eyang yang menatapnya tidak seperti biasanya, jika biasanya sang eyang akan menatapnya sinis, tajam, dan penuh kebencian, kini yang Orion lihat adalah tatapan kesedihan.
"Eyang mau kema–" Orion menghentikan ucapannya saat sang eyang berlalu begitu saja dari hadapannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Disaat kaya gini eyang masih aja benci sama Rion," gumamnya sedih.
Anak manis nan menggemaskan itu lalu melangkahkan tungkainya dengan malas kembali menuju tangga, entah kenapa mood nya tiba-tiba saja memburuk setelah melihat sang eyang yang masih nampak tak acuh kepadanya.
Saat kaki Orion baru menginjak 1 anak tangga, lagi lagi langkahnya harus terhenti saat ada salah satu maid yang berjalan tergesa menghampirinya sembari memanggil tuan muda kecilnya dan hal itu langsung membuat Orion menoleh.
"Tuan muda kecil, tuan muda kecil.."
"Iya, ada apa bi?" tanya Orion seraya menunjukan senyumnya diiringi pula dengan tatapan herannya karena sang maid yang terlihat gelisah.
"I-itu tuan muda kecil, tuan muda K-kavin.."
Mendengar nama sang abang yang di sebutkan oleh sang maid sontak kedua bola mata Orion pun langsung membulat.
"Abang?! Abang kenapa, bi?!" tanya Orion panik seraya tangannya memijat pelan area dada kirinya lantaran jantungnya berdenyut nyeri saat dirinya dalam keadaan panik. Padahal Orion merasa rasa paniknya masih dalam hal wajar, tapi kenapa jantungnya berdenyut nyeri.
"Tuan muda Kavin.."
"Sekarang abang dimana?!"
"Di ruang tamu utama, tuan muda."
Setelah itu, tanpa menunggu lama lagi Orion pun langsung berlari menuju ruang tamu utama, ia benar-benar khawatir pada sang abang. Di abaikannya rasa nyeri yang menghujam area dada kirinya.
Sesampainya di ruang tamu utama, Orion menarik napasnya perlahan saat rasa sesak mulai menjalar di dadanya.
"Padahal Rion cuma lari kecil, tapi udah sesak." gumannya.
Dapat Orion lihat, di ruang tamu utama sang abang tengah duduk dengan penampilannya yang sangat sangat kacau, matanya yang teler, bajunya serta rambutnya yang acak-acakan, ah dan jangan lupakan bau alkohol begitu menyengat di tubuh abangnya. Lalu dengan perlahan, Orion pun menghampiri sang abang yang tak lain adalah Kavin.